• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Letak Geografis dan Administratif

Secara geografis Kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) di Desa Gili Indah terletak pada 8020,LS sampai dengan 8023,LS dan 116000 BT sampai dengan 116010,BT. Pemerintah Desa Gili Indah secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Batas-batas wilayah Desa Gili Indah sebagai berikut (Monografi Desa Gili Indah, 2005).

• Sebelah Utara : Laut Jawa

• Sebelah Timur : Selat Sira

• Sebelah Selatan : Perairan Teluk Kombal

• Sebelah Barat : Selatan Lombok

Desa Gili Indah terbentuk berdasarkan SK Gubernur No. 20, tanggal 23 Januari 1995 dan merupakan pecahan dari Desa Pemenang Barat, Kecamatan Tanjung. Keberadaannya sangat unik jika dibandingkan dengan desa-desa lain, karena merupakan satu-satunya desa yang wilayahnya terdiri dari tiga pulau kecil, yaitu Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Kawasan ini juga telah ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam (TWAL) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 85/ Kpts-II/1993 tanggal 16 Februari 1993 dengan luas wilayah 2.954 hektar dan luas daratan 665 hektar. Dari ketiga pulau di Gili Indah, Gili Trawangan merupakan pulau yang terbesar dengan luas 340 hektar dan keliling pulau 10 km, disusul Gili Air seluas 175 hektar dan keliling pulau 5 km, serta Gili Meno seluas 150 hektar dan keliling pulau 4 km.

4.1.1 Kondisi Demografis

Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penentu yang sangat penting dalam keseimbangan dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Pertambahan dan konsentrasi penduduk yang terbatas menimbulkan permintaan terhadap sumberdaya alam yang ada, tidak terkecuali pada sumberdaya pesisir dan lautan.

Penyebaran penduduk di desa Gili Indah tidak merata, penduduk yang terbayak di dusun Gili Air sedangkan yang paling sedikit adalah penduduk gili Meno. Jumlah secara keseluruhan penduduk di Desa Gili Indah pada tahun 2005 sebanyak 2.935 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 710 KK, terdiri dari

laki-laki 1.506 jiwa dan perempuan 1.429 jiwa. Adapun jumlah penduduk Desa Gili Indah dirinci menurut umur seperti pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah penduduk Desa Gili Indah dirinci menurut umur tahun hasil Registrasi akhir tahun 2005

No. Umur Jumlah (Orang)

1. 0 – 9 Tahun 525 2. 10 – 19 Tahun 501 3. 20 – 29 Tahun 659 4. 30 – 39 Tahun 565 5. 40 – 50 Tahun 399 6. > 50 Tahun 286 Jumlah 2.935 Sumber: Laporan Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Desa Gili Indah,

BKSDA 2005

4.1.2 Pendidikan dan Kesehatan

Dalam hal pendidikan, saat ini di setiap dusun sudah ada Sekolah Dasar (SD), namun untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, harus pergi ke tempat lain (daratan pulau Lombok).Sekitar 90% dari penduduk Gili Indah hanya berpendidikan tamat SD ke bawah, sedangkan sisanya 10% mengenyam pendidikan SLTP dan SMU. Dari jumlah 90% tersebut, sekitar 35% tidak pernah mengikuti pendidikan dasar. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan anggota rumah tangga di tiga gili (dusun) relatif rendah. Sarana pendidikan yang ada di Desa Gili Indah hanya terbatas Sekolah Dasar (3 buah), SLTP (1 buah) dan Taman Kanak-Kanak (2 buah) sedangkan sarana kesehatan terdapat puskesmas pembantu (3 unit) dan Posyandu (3 buah). Tingkat pendidikan penduduk di Desa Gili Indah secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8.

