• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Ekosistem Terumbu Karang dan Komunitas Ikan Karang

Ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem dasar laut tropis yang komunitasnya didominasi oleh biota merupakan: a) tempat tumbuh biota laut (tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan berbagai biota laut), dan menjadi sumber protein bagi masyarakat pesisir; b) plasma nuftah; c) sumber bahan baku berbagai bagunan, perhiasan, dan penghias rumah; d) objek wisata bahari (keindahan ekosistem ini dengan keanekaragaman jenis dan bentuk biota, keindahan warna, serta jernihnya perairan yang mampu membentuk perpaduan harmonis dan estetis, sehingga ideal untuk tempat rekreasi laut). Selain itu, ekosistem ini berfungsi sebagai pencegah erosi dan mendukung terbentuknya pantai berpasir, serta pelindung pantai dari hempasan ombak sehingga mampu menjadi pelindung usaha perikanan dan pelabuhan-pelabuhan kecil (Nybaken, 1992; Soekarno,1995; Dahuri, 1996).

Hasil temuan Puslitbang Oseanografi-LIPI yang dilakukan pada tahun 2000 bahwa kondisi terumbu karang Indonesia saat ini 41,78% dalam keadaan rusak 28,30% dalam keadaan sedang; 23,72% dalam kondisi baik , dan hanya 6,20% dalam keadaan masih dalam kondisi sangat baik (DKP, 2004). Semakin rusaknya kondisi terumbu karang di perairan Indonesia dapat berdampak kepada kemerosotan terhadap keberadaan sumberdaya ikan karang Indonesia. Data pemanfaatan ikan karang pada tahun 2005 berdasarkan produksi 2002 dan potensi 2001 menunjukkan bahwa potensi ikan karang di 9 WPP di Indonesia adalah sebesar 162.201 ton/thn dengan produksi yang dihasilkan sebesar 121.903 ton/tahun.

Pulau Lombok sebagai salah satu pulau terbesar di Propinsi Nusa Barat, memiliki sebaran terumbu karang yang cukup luas. Pada kedalaman 3-50 meter, sebaran terumbu karang di beberapa lokasi bagian barat pulau tersebut diperkirakan seluas lebih kurang 728 hektar atau 20,2% dari perairan karang sekitar 3.602 hektar di propinsi tersebut (BPS Propinsi Dati I NTB, 2005). Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa perubahan dan kerusakan terumbu karang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang sangat cepat terutama di wilayah perairan Indonesia termasuk di kawasan Gili Indah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hal ini terlihat dari hasil pemantauan P3O-LIPI (sebagian data diambil sebelum tahun 1990) menunjukkan, bahwa dari 27 stasiun pengamatan di perairan NTB termasuk di Gili Indah hanya 2 (7%) lokasi

yang dalam kondisi baik sekali, 7 (26%) lokasi kondisi baik, 4 (15%) lokasi kondisi sedang dan 14 (52%) lokasi kondisi rusak.

Ekosistem terumbu karang kawasan pesisir barat Lombok telah banyak memberikan kontribusi berbagai kegiatan produktif terutama dalam wisata bahari maupun sumberdaya laut kepada masyarakat lokal (terutama nelayan tradisional berskala kecil). Di sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa pemanfaatan ekosistem terumbu karang sedang dan telah berlangsung secara berlebihan, sehingga cenderung mengalami kerusakan yang parah. Di beberapa kawasan pesisir barat Pulau Lombok, penyebab kerusakan terumbu karang yang dominan adalah karena: 1) penambangan karang (coral mining); 2) penggunaan bahan peledak dan bahan beracun, teknik-teknik yang merusak dalam penangkapan ikan di kawasan terumbu karang; 3) kegiatan objek wisata yang berkaitan dengan pemanfaatan keindahan terumbu karang.

2.3.2 Komunitas ikan karang 1. Karakteristik Kelompok Ikan

Kelompok ikan karnivora di daerah terumbu karang sekitar 50-70%, dan hampir meliputi jenis ikan di daerah ini. Kelompok ikan-ikan pemakan karang dan herbivor sekitar 15%. Ikan-ikan dari kelompok ini sangat tergantung kepada kesehatan karang untuk mengembangkan populasinya. Kelompok planktivor dan omnivor hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (Choat dan Bellwood, 1991).

