6. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Keragaan Perikanan Tangkap Kota Serang
6.1.2 Keadaan unit penangkapan ikan Kota Serang
a) Unit Penangkapan Jaring Payang
Alat penangkapan ikan jaring payang di Kota Serang dioperasikan menggunakan kapal motor dengan bahan kayu jati (Tectona grandis). Kapal yang digunakan memiliki ukuran panjang 9,5 m ; lebar 2,2 m ; dalam 0,8 m. Mesin kapal yang digunakan memiliki kekuatan 20 PK jenis outboard. Jenis hasil tangkapan jaring payang di Kota Serang antara lain ikan tongkol (Euthynnus sp), tenggiri (Scomberomerus commersoni), teri (Stolephorus indicus), peperek (Mene maculate), tembang (Clupea fimbriata), kembung (Rastrelliger), kuwe (Caranx sp), selar (Caranx leptolepis), belanak (Mugil cephalus), lemuru (Clupea longiceps), bawal hitam (Formio niger). Alat tangkap payang di PPP Karangantu terdiri atas sayap yang terbuat dari polyethylene (PE), badan jaring dan kantong yang terbuat yang terbuat dari polyprophylene (PP), tali ris atas, tali ris bawah dan tali selambar yang terbuat dari polyethylene (PE) masing-masing berdiameter 5 mm, 7 mm dan 12 cm, pelampung yang terbuat dari bambu dan pemberat batu. Konstruksi dan spesifikasi jaring payang dapat dilihat secara terperinci pada Gambar 18.
Proses pengoperasian payang di PPP Karangantu dilakukan one day fishing. Nelayan berangkat menuju fishing ground sekitar pukul 05.00 pagi hari. Waktu yang dibutuhkan menuju fishing ground sekitar 1-2 jam tergantung jarak yang ditempuh. Operasi penangkapan ikan dilakukan 3-5 kali dalam satu trip.
Pengoperasian payang dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap persiapan,
penentuan fishing ground, penurunan jaring (setting) dan pengangkatan jaring
(hauling). Tahap persiapan antara lain persiapan bahan bakar, pengecekan mesin, perbekalan makanan, es, air tawar, dan keperluan melaut lainnya. Selama diperjalanan menuju fishing ground dilakukan penataan alat tangkap. Penetuan fishing ground dilakukan dengan melihat adanya gerombolan ikan. Saat terlihat gerombolan ikan selanjutnya dilakukan penurunan jaring.
Penurunan jaring dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, diikuti tali selambar kanan, kemudian sayap kanan dan badan jaring dimana ujung tali selambar kanan masih tetap berada pada perahu. Saat penurunan sayap, nelayan lain
melemparkan pemberat dan pelampung secara berurutan agar tidak terbelit dengan jaring. Selanjutnya dilakukan penurunan kantong dan sayap kiri sampai bertemu dengan pelampung tanda awal. Waktu yang dibutuhkan untuk setting adalah 20-30 menit.
Sayap Pelampung
Tali Ris Bawah
Pemberat Tali Ris Atas
Badan Jaring
Tali selambar
Kantong
1. Kantong : L = 4,5 m, = 1 mm, polyprophylene/PP 2. Badan jaring : L = 9 m, = 4 mm, polyprophylene/PP 3. Sayap bagian atas : L = 120 m, lebar = 22,5 m, = 12 cm, PE 4. Sayap bagian bawah : L = 70 m, lebar = 22,5 m, = 12 cm, PE 5. Tali ris atas : L= 120 m, Ф = 5 mm, PE
6. Taliris bawah : L = 70 m, Ф = 7 mm, PE 7. Tali selambar : L = 10 m, Ф = 12 mm, PE 8. Pelampung : bambu, L = 1 m, Ф = 10 cm 9. Pemberat : batu, berat = 1,5 kg,
Sumber : Hasil wawancara
Gambar 18 Konstruksi jaring payang
Ketika gerombolan ikan diperkirakan sudah masuk ke dalam kantong, selanjutnya dilakukan tahap hauling. Tahap ini dimulai dengan pengangkatan sayap kiri dan sayap kanan secara bersamaan. Saat proses hauling diusahakan posisi kantong berada di tengah. Pengangkatan jaring dilakukan secara perlahan, setelah sampai badan jaring pengangkatan jaring dipercepat. Hal ini dilakukan untuk mencegah ikan yang meloloskan diri. Pada saat pengangkatan jaring, ada nelayan yang bertugas menyusun pemberat dan pelampung secara teratur untuk proses setting selanjutnya. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 40 menit – 1 jam.