Di tiap-tiap gili sudah terdapat sarana kesehatan berupa puskesmas sebanyak 1 buah setiap dusun. Puskemas yang sudah ada sudah dapat melayani seluruh penduduk yang tinggal dimasing-masing gili, namum jika ada penduduk yang sakit berat biasanya di bawa ke puskesmas atau ke rumah sakit yang berada di daratan Lombok mengingat puskesmnas yang terbatas pada ketiga puskesmas tersebut.

Tabel 8 Tingkat pendidikan penduduk di Desa Gili Indah

No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (orang)

1. Belum Sekolah 175

2. Usia 7-45 Tahun tidak pernah sekolah 63

3. Pernah Sekolah SD tetapi tidak tamat 78

4. Tamat SD Sederajat 780

5. Tamat SLTP Sederajat 605

6. Tamat SLTA Sederajat 320

7. D – 1 16

8. D – 2 10

9. D – 3 5

10. S – 1 7

Jumlah 2.059

Sumber : Laporan Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Desa Gili Indah, BKSDA 2005

4.1.3 Agama dan Adat Istiadat

Sekitar 75% dari penduduk Gili Indah berasal dari suku Bugis (Sulawesi Selatan), sisanya adalah suku sasak, Bali, Jawa, dan Madura, serta suku-suku lainnya. Dominannya orang Bugis ini menjadikan kekerabatan diketiga Gili sangat erat, walaupun kehidupan bertetangga mereka dipisahkan laut.

Perkampungan penduduk Gili Indah terkonsentrasi ditengah-tengah pulau, sedikit sekali yang mendirikan rumah dipinggir pantai. Ciri dari rumah mereka adalah rumah panggung dengan kolong rumah yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti dapur, tempat menyimpan kayu bakar, dan tempat istirahat keluarga. Mayoritas penduduk Gili Indah adalah beragama Islam. Pada setiap gili terdapat mesjid yang rutin mengadakan pengajian dan kegiatan keagamaan.

4.1.4 Aksebilitas

Bandara Selaparang dan Pelabuhan Lembar merupakan pintu masuk utama bagi wisatawan yang akan berkunjung ke Gili Indah. Untuk mencapai Gili Indah tersedia perahu dari Pelabuhan Bangsal. Teluk Kode atau langsung berperahu dari Senggigi. Untuk pelayanan umum digunakan pelabuhan Bangsal

dan setiap saat selalu tesedia perahu dari Bangsal menuju Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan.

Mulai bulan Juni 2001 telah diberlakukan tarif untuk satu penumpang dari pelabuhan bangsal ke Gili Air Rp 2.300, Gili Meno Rp 2.800, dan Gili Trawangan Rp 3.000. Tarif juga berlaku untuk penyeberangan antar gili, yaitu Rp 7000. Jika perahu disewa (Charter), tarif yang berlaku antara Rp 55.000 sampai Rp 120.000. Perahu yang melayani antar pulau tergabung dalam koperasi angkutan Karya Bahari. Peranan koperasi ini adalah melayani kebutuhan anggotanya, dan menjual tiket untuk penyeberangan.

Untuk menghubungkan dengan wilayah (daerah) lain maka diperlukan sarana telekomunikasi terutama bagi wisatawan. Di setiap Gili terdapat warung telekomunikasi (wartel) yang melayani lokal, SLJJ, dan SLI. Selanjutnya tidak kalah pentingnya adalah sarana penerangan (listrik). Pelayanan listrik oleh PLN hanya terdapat di dua Gili, yaitu Gili Air dan Gili Trawangan. Sedangkan di Gili Meno biasanya disediakan oleh masing-masing tempat penginapan dalam jumlah yang terbatas.

4.1.5 Lembaga Ekonomi

Lembaga ekonomi yang terdapat di Desa Gili Indah secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Lembaga ekonomi yang terdapat di Desa Gili Indah

No Jenis Lembaga Jumlah (unit)

1. Koperasi 1

2. Industri Alat Rumah Tangga 1

3. Restoran 72

4. Warung / Kelontong 20

5. Angkutan 45

6. Toko / Swalayan 1

Jumlah 140 Sumber : : Laporan Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Desa Gili Indah,

BKSDA 2005.

