• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Strategi Pengembangan Budidaya Ikan Karang

Dari hasil pengamatan dan penelitian dilapangan serta masukan dari berbagai sumber maka dapat didiskripsikan beberapa kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki oleh Kawasan TWAL Gili Indah, selanjutnya dilakukan penentuan prioritas faktor Internal dan Eksternal berdasarkan tingkat kepentingan, yang disajikan dalam Tabel 21.

Tabel 21 Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

KEKUATAN : bobot rating skore

Kualitas perairan yang masih layak (feasible) untuk

kehidupan biota laut 0,10 2 0,20

Indahnya panorama alam dengan nilai estetik

sebagai potensi wisata pantai dan perairan 0,09 2 0,18

Adanya kearifan lokal (Awig-awig) yang masih

dipatuhi oleh masayarakat Gili Indah 0,11 3 0,33

Masyarakatnya Gili Indah hampir tidak lagi

melakukan kegiatan penangkapan yg merusak 0,07 2 0,14

Masyarakat setempat terbuka terhadap teknologi

baru (dukungan Masyarakat) 0,09 3 0,70

Sektor pariwisata menjadi menjadi sektor utama bagi

perekonomian masyarakat Gili Indah 0,07 3 0,21

Status sebagai kawasan TWAL, yang merupakan

kawasan konservasi 0,13 3 0,39

KELEMAHAN

Kerusakan terumbu karang 0,10 2 0,20

Rendahnya penguasaan