diinginkan sekitar 10-15 m. Perendaman jaring dilakukan selama 1-1ଵ ଶ
b) Unit Penangkapan Bagan Perahu
Bagan perahu termasuk jenis alat penangkapan ikan yang termasuk kedalam kelompok jaring angkat. Bagan perahu di PPP Karangantu menggunakan kapal motor. Ukuran kapal yang digunakan yaitu 14 m x 9 m dengan dalam 4 m. Mesin yang digunakan jenis motor tempel (inboard) dan menggunakan bahan bakar solar. Jumlah nelayan bagan perahu biasanya sekitar 4-5 orang. Jenis hasil tangkapan bagan perahu di Kota Serang antara lain ikan teri (Stolephorus indicus), peperek (Mene maculate), tembang (Clupea fimbriata), kembung (Rastrelliger), kuwe (Caranx sp), selar (Caranx leptolepis), belanak (Mugil cephalus), layang (Decapterus russeli), lemuru (Clupea longiceps), bawal hitam (Formio niger). Alat tangkap bagan perahu terdiri atas lampu, jaring bagan dari waring atau polyprophylene, bingkai yang terdiri dari palang waring dari bambu dan pipa palang waring dari besi, roller dari kayu, anjang-anjang dari bambu. Konstruksi dan spesifikasi bagan perahu dapat dilihat secara terperinci pada Gambar 19.
Proses pengoperasian bagan perahu meliputi persiapan, setting, perendaman, hauling, kembali ke fishing base. Tahap awal melakukan persiapan keberangkatan, yaitu pemeriksaan kapal, mesin, alat tangkap, lampu, memeprsiapkan kebutuhan perbekalan seperti bahan makanan, bahan bakar, air tawar. Nelayan berangkat
menuju fishing ground sekitar pukul 15.30 sore. Perjalanan menuju fishing ground
sekitar 1-2 jam. Saat tiba di fishing ground mesin kapal dimatikan, kemudian lampu dan mesin generator mulai dinyalakan dan nelayan memperhatikan keberadaan gerombolan ikan di perairan untuk menentukan waktu penurunan jaring. Saat gerombolan ikan sudah terlihat di perairan, jaring mulai diturunkan dengan pemasangan waring ke palang waring (bambu). Bagian sisi kanan dan sisi kiri waring diikatkan pada palang waring. Waring yang sudah terikat pada palang waring diturunkan ke dalam air. Jika seluruh waring telah berada di dalam air, selanjutnya pipa palang waring (besi) langsung diceburkan ke dalam air bersamaan dengan
pemutaran roller untuk menenggelamkan seluruh waring hingga kedalaman yang
jam sambil nelayan memperhatikan gerombolan ikan di sekitar cahaya lampu.