4.1.6 Keadaan Fisik

4.1.6.1.Topografi dan Batimetri

Keadaan topografi Gili Air dan Gili Meno datar, dengan ketinggian hampir sejajar dengan permukaan laut, sedangkan Gili Trawangan pada bagian tengah

ke arah utara datar dan pada bagian tengah ke arah selatan berbukit dengan ketinggian ± 72 meter dari permukaan laut. Keadaan topografi pantai ketiga pulau landai dengan areal yang tidak terlalu luas.

Kondisi bathymetri sekeliling Gili Air dan Gili Trawangan landai hingga kedalaman 10 meter, sedangkan Gili Meno agak sedikit curam. Selat antara Gili Air dan Gili Meno, serta Gili Meno dan Gili Trawangan mempunyai kedalaman antara 30-40 meter. Pada bagian barat Gili Trawangan mempunyai kedalaman antara 30-40 meter. Pada bagian barat Gili Trawangan batimetrinya curam dengan kedalaman lebih dari 50 meter.

4.1.6.2 Oseonografi

Pasang surut air laut mempunyai ketingian 1-5 meter. Pasang surut Selat Lombok memiliki karateristik yang unik akibat dipengaruhi oleh dua rambatan gelombang pasang surut yang berasal dari Samudera Pasifik. Kondisi pasang surut tersebut dan proses atmosfir skala global sehingga memberikan tambahan fluktuasi permukaan laut hingga 30 cm pada fluktuasi permukaan air yang disebabkan pasang surut (Suharsono, 1995).

Keadaan osenografi Gili Indah dipengaruhi oleh dinamika oseanografi Selat Lombok dan Laut Flores. Diantara parameter oseanografi yang penting dalam penentuan lokasi wisata bahari adalah pasang surut, arus, dan gelombang.

Berdasarkan pengukuran pasang surut di Dermaga Gili Air (08021’52’’,116004’55’’BT) didapatkan tipe pasut Gili Indah adalah campuran condong ke tipe semi diurnal (hari ganda). Dengan perbedaan pasang dan surutnya ± 1 meter (Departemen Kehutanan, 1994).

4.1.6.3 Fisika-Kimia Perairan

Berdasarkan pengukuran pada delapan stasiun pengamatan, diketahui suhu perairan Gili Indah berkisar antara 250-30,40 C, salinitas berkisar antara 34-36 ppt. Suhu dan salinitas tersebut masih menunjukkan kisaran normal perairan tropis dan masih bagus untuk kehidupan biota laut. Kemudian pH berkisar antara 7- 8,6. DO berkisar antara 4,8-9,37 mg/l. Kisaran pH dan DO ini masih layak untuk kehidupan biota laut dan masih sesuai dengan baku mutu lingkungan. Nitrat berkisar antara 0,032-0,1180 mg/l, dan ortho pospat berkisar antara 0,0088 - 0,229 mg/l (Halim, 1998).

Secara umum kualitas perairan di Gili Indah Ini masih sesuai untuk kehidupan biota laut. Dengan kecerahan rata-rata 90% terhadap kedalaman dan tidak adanya pencemaran/polutan yang memasuki perairan, menjadikan wilayah Gili Indah sangat sesuai untuk lokasi pariwisata bahari.

4.1.6 4. Hidrologi

Hidrologi dalam arti sumber air tawar pada kawasan pulau-pulau kecil sangat penting artinya dalam rangka mendukung kegiatan wisata, terkait dengan daya dukung kawasan terhadap jumlah hunian yang dapat dilayani/dipenuhi kebutuhan air tawarnya dari pulau itu sendiri apabila tidak ada pasokan dari luar pulau itu sendiri, apabila tidak ada pasokan dari luar.