Sebagian besar ikan karang memiliki diversitas yang tinggi, jumlah spesies yang sangat banyak, dan kisaran morpologi yang luas. Menurut Dartnall dan Jones (1986), ikan karang dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok berdasarkan tujuan pengelolaannya yaitu : (i) kelompok jenis ikan indikator, (ii) kelompok ikan target (komsumsi), (iii) kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan (kelompok utama)

2. Karakteristik Ekologi

Terumbu karang tidak hanya terdiri hanya dari terumbu karang, tetapi juga daerah berpasir, bermacam-macam goa dan lubang/celah, wilayah alga, perairan dangkal, perairan dalan serta adanya zonasi terumbu karang. Diversitas dan densitas ikan karang yang tinggi disebabkan oleh banyaknya variasi habitat yang terdapat di terumbu karang. Ikan-ikan tersebut memiliki relung ekologi yang

lebih sempit sehingga lebih banyak spesies yang hanya dapat bergerak dalam area tertentu. Sebagai akibat dari keadaan ini, ikan-ikan terbatas pada terlokalisasi di area tertentu pada terumbu karang. Selain itu juga diantara ikan-ikan tersebut yang dapat bermigrasi dan bahkan beberapa spesies melindungi wilayahnya (Nybakken, 1992).

Keterkaitan ikan karang dengan karang dalam suatu ekologi yang sama pada suatu area adalah kompleks, sebagai contoh keterkaitan khusus yang terjadi pada spesies pemakan bentik sessil dan invertebrata kecil. Hal ini menghasilkan banyak diversitas yang harus diidentifikasi. Kerumitan substrat sebagai tempat perlindungan lebih mencirikan karakteristik ekologi dari populasi ikan karang dibandingkan substrat sebagai sumber pakan (Choat dan Bellwood, 1991).

3. Karakteristik habitat

Perbedaan habitat terumbu karang dapat mendukung adanya perbedaan kelompok ikan. Oleh karena itu, interaksi intra dan inter spesies berperan penting dalam penentuan penguasaan ruang (spacing) sehingga banyak ikan-ikan yang menempati ruang tertentu. Tiap kelompok ikan masing-masing mempunyai habitat yang berbeda, tetapi banyak spesies mempunyai habitat yang lebih dari satu. Pada umumnya setiap spesies mempunyai kesukaan dan referensi terhadap habitat tertetu (Hutomo, 1986).

Keberadaan karang merupakan habitat penting bagi ikan karang, karena sebagian besar populasi ikan karang mengadakan rekruit secara langsung dalam terumbu karang. Stadia planktonik ikan karang selalu berada pada subtrat karang, ikan-ikan ini terdiri dari Scarids, Acanthurids, Siganids, chaetodontids, Pomacantids dan banyak spesies labrids dan pomacentrids. Anggota dari populasi ini tidak selalu berasosiasi dengan karang tetapi pergerakannya kebanyakan berasosiasi dengan struktur khusus dan keadaan biotik dari karang. Keberadaan ikan karang dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas air sebagai habitatnya.

4. Pola Distribusi

Salah satu fenomena yang menarik mengenai distribusi ikan karang adalah adanya perbedaan jenis ikan pada siang dan malam hari. Pada malam hari spesies diurnal bersembunyi di karang sedangkan spesies nokturnal mencari

makan, sebaliknya pada siang hari spesies diurnal mencari makan dan spesies nokturnal bersembunyi. Pada habitat terumbu karang, keberadaan ruang lebih menjadi faktor pembatas dibanding pakan, sehingga ruang di daerah terumbu karang dapat menggambarkan distribusi ikan karang. Selain itu, beberapa ikan berdistribusi berdasarkan keadaan pasang surut (Russel, Anderson, Golman, 1987).

Asosiasi habitat dapat digunakan untuk menjelaskan pola distribusi ikan karang dan banyak spesies mempunyai distribusi geografis yang luas. Kelompok ikan yang selalu berasosiasi dengan karang akan mencapai kelimpahan yang sangat tinggi dalam habitat yang mempunyai kisaran geografis besar. Asosiasi ini kemungkinan dapat dijadikan sebagai penjelasan tentang biogeografi (Choat dan Bellwood, 1991). Menurut White (1987), dasar perairan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pola distribusi dan kelimpahan ikan karang.

Beberapa famili ikan karang yang umum dijumpai di daerah terumbu karang yang dikelompokkan berdasarkan peranannya adalah sebagai berikut (

Kuiter, R. H. 1992 );

1. Ikan target: Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae Labridae (Chelinus, Himigymnus, choerodon) dan Haemulidae. Salah satu contoh ikan target adalah Ikan kerapu dari famili Seranidae dalam dunia internasional dikenal dengan nama grouper/trout. Ikan jenis ini merupakan ikan konsumsi yang dipasarkan dalam keadaan hidup.

2.Ikan indikator: Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengan kesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe).

3. Ikan mayor (Mayor Family): Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut seperti: Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae, Labridae, Apogonidae dll. Contoh: ikan badut (Clown fish) dari famili Pomacanthidae.

Dokumen terkait