Bagan perahu tampak depan
1. Jaring bagan : waring atau polyprophylene, L = 7,5 m, lebar = 7,5 m, tinggi = 7,5 m, = 0,5 mm 2. Bingkai :
a) Palang waring : bambu, Ф = 11 cm, L = 12 m b) Pipa palang waring : paralon
3. Roller : kayu, Ф = 13 cm, L = 15 m
= 18 buah
Bagan perahu tampak atas
1 2 4 5 3 , Ф = 6,5 cm, L = 13 m
4. Anjang-anjang : bambu, Ф = 10 cm bagian ujung atas dan 15 cm bagian ujung bawah 5. Lampu : tipe (lampu pijar); daya = 500-600 watt, ∑
Sumber : Hasil wawancara
Setelah gerombolan ikan terkumpul disekitar cahaya lampu, kemudian semua r satu hingga tersisa satu lampu yang tetap menyala. Hal ini dimaksudkan agar gerom
Pengangkatan waring dilakukan secara perlah
asuk ke ng di Pelabuhan Perikanan
operasi penangkapan ikan dengan m
selar (Carank leptolepis), layang (Decapterus russeli), ekor kuning (Caesio cunning). lampu dimatikan satu pe
bolan ikan berkumpul pada cahaya lampu tersebut. an, ketika waring mendekati permukaan air kecepatan pengangkatannya ditingkatkan agar ikan tidak dapat meloloskan diri. Waring diangkat hingga berada di atas permukaan air, lalu dilakukan pengangkatan hasil tangkapan menggunakan alat bantu serok. Hasil tangkapan yang diperoleh dimasukkan ke dalam keranjang atau basket kemudian dilakukan proses penyortiran berdasarkan jenis ikan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses hauling sekitar 20 menit. Setiap kali melakukan operasi penangkapan, nelayan melakukan penurunan waring sebanyak 4-8 kali. Setelah proses operasi penangkapan selesai, nelayan kembali menuju fishing base pada pukul 5 pagi.
c) Unit Penangkapan Pancing Kotrek
Alat penangkapan ikan pancing merupakan jenis alat tangkap yang term dalam kelompok Hook and lines. Alat tangkap panci
Pantai Karangantu biasanya menggunakan jenis kapal motor dalam melakukan enggunakan bahan bakar solar. Lama satu trip alat tangkap pancing di PPP Karangantu adalah 4-5 hari, sehingga nelayan pancing membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi. Sebelum melakukan operasi penangkapan ikan, nelayan membuat suatu rumpon yang didiamkan selama 6 bulan kemudian baru melakukan operasi penangkapan di rumpon tersebut. Alat tangkap pancing di PPP Karangantu merupakan jenis pancing kotrek (hand line), terdiri atas roller, tali utama (main line) dan tali cabang (branch line) dari bahan PA monofilament, mata pancing (hook) dari besi, kili-kili (swivel) dari bahan baja dan besi, pemberat dari bahan besi, pelampung dari styrofoam dan pemberat berupa batu kali. Pengoperasian pancing biasanya dilakukan oleh 6-7 orang nelayan. Jenis hasil tangkapan pancing kotrek di Kota Serang antara lain ikan tongkol (Euthynnus sp), tenggiri (Scomberomerus commersoni), kembung (Rastrelliger), kuwe (Caranx sp),
1. Penggulung
2. Kili-kili (swivel) : baja dan besi
3. Tali utama (main line) : PA monofilament, L = 125 m 4. Tali cabang (branch line) : PA monofilament, L = 30 cm 5. Pemberat : besi
ng sutra, tali rafia, bulu-bulu
an = no 7, 9, 13, ∑ = 8 buah
i pancing kotrek
kap pancing kotrek dilakukan selama 3 hari dalam satu
trip. Nelayan berangkat yang telah dipasang
sebelumnya di fishing ground dengan waktu tempuh sekitar 4,5 - 5 jam. Ketika tiba di fishing
elompok jaring insang tetap atau set gillnet. Jaring rajungan digunakan untuk menangkap rajungan, termasuk kelompok Konstruksi dan spesifikasi pancing kotrek dapat dilihat secara terperinci pada Gambar 20.