Air tawar yang dimanfaatkan di tiga pulau adalah air tanah yang berupa resapan Gili Trawangan yang luas pulau cukup besar, pada bagian tengah pulau masih dimungkinkan diperoleh air tawar yang kadar garamnya relatif rendah, sedangkan di Gili Meno dan Gili Air yang luasnya kecil, relatif terbatas persediaan air tanah yang kadar garamnya rendah, bahkan pada Gili Meno terdapat danau air asin. Hal ini menunjukkan tingkat instrusi air laut ke daratan cukup besar.

Hasil pengukuran diketahui air untuk keperluan MCK di Gili Trawangan bersalinitas 8ppt, Gili Meno 18ppt, dan Gili Air bersalinitas 4ppt. Di Gili Air kadar garamnya lebih rendah dibanding dengan Gili Meno dan Trawangan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pasang surut dan beda waktu pengamatan. Jika ditinjau untuk kegiatan wisata dalam hubungannya dengan persediaan air tawar, maka diatasi dengan mendatangkan air dari daratan Lombok dan melalui proses desalinitasi air laut.

4.2 Potensi Sumberdaya Alam dan Jasa Lingkungan 4.2.1.Terumbu karang

Fungsi ekologi terumbu karang antara lain sebagai tempat pemijahan, pembesaran, tempat mencari makan bagi berbagai jenis karang. Terumbu karang juga dipandang penting karena produk yang dihasilkan seperti karang, ikan hias, udang, alga, dan bahan bioaktif.

Di kawasan Gili Indah, terumbu karang merupakan sumberdaya alam yang memberikan arti dan kontribusi yang besar bagi pendapatan masyarakat maupun daerah. Keindahan alam bawah air yang disebabkan oleh terumbu karang telah

membawa daerah ini menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) utama di Indonesia. Tipe/formasi terumbu karang di kawasan Gili Indah ini termasuk terumbu tepi (Fringging reef).

Dari hasil koleksi karang batu dikumpulkan sebanyak 148 jenis karang yang mewakili 54 marga. Dari ketiga Gili, maka terlihat bahwa Gili Trawangan mempunyai kekayaan jenis yang tinggi disusul oleh Gili Meno dan Gili Air. Persentase tutupan karang hidup yang tertinggi terdapat di Gili Meno dan Gili Trawangan didominasi oleh jenis Arcropora spp. yang tumbuh melimpah pada kedalamam antara 3-15 meter. Pertumbuhan semacam ini terdapat ini dapat dijumpai di Gili Meno Utara dan Gili Trawangan sebelah Barat. Persentase tutupan karang di kedua lokasi masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 60-80%, akan tetapi pantai yang ada di selat antara Gili Trawangan dan Gili Meno kondisi karang di kedua lereng terumbu mempunyai persentase yang relatif yaitu 20-30% (Suharsono, 1995).

Pada pantai yang lain terlihat bahwa pertumbuhan karang merupakan campuran antara karang bercabang dan karang masif. Keanekaragaman jenis biota seperti soft coral (karang lunak) tumbuhan sangat dominan di tempat yang persentase tutupan karang batunya rendah seperti lereng-lereng terumbu Gili Trawagan Timur dan Gili Meno Barat. Pada kedalaman 20 m, pertumbuhan karang di ketiga gili relatif jarang. Karang yang tumbuh pada kedalaman 20m hanya berupa patches-patches kecil yang terbesar tidak merata (Siswandono,

1993).

Dari hasil pemantauan dengan metode manta tow yang dilakukan oleh BKSDA pada bulan oktober 2001 dalam laporan Inventarisai Inventarisasi Di TWAL Gili Indah dapat digambarkan sebagai berikut:

