• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Sektoral/Regional .1 Produk domestik regional bruto .1 Produk domestik regional bruto

4) Pukat kantong

2.2 Ekonomi Sektoral/Regional .1 Produk domestik regional bruto .1 Produk domestik regional bruto

Pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Ada tiga cara yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu cara pengeluaran, cara produksi dan cara pendapatan. Pendapatan nasional menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai pada suatu tahun, sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus diperbandingkan pendapatan nasional dari berbagai tahun (Sukirno 1985).

Cara pengeluaran merupakan cara menentukan pendapatan nasional dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Menurut cara produksi, pendapatan nasional dihitung dengan menentukan dan selanjutnya menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor produktif yang ada dalam perekonomian. Cara pendapatan yaitu menghitung pendapatan nasional dengan menjumlahkan pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa (Sukirno 1985).

Pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita, karena kenaikan ini merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Pembangunan ekonomi menunjukkan peningkatan dalam pendapatan per kapita masyarakat yaitu tingkat

pertambahan PDB pada suatu tahun tertentu melebihi tingkat pertambahan penduduk. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDB, tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk (Sukirno 1985).

2.2.2 Ekonomi basis

Teori ekonomi basis mengklarifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya, baik berupa barang maupun jasa, ditujukan untuk ekspor ke luar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional dan internasional. Konsep efisiensi teknis maupun efisiensi ekonomis sangat menentukan dalam pertumbuhan basis suatu wilayah (Badan Pusat Statistik 2006).

Kegiatan non basis adalah kegiatan masyarakat yang hasilnya, baik berupa barang maupun jasa, diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Konsep swasembada, mandiri, kesejahteraan dan kualitas hidup sangat menentukan dalam kegiatan non basis ini (Hendayana 2003).

Location Quotient (LQ) merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis. Dasar teknik analisis ini menunjukkan perbandingan relatif kemampuan suatu sektor dalam wilayah yang diteliti kemudian dibandingkan dengan kemampuan sektor yang sama pada wilayah yang satu tingkat lebih luas (Issard 1961 diacu dalam Salim 1995).

Menurut Kadariah (1985), besaran yang dipakai sebagai dasar ukuran penggolongan sektor basis dapat disesuaikan dengan keperluan. Jika tujuannya mencari industri atau kegiatan ekonomi yang dapat memberikan kesempatan kerja yang sebanyak-banyaknya, maka dipakai sebagai dasar ukuran yaitu jumlah tenaga kerja. Jika yang dianggap perlu yaitu menaikkan pendapatan regional, maka pendapatan merupakan dasar ukuran yang tepat.

Menurut Budiharsono (2001) menyatakan bahwa metode Location Quotient (LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor perikanan pada tingkat wilayah terhadap pendapatan (tenaga kerja)

total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor perikanan pada tingkat Kabupaten terhadap pendapatan (tenaga kerja) kabupaten. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

t i t i i V V U U LQ = Keterangan :

Ui : Tenaga kerja atau pendapatan sektor perikanan pada kabupaten/kota

Ut : Tenaga kerja atau pendapatan total kabupaten/kota

Vi : Tenaga kerja atau pendapatan sektor perikanan pada tingkat provinsi

Vt : Tenaga kerja atau pendapatan total provinsi

2.2.3 Multiflier effect

Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda (Multiflier Effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan. Peningkatan pada kegiatan basis akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis (Glasson 1977). Arus pendapatan yang timbul, akan meningkatkan konsumsi dan investasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja (Kadariah 1985).

Menurut Glasson (1977), Multiflier Effect dengan menggunakan indikator pendapatan ini dilandaskan pada kenyataan bahwa penginjeksian sejumlah tertentu uang ke dalam perekonomian regional akan menaikkan pendapatan regional yang mengakibatkan bertambahnya pengeluaran konsumen, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil daripada jumlah uang yang diinjeksikan semula. Bagian pendapatan yang dibelanjakan ini akan menjadi pendapatan bagi pihak lain yang selanjutnya membelanjakannya sebagian, dan demikian seterusnya.

Secara keseluruhan pendapatan wilayah (y) adalah penjumlahan pendapatan sektor basis (yb) dan sektor non basis (yn). Pendapatan sektor basis akan dibelanjakan kembali di dalam wilayah maupun untuk impor. Pendapatan yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah untuk produksi lokal akan menghasilkan efek pengganda terhadap pendapatan wilayah. Jika proporsi

pendapatan sektor basis yang dibelanjakan kembali didalam wilayah sebesar ”r”, maka total pendapatan sektor basis yang dibelanjakan kembali yaitu sebesar (r) yb. Pembelanjaan kembali di dalam wilayah akan menghasilkan total pendapatan sebesar (r2) yb, kemudian menjadi (r2) yb dan seterusnya. Keadaan ini dapat dituliskan secara matematis (Glasson 1977) :

y =yb + ryb + r2yb = r3yb + .... + rn yb

= (1 + r + r2 + r3 + .... + rn) yb...... (1) Rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi :

Y = yb (1/2-r)...... (2) Faktor 1-1-r di atas merupakan economic multiplier yang dapat menimbulkan efek pengganda terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Secara empiris nilai ”r” sulit ditentukan, maka rumus tersebut dapat diturunkan untuk mencari nilai ”r” sebagai berikut :

y/yb = (1/1-r) atau 1-r = yb/y sehingga,

r = 1-(yb/y) atau r = (y-yb)/y

karena y-yb = yn, maka : Y Y r = n ...(3) MSY = r − 1 1 = Y Y i n/ 1 − = Y Y Y n/ 1 − = Yb/Y 1 = b Y Y ...(4) keterangan :

MSY : koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan

y : jumlah pendapatan wilayah

yb : jumlah pendapatan sektor basis

Berdasarkan rumus di atas, perubahan pendapatan wilayah karena adanya peningkatan kegiatan basis yaitu :

) (MS Y Yb Δ ...(5) keterangan :

MSY : koefisien pengganda jangka pendek : perubahan pendapatan wilayah y

Δ

: perubahan pendapatan sektor basis b

y Δ

2.2.4 Efisiensi kegiatan perikanan tangkap

Efisiensi kegiatan perikanan tangkap dilakukan dengan menggunakan

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output, karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal) (Badan Pusat Statistik 2008).

Pengkajian mengenai ICOR menjadi sangat menarik karena ICOR dapat merefleksikan besarnya produktifitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Secara teoritis hubungan ICOR dengan pertumbuhan ekonomi dikembangkan pertama kali oleh R. F. Harrod dan Evsey D (1939 dan 1947). Namun karena kedua teori tersebut banyak kesamaannya, maka kemudian teori tersebut lebih dikenal sebagai teori Harrod-Domar (Badan Pusat Statistik 2008).

Pada kenyataannya pertambahan output bukan hanya disebabkan oleh investasi, tetapi juga oleh faktor-faktor lain di luar investasi seperti pemakaian tenaga kerja, penerapan teknologi dan kemampuan kewiraswastaan. Untuk melihat peranan investasi terhadap output berdasarkan konsep ICOR, maka peranan faktor-faktor selain investasi diasumsikan konstan (ceteris paribus)

(Badan Pusat Statistik 2008).

2.2.5 Komoditas unggulan hasil tangkapan

Penentuan komoditas ikan unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan, yang akan dihadapi oleh rakyat Indonesia. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan menggunakan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi nelayan

yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional (Syafaat dan Supena 2000)

Penentuan komoditas unggulan dimaksudkan dengan tujuan efisiensi dan peningkatan pendapatan daerah. Efisiensi bisa didapatkan dengan menggunakan komoditas yang memiliki keunggulan yang dapat bersaing ditinjau dari segi penawaran dan permintaan. Dilihat dari sisi penawaran, komoditas ikan unggulan dicirikan oleh kualitas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan. Dilihat dari sisi permintaan, ciri-ciri komoditas unggulan antara lain kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional (Kohar dan Suherman diacu dalam Hendayana 2003).

2.2.6 Kesempatan kerja

Kesempatan kerja didefinisikan sebagai banyaknya penduduk yang bekerja pada seluruh lapangan usaha, namun dalam analisis ini tidak termasuk sektor pertanian. Kesempatan kerja dapat dibagi atas kesempatan kerja pada usaha-usaha berskala menengah dan besar (UMB) dan usaha-usaha berskala mikro dan kecil (UMK) (Badan Pusat Statistik 2006).

Kesempatan kerja memiliki dua segi pokok, yaitu :

1) Penggunaan angkatan kerja secara produktif di bidang-bidang kegiatan yang semakin meluas, dan

2) Peningkatan produktivitas kerja disertai pemberian pembayaran yang sepadan bagi golongan angkatan kerja, baik dibidang kegiatan tradisional maupun lapangan usaha yang baru (Yanto 1997).

Kesempatan kerja mempunyai kaitan yang erat dengan produktivitas kerja. Naiknya kesempatan kerja yang diikuti dengan penurunan produktivitas kerja tidak akan terlalu berarti bagi pembangunan. Angkatan kerja yang diserap meningkat, dengan produktivitas yang rendah akan menyebabkan tenaga yang dicurahkan kepada pekerjaan tersebut berada di bawah kapasitas atau dengan kata lain tenaga kerjanya tidak penuh. Oleh karena itu, produktivitas tenaga kerja akan

lebih realistis apabila dikaitkan dengan kesempatan kerja yang dilihat dari jumlah jam kerja dengan jumlah orang (Yanto 1997).

Dokumen terkait