6. Umpan : bena
7. Mata pancing (hook) : besi, ukur Sumber : Dimodifikasi dari Yuliana 2009
Gambar 20 Konstruks
Proses pengoperasian alat tang
pada pukul 05.00 WIB menuju rumpon
ground mesin kapal dimatikan dan jangkar diturunkan, setelah itu nelayan melakukan pemancingan. Pancing kotrek menggunakan umpan buatan dari benang sutra atau tali rafia yang diikatkan dekat dengan mata kail. Hasil tangkapan pancing yang diperoleh diletakkan di keranjang dan dipisahkan berdasarkan jenis ikan.
d) Unit Penangkapan Jaring Rajungan
gan hasil tangkapan utamanya tertangkap deng
bahan yang diguna
iapan yang dilakukan antara lain pe
jaring puntal atau entangle net, karena rajun
an cara terpuntal atau terbelit bagian tubuhnya pada badan jaring. Kapal jaring
rajungan di PPP Karangantu memiliki dimensi panjang total (LOA) 9,5 m, lebar (B)
2,2 m dan draft (d) 0,8 meter. Bahan utama penyusun kapal adalah kayu jati (Tectona grandis). Tonase kapal jaring rajungan sekitar 1 GT. Pada umumnya kapal jaring rajungan yang digunakan oleh nelayan di PPP Karangantu adalah jenis kapal motor tempel dengan tenaga penggerak 20 PK dengan bahan bakar solar. Kapal jaring rajungan tidak memiliki palka. Hasil tangkapan yang didapat tidak langsung dilepaskan dari jaring namun tetap dibiarkan menyangkut pada jaring hingga kapal mendarat. Hasil tangkapan dilepaskan dari jaring setelah sampai di darat.
Alat tangkap jaring rajungan terdiri atas badan jaring dari bahan PA
monofilament, tali ris atas dan tali ris bawah dari bahan PE multifilament, pelampung terbuat dari bahan karet sandal dan pemberat dari timah hitam atau Pb. Pemberat tam
kan saat pengoperasian jaring rajungan oleh nelayan PPP Karangantu adalah dua batu kali dengan berat masing-masing 3,5 kg. Batu pemberat dililitkan dengan tali pelampung tanda sepanjang 5 m sehingga panjang tali pelampung tanda sebesar 30 m. Batu pemberat berfungsi sebagai pembentuk jaring supaya berbentuk melengkung dan sebagai penahan jaring terhadap arus laut yang dipasang pada pertengahan tali pelampung tanda. Bentuk jaring rajungan saat berada di perairan memiliki bentuk yang melengkung, hal ini bertujuan supaya rajungan yang terkejut tidak dapat melarikan diri ke arah atas/permukaan. Konstruksi dan spesifikasi jaring rajungan dapat dilihat secara terperinci pada Gambar 21.
Pengoperasian jaring rajungan dimulai pada pukul 00.30 WIB. Persiapan sebelum menuju fishing ground dilakukan di fishing base sekitar pukul 23.30 – 00.15 WIB dan memerlukan waktu sekitar 30 – 45 menit. Pers
rsiapan jaring, perbekalan seperti makanan, minuman, bahan bakar dan air tawar, pemeriksaan keadaan kapal, mesin dan persediaan bahan bakar. Dalam melakukan operasionalnya, nelayan membawa tiga piece jaring rajungan.
Jaring rajungan saat berada di perairan.
Jaring rajungan dalam posisi tegak
1. Badan jaring : PA Monofilament berwarna putih transparan, = 4 inchi, Ф = 0,3 mm 2. Tali ris atas : PE Multifilament L = 1.000 m, Ф = 0,3 mm, arah pilinan = Z
Tali ris bawah : PE Multifilament, L = 1.000 m, Ф = 0,3 mm, arah pilinan = Z
3. Pelampung : karet sandal, bentuk = bulat, ∑ = 1 piece = 70 buah, Ф = 5 cm, jarak = 1,5 m 4. Tali pelampung : PE multifilament, Ф = 0,25 m, arah pilinan = S
5. Pemberat : timah hitam atau Pb, 5 cm, L = 1,5 cm, 6. Tali pemberat : bahan : (PE M S, L = 1.000 m,
berukuran 20 cm × 10 cm × 30 berat = 1,8 gram, ∑ = 1 piece = 3 kg, Ф = 0,
ultifilament); diameter (0,25 m); arah pilinan = jarak antar pemberat = 20 cm
7. Pelampung tanda : ∑ = 2 buah, bahan = Styrofoam, bentuk = persegi panjang cm
8. Tiang pelampung tanda : bambu, 5 cm
9. Tali pelampung tanda : PE Multifilament, L = 30 m, Ф = 0,6 cm 10. Pemberat tambahan : batu = 3,5 kg
Sumber : Dimodifikasi dari Aminah, 2010
gan antara lain di Pulau Tunda memerlukan waktu jam 30 menit dan Pulau Pamujan memerlukan waktu ing ground dilakukan berdasarkan cuaca dan pengalaman nelayan. S
diawali dengan menurunkan batu pemberat, pelam
mberat terakhir, kemudian kapal menuju ke fishing base.