Terumbu karang Gili Indah cukup bervariasi. Di kedalaman 10 meter, hampir 100% terumbu karang mempunyai kondisi yang jelek. Sedangkan di kedalaman 3-5 meter, terumbu karang yang termasuk kategori baik sekitar 16%. Kondisi terumbu karang di Gili Air pada umumnya jelek. Di kedalaman 10 meter, semua terumbu karang di sekeliling pulau (100%) mempunyai tutupan karang hidup yang rendah (<30%). Di kedalaman 3-5 meter, sebagian kecil (14%) terumbu karang mempunyai kondisi yang sedang dan baik. Sebagian yang lainnya (86%), kondisinya jelek dengan tutupan karang hidup kurang dari 30%. Terumbu karang dalam kondisi baik dan sedang tersebut ditemukan di bagian utara Gili Air di kedalaman 3-5 meter. Sebahagian besar karang batu hidup di

tempat ini merupakan karang berbentuk foliose Montipora dan karang bercabang

Montipora digitata.

Kelimpahan ikan relatif masih tinggi. Banyak ditemukan ikan pelagis di atas terumbu karang. Kelimpahan ikan yang tinggi (>5000 ekor dalam wilayah 12-16 are) ditemukan di bagian barat laut hingga timur laut Gili Air.

Di kedalaman 10 meter, semua terumbu karang di sekeliling Gili Meno mempunyai kondisi yang jelek (tutupan karang <30%). Di bagian utara pulau, kondisi terumbu karang yang baik dapat dijumpai pada kedalaman 3-5 meter. Terumbu karang yang kondisinya baik ini sekitar 10% dari keliling pulau dan didominasi terutama oleh karang Montipora aequituberculata dan Montipora

berbentuk foliose lainnya, serta Montipora digitata yang bercabang. Di sekitar dermaga Bounty Cruises, terumbu sebagian besar tertutup pasir yang tidak memungkinkan utuk tumbuhnya karang.

Gili Meno mempunyai kelimpahan ikan yang tinggi (>5000 ekor dalam wilayah 12-16 are) hampir di sekeliling pulau. Di samping ikan pelagis, ikan-ikan karang juga mempunyai kelimpahan yang tinggi. Selain ikan-ikan, biota lain yang ditemukan di utara dan selatan pulau adalah penyu.

Sementara itu, gambaran kondisi terumbu karang di Gili Indah secara lebih detail yang ditentukan dengan metode transek garis (line intercept transect, LIT), diperoleh informasi bahwa sebagian besar wilayah terumbu karang yang diamati, terutama pada kedalaman 10 meter, kondisinya rata-rata kritis dengan tutupan karang batu hidup kurang dari 25%. Sedangkan pada kedalaman 3 meter sebagian besar kondisi terumbu karang di kawasan ini termasuk kategori sedang. Di beberapa titik pengamatan terlihat pula bahwa karang di Gili Indah sedang mengalami pertumbuhan. Bahkan di Gili Meno pada kedalaman 3-5 meter, pertumbuhan ini terlihat cukup bagus yang ditandai dengan munculnya koloni karang dalam jumlah yang banyak.

Selain komponen bentik, komponen terumbu karang yang penting adalah ikan karang. Ikan karang adalah salah satu komponen utama penyusun ekosistem terumbu karang yang sangat penting sebagai sumber protein hewani bagi kehidupan manusia. Keberadaan beribu-ribu spesies ikan yang ada diterumbu karang menyebabkan ekosistem ini merupakan salah satu ekosistem yang memiliki kekayaan jenis paling tinggi di muka bumi ini (Hutomo, 1987).

Keberadaan ikan karang di terumbu karang erat kaitannya dengan kondisi fisik terumbu karang tersebut. Persentase penutupan karang hidup yang berbeda-beda akan mempengaruhi densitas ikan karang, terutama yang memiliki keterkaitan kuat dengan karang hidup (Suharsono, 1995). Selama pengamatan dilakukan, tercatat ada 73 spesies ikan karang yang termasuk dalam 20 famili. Sebagian besar dari ikan-ikan di Gili Indah termasuk dalam famili Pomacentridae. Dari ikan-ikan yang ditemukan, beberapa jenis ikan lain yang tergolong sebagai ikan indikator (Chaaetodontidae) dan ikan target (Siganidae, Scaridae, Caesionidae, dan Serranidae).

Selain jenis-jenis ikan terumbu karang Gili Indah yang disebutkan di atas, terlihat pula jenis-jenis ikan lain yang pada saat dilakukan sensus berada di luar garis transek. Ikan-ikan tersebut antara lain Cheilinus undulatus (napoleon),

Siganus coralinus (baronang), Odonus niger, beberapa jenis Lutjanus (kakap) dan Caesio (ekor kuning).

4.2.2 Padang Lamun dan Rumput Laut

Padang lamun (seagrass meadow) merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting dalam penyelamatan ekosistem pantai. Lamun mempunyai fungsi fisik sebagian penahan gelombang dan laju sedimentasi. Selain itu lamun juga mempunyai peranan ekologis, misalnya sebagai tempat mencari makan, daerah asuhan dan perlindungan bagi berbagai biota laut seperti laut seperti ikan, krustacea, moluska, dan lain-lain.

Menurut Dirjen Bangda dan Dirjen PHPA (1997) ditemukan 9 jenis lamun dan 41 jenis rumput laut. Jenis lamun paling banyak ditemukan di Gili Air yaitu 9 jenis, di Gili Meno 4 jenis, dan Gili Trawangan 5 jenis. Hamparan lamun di Gili Air merupakan hamparan yang paling luas dan terdapat diantara ketiga gili, yaitu 27- 43% didominasi oleh jenis Cymodecea rotundata dan Cymodocea Serrulata.

Rumput laut paling banyak ditemukan pada rataan terumbu Gili Meno, kemudiaan Gili Trawangan, lalu Gili Air. Di Gili Meno terdapat 26 jenis rumput laut yang terdiri dari alga merah, coklat, hijau, dan terbanyak ditemui di pantai utara. Rumput laut tumbuh menyebar mulai dari pinggir pantai sampai ke tubir dengan persentase tutupan yang berbeda. Persentase tutupan rumput laut yang terbesar ditemukan di Gili Meno yaitu 36-60%, Gili Trawangan yaitu 37-40%, dan terendah di gili Air sebesar 28-33%.

4.2.3. Moluska dan Echinordermata

Potensi fauna akuatik di perairan Gili Indah masih memiliki prospek baik untuk di kembangkan. Sesuai dengan namanya hewan ini bertubuh lunak, bentuk dan ukuran tubuh beraneka ragam. Moluska banyak dijumpai di berbagai habitat terumbu karang, mangrove, dan padang lamun.

Jenis-jenis hewan yang tergolong dalam Phylum Moluska antara lain keong, kerang, cumi-cumi. Moluska yang ditemui antara lain kima sisik (Tridacana squamosa), Lambis lambis, Trochus niloticus.

Bintang berkulit duri cukup banyak dijumpai di dasar perairan terumbu karang dan paparan pasir. Jenis-jenis hewan yang tergolong dalam kelompok ini antara lain teripang dan bulu babi. Teripang merupakan komoditi yang dapat didayagunakan sebagai makanan dari laut, demikian juga dengan bulu babi yang umumnya dimanfaatkan atau dimakan gonadnya. Jenis-jenis yang dijumpai di daerah studi antara lain bintang laut biru (Linchia laevigata).

4.2.4. Perikanan

Jumlah jenis ikan di perairan Lombok Barat menurut Badan Pusat statistik NTB (2000) dan Dinas Perikanan NTB (2000) sebanyak 36 jenis, Terdapat beberapa jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomi penting dan mempunyai produksi tinggi, seperti ikan tongkol, teri, cakalang, merah bambangan, julung-julung, biji nangka, kerapu, tembang, kurisi, dan ikan kembung. Pemanfaatan komoditi perikanan laut masih sangat potensial untuk dikembangkan mengingat potensi lestari (MSY) di Kabupaten Lombok Barat masih sebesar 163.172,5 ton/tahun, sedangkan produksi ikan pada tahun 1996 hanya mencapai 9.093,9 ton.