n lain sebagainya. pus terdiri atas badan jaring dari bahan PA monofilament, tali ris atas dan
multifilament, pelampung dari bahan plastik dan pem
Daerah penangkapan rajun sekitar 2 jam sampai dengan 2 sekitar 30 menit. Penentuan fish
etelah tiba di fishing ground kecepatan kapal dikurangi dan nelayan memastikan di wilayah tersebut tidak terdapat pelampung tanda milik unit penangkapan lain. Setelah itu jaring rajungan mulai dioperasikan dengan penurunan jaring (setting) terlebih dahulu.
Penurunan satu jaring dilakukan nelayan pemilik dan dibantu oleh nelayan lain berjumlah 4 orang. Proses ini membutuhkan waktu sekitar ± 5 menit. Saat setting dilakukan mesin kapal tetap dinyalakan dengan kecepatan rendah, agar jaring dapat terbentang sempurna. Proses setting
pung tanda pertama, diikuti dengan badan jaring piece pertama sampai piece
terakhir, kemudian pelampung tanda kedua dan pemberat. Proses terakhir yaitu
penurunan batu pemberat terakhir, disusul dengan penurunan tali selambar dan
pelampung tanda. Proses selanjutnya yaitu drifting. Drifting membutuhkan waktu
sekitar 3 jam.
Tahap selanjutnya dari metode pengoperasian jaring rajungan adalah pengangkatan jaring (hauling). Pengangkatan jaring (hauling) diawali dengan mengangkat pelampung tanda pertama, batu pemberat pertama diikuti dengan badan jaring, pelampung tanda dan pe
Proses pengambilan hasil tangkapan dan penyortiran dilakukan di fishing base. Proses hauling membutuhkan waktu sekitar ± 30 menit.
e) Unit Penangkapan Jaring Rampus
Jaring rampus digunakan untuk menangkap ikan kembung. Hasil tangkapan sampingan dari jaring rampus antara lain udang, kurisi, belanak da
Jaring ram
tali ris bawah yang terbuat dari bahan PE berat dari timah.
ki dalam 1 meter. Jenis tenaga penggerak yang digunakan oleh pe
kemudian diikuti dengan menuru
penarikan jaring, melepas ikan yang te
Jaring rampus biasanya dioperasikan menggunakan jenis perahu motor, terbuat dari kayu jati (Tectona grandis). Ukuran perahu adalah panjang 10 meter, lebar 2,6 meter dan memili
rahu jaring rampus adalah motor outboard, Berbahan bakar solar. Setiap melakukan operasi penangkapan ikan dibutuhkan solar sebanyak 10-12 liter. Jenis hasil tangkapan jaring rampus di Kota Serang antara lain ikan layur (Trichiurus savala), cucut (Sphyrna blochii), kerapu (Epinephelus), manyung (Arius thalassinus), kurisi (Nemipterus nemata), kakap (Lutjanus). Konstruksi dan spesifikasi jaring rampus dapat dilihat secara terperinci pada Gambar 22.
Pengoperasian alat tangkap jaring rampus biasanya dilakukan sekitar jam 4
pagi. Setelah tiba di daerah penangkapan ikan atau fishing groudnd, setting
dilakukan dengan menurunkan pelampung tanda,
nkan tali selambar, jaring, pemberat hingga pelampung tanda terakhir. Waktu yang dibutuhkan untuk setting sekitar 30-45 menit.
Drifting adalah membiarkan jaring terhanyut di perairan. Drifting berlangsung 1-2 jam. Setelah proses drifting selesai, selanjutnya hauling dilakukan selama 1-1,5 jam. Dalam proses hauling dilakukan
rtangkap dari jaring, dan merapikan posisi jaring agar tidak terbelit. Kegiatan tersebut dilakukan oleh 3-4 orang nelayan. Proses setting yang dilakukan dalam setiap trip sekitar 4-6 kali tergantung dari daerah penangkapan dan musim.
Jaring rampus saat berada di perairan Pelampung tanda Badan jaring Tali Pelampung Tali jangkar Tali ris Pelampung Jangkar/batu
Pemberat Tali ris bawah
Jaring rampus dalam posisi tegak
1. Badan jaring : PA monofilament, = 2-3 1/4 inchi, L = 1 piece = 45 m, 27 piece x 45 m = 1.215 m, lebar = 4 m
2. Tal iris atas : PE multifilament, L = 45 m, Ф = 5-6 mm 3. Tal iris bawah : PE multifilament, L = 38 m, Ф = 3 mm
4. Pelampung : fiber dan sandal, bentuk = oval, ∑ = 1 piece = 78 buah, jarak antar pelampung = 60 cm 5. Pemberat : timah, berat = 1 piece = 2 - 3 kg, ∑ = 28 buah, jarak antar pelampung = 22 cm
Sumber : Dimodifikasi dari Yuliana 2009
f) Unit Penangkapan Jaring Dogol
Alat penangkapan ikan jaring dogol termasuk ke dalam kelompok pukat kantong (Bag seine nets). Dalam melakukan pengoperasian dogol, digunakan kapal motor dengan mesin tempel. Perahu yang digunakan terbuat dari kayu dengan ukuran 12 m x 4 m dengan dalam 2 m. Bahan bakar yang digunakan yaitu solar. Jenis hasil
tangkapan jaring dogol di Kota Serang antara lain ikan pari (Taeniura lymna), layur
(Trichiurus savala), cucut (Sphyrna blochii), kerapu (Epinephelus), manyung (Arius thalassinus), kurisi (Nemipterus nemata), kakap (Lutjanus). Alat tangkap dogol
terdiri atas sayap, badan jaring, kantong dari polyethylene (PE), tali ris atas, tali ris
bawah dan tali selambar yang terbuat dari bahan polyethylene (PE), pelampung yang terbuat dari bahan plastik dan pemberat yang terbuat dari bahan timah. Konstruksi dan spesifikasi jaring dogol dapat dilihat secara terperinci pada Gambar 23.
Pengoperasian alat tangkap dogol meliputi empat tahap, yaitu penentuan fishing ground, setting, hauling dan penyortiran hasil tangkapan. Nelayan berangkat melaut sekitar pukul 05.00 pagi menuju fishing ground dan pukul 15.00 sore nelayan sudah menuju fishing base. Nelayan alat tangkap jaring dogol biasanya berjumlah 7 orang. Tahap pertama kali yang dilakukan saat pengoperasian jaring dogol yaitu
menentukan fishing ground. Penentuan ini dilakukan berdasarkan pengalaman
nelayan. Adanya proses melingkarkan gerombolan ikan, kemudian nelayan mulai menurunkan pelampung tanda yang diikatkan pada ujung tali selambar ke laut. Penurunan pelampung tanda diikuti dengan penurunan jaring dan kapal bergerak maju secara perlahan membentuk lingkaran ke arah kanan. Setelah itu dilakukan penurunan sayap kanan jaring, badan jaring, sayap kiri jaring serta pelampung secara bersamaan hingga kapal kembali mencapai pelampung tanda. Saat proses setting telah selesai kemudian jaring didiamkan selama 5-10 menit.