Berdasarkan laporan MREP (1995), jenis ikan karang yang ditemukan diantara 12 stasiun pengamatan di kawasan Gili Indah bervariasi dari satu tempat ketempat lain. Jumlah jenis (spesies) yang dijumpai berkisar dari 2-68 jenis dengan kepadatan 10-1.290 ekor/300 m2. Variasi ikan karang sangat berkaitan dengan kondisi terumbu karang yang ada. Potensi ikan karang terbesar terdapat di Gili Trawangan yaitu 68 jenis dengan kepadatan 1.290 ekor/ 300m2.

Ikan hias dan ikan konsumsi yang di temukan TWAL Gili Indah ini cukup banyak. Ikan hias ditemukan sebanyak 123 jenis dalam 30 famili. Ikan-ikan ini menyebar pada lokasi-lokasi di TWAL Gili Indah. Ikan hias terbanyak ditemukan di Selatan Tenggara yaitu 63 jenis, kemudian Rinjani Slope sebanyak 69 jenis,

dan Nusa Tiga Point sebanyak 58 jenis. Di Soraya Point ditemukan sebanyak 35 jenis, Tutle Point sebanyak 44 jenis, Andi Reef sebanyak 49 jenis. Pada Pedati’s Reef ditemukan sebanyak 54 jenis, Air Wall 46 jenis, dan Hans Point sebanyak 53 jenis ( Halim, 1998).

Praktek penangkapan ikan karang, dikawasan TWAL Gili Matra adalah dengan sistem bom dan potassium. Akibat pengunaan bom dan potassium ikan-ikan yang mati atau tertangkap tidak hanya yang berukuran besar saja akan tetapi larva ikan dan plankton serta hewan karang yang berklorofil (zooxanthella) juga menjadi punah sehingga akan mengancam ketersediaan plasma nuftah sebagai lumbung untuk menjamin kelestarian ekosistem dan spesies. Demikian pula pengambilan biota laut lainnya seperti berbagi jenis karang atau moluska untuk souvenir pada masa yang akan datang akan dapat mengancam kelestarian biota laut tersebut. Dari hasil pengamatan yang kami lakukan dilapangan masih ditemukan adanya pengambilan biota laut yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun pengunjung. Objek atau biota yang dilindungi yang diambil untuk dijual sebagai souvenir antara lain : Famili Cypraedae, Cassidae, Trochidae, Strombidae dan kelompok Cephalopoda (Famili Nautilidae).

4.3 Jasa Lingkungan

Hamparan pasir putih disepanjang pantai Gili Meno-Trawangan dan kondisi air cukup jernih merupakan perpaduan potensial lingkungan yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata laut. Kegiatan wisata pantai umumnya memanfaatkan keindahan lingkungan, antara lain kejernihan air laut, keindahan pasir pantai, dan panorama lingkungan seperti sunset dan sunrise.

4.3.1 Potensi wisata

4.3.1.1 Keadaan Obyek Wisata

Potensi kegiatan pariwisata di Gili Air-meno-Trawangan, pada dasarnya mengarah pada pendalaman terhadap ketetapan wilayah peruntukan wisata bahari di ketiga gili tersebut, sebagaimana yang telah ditetapkan melalui SK Gubernur KDH TK I NTB nomor 500 tahun 1992 tentang Rencana Tata Ruang Resort Pariwisata Gili Air-Meno-Trawangan. Secara faktual kegiatan wisata bahari yang utama (paling banyak dilakukan) oleh wisatawan dan pengelola jasa wisata adalah: kegiatan menyelam (diving), renang (Snorkling), dan wisata jemur (sun bathing). Kegiatan wisata lain seperti : wisata perahu kaca (botton glass

boat) untuk melihat panorama bawah air, memancing (fishing), selancar (surving

) perahu kano (cannoing), ski air, belum banyak dilakukan kondisi tersebut

Dokumen terkait