Tahap kedua yaitu proses hauling dengan melakukan penarikan pelampung tanda ke atas perahu. Saat penarikan jaring mesin kapal dimatikan kemudian jangkar kapal diturunkan hingga dasar perairan. Penarikan jaring nelayan menggunakan alat bantu mesin gardan. Penarikan dimulai dari tali selambar, sayap, badan jaring dan
kantong. Tahap terakhir yaitu pengangkutan hasil tangkapan dari kantong jaring ke dalam keranjang yang berbeda disesuaikan dengan jenis ikan.
Pelampung
Tal iris atas Pelampung tanda
Tal iris bawah
Pemberat
Tali selambar
Kantong Badan Sayap
1. Sayap : bahan PE; = 7 inchi, L = 50 m, lebar = 13 m 2. Badan jaring : PE, = 5 inchi, L = 15 m, lebar = 10 m 3. Kantong : PE, = 1 inchi, L = 4 m, lebar = 2 m 4. Pelampung : plastik
5. Pemberat : timah; berat = 12 kg, ∑ = 35 buah 6. Tali selambar : PE, L = 1.000 m, Ф = 1,5 m 7. Tali ris atas : PE, L = 15 m, Ф = 12 mm 8. Tali ris bawah : PE, L = 25 m, Ф = 30 mm Sumber : Dimodifikasi dari Yuliana 2009
Gambar 23 Konstruksi jaring dogol
6.2Keadaan Ekonomi Provinsi Banten dan Kota Serang
a) PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator ekonomi yang menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan rencana dan langkah strategis dalam pembangunan ekonomi, sehingga dapat menentukan skala prioritas pembangunan sektorial yang lebih tepat. Produk Domestik Regional Bruto menggambarkan kemampuan daerah dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki oleh suatu daerah untuk menghasilkan suatu produk melalui proses produksi. Produk Domestik Regional Bruto memiliki dua tipe yaitu berdasarkan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan
Produk Domestik Regional Bruto dapat ditelaah sebelum dan sesudah memperhitungkan pengaruh harga.
Produk Domestik Regional Bruto disajikan ke dalam dua tipe yaitu berdasarkan atas harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan Produk Domestik Regional Bruto dapat ditelaah sebelum dan sesudah memperhitungkan pengaruh harga. Penyajian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan akan lebih mencerminkan perubahan Produk Domestik Regional Bruto tanpa dipengaruhi perubahan harga yang biasanya cenderung pada perubahan produksi. Angka yang didapat dari hasil perhitungan PDRB dapat digunakan sebagai indikator ekonomi yang bermanfaat sebagai imdikator 1) Pertumbuhan Ekonomi, 2) Struktur Perekonomian, 3) Tingkat Kesejahteraan Rakyat, 4) Tingkat Inflasi dan Deflasi.
1) PDRB Provinsi Banten
PDRB Provinsi Banten menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan (ADHK) Tahun 2004-2008 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 19 menjelaskan bahwa nilai PDRB mulai Tahun 2004 sebesar Rp.58.880.406.500.000,- kemudian mengalami peningkatan pada Tahun 2005 sebesar Rp.3.226.541.720.000,- sehingga nilai PDRB Provinsi Banten Tahun 2005 menjadi sebesar Rp. 58.106.948.220.000. Peningkatan nilai PDRB Provinsi Banten terus terjadi sampai Tahun 2008. Nilai PDRB tertinggi terjadi pada Tahun 2008 sebesar Rp.68.830.645.000.000 dan nilai PDRB terendah terjadi pada Tahun 2005 sebesar Rp.54.880.407.000.000 Hal ini terjadi juga pada nilai PDRB sektor perikanan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Nilai PDRB sektor perikanan mulai Tahun 2004 sebesar Rp.413.028.400.000 kemudian mengalami peningkatan pada Tahun 2005 sebesar Rp.12.886.490.000, sehingga nilai PDRN sektor perikanan Tahun 2005 menjadi sebesar Rp.425.914.890.000. Nilai PDRB terbesar yaitu pada Tahun 2008 sebesar Rp.593.948.000.000 dan nilai PDRB terendah terjadi pada Tahun 2004 sebesar Rp.413.028.000.000. PDRB Provinsi Banten dapat dilihat secara terperinci pada Tabel 19 dan Gambar 24.
Tabel 19 PDRB Provinsi Banten menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2004-2008 (dalam jutaan rupiah)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 1. Pertanian 4.930.266,80 5.061.650,42 5.030.011,59 5.242.350,48 5.408.861,73 a. Tanaman Bahan Makanan 3.198.617,40 3.288.498,55 3.140.638,28 3.280.480,54 3.349.888,75 b. Tanaman Perkebunan 366.183,46 369.327,92 422.408,98 375.050,64 411.873,32 c. Peternakan 922.875,11 947.563,23 962.426,16 1.001.396,49 1.021.060,89 d. Kehutanan 29.562,43 30.345,83 30.268,18 36.043,94 32.090,43 e. Perikanan 413.028,40 425.914,89 474.269,98 549.378,88 593.948,35 2. Pertambangan dan Penggalian 56.557,59 59.286,02 61.508,86 69.292,77 79.151,12 3. Industri Pengolahan 27.749.175,75 28.975.547,08 30.548.566,62 31.496.751,75 32.225.075,20
4. Listrik dan air bersih 2.416.794,00 2.567.049,93 2.510.895,12 2.629.581,32 2.833.527,01 5. Bangunan dan Konstruksi 1.443.158,80 1.580.487,69 1.662.420,23 1.880.273,94 2.010.388,56 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.830.054,85 10.699.437,65 11.478.134,19 12.800.800,86 14.202.996,50 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4.540.508,58 4.910.855,75 5.417.133,59 5.780.569,93 6.200.675,31 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.557.896,64 1.744.477,29 1.888.037,80 2.138.061,77 2.489.875,78 9. Jasa-Jasa 2.355.993,50 2.508.156,40 2.744.950,65 3.009.092,96 3.380.093,59 Produk Domestik Regional Bruto 54.880.406,50 58.106.948,22 61.341.658,64 65.046.775,77 68.830.644,80
Sumber : BPS Kota Serang Tahun 2004-2008
Berdasarkan Gambar 24, maka dapat diketahui bahwa nilai sektor perikanan Provinsi Banten atas dasar harga konstan Tahun 2004-2008 mempunyai model persamaan y = 48.530x + 34.571. Hal ini berarti setiap tahun sektor perikanan di Provinsi Banten akan mengalami peningkatan sebesar 48.350 satuan. Nilai koefisien determinasi dari hubungan tahun dan pendapatan sektor perikanan adalah R² = 0,957. Hal ini berarti model regresi dapat menjelaskan model yang sebenarnya sebesar
y = 48530x + 34571 R² = 0.957 ‐ 100,000.00 200,000.00 300,000.00 400,000.00 500,000.00 600,000.00 700,000.00 2004 2005 2006 2007 2008 Nilai PDRB Tahun
Gambar 24 Nilai PDRB sektor perikanan Provinsi Banten atas dasar harga konstan Tahun 2004-2008
2) PDRB Kota Serang
PDRB Kota Serang menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan (ADHK) Tahun 2004-2008 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Berdasarkan Tabel 20, menjelaskan bahwa nilai PDRB mulai Tahun 2004 sebesar Rp.7.638.401.100.000 kemudian mengalami peningkatan pada Tahun 2005 sebesar Rp.334.969.600.000, sehingga nilai PDRB Kota Serang Tahun 2005 menjadi sebesar Rp. 7.973.370.700.000 dimana Tahun 2005 merupakan nilai PDRB tertinggi selama periode Tahun 2004-2008. Tahun 2006 nilai PDRB mengalami penurunan sebesar Rp.1.872.733.700.000 dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp. 6.100.637.000.000, kemudian Tahun 2007 nilai PDRB Kota Serang mengalami peningkatan sebesar Rp.287.068.540.000 dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp.6.387.705.540.000. Nilai PDRB Tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar Rp.252.283.290.000 menjadi sebesar Rp.6.639.988.830.000. Hal ini juga terjadi pada nilai PDRB sektor perikanan yang setiap tahunnya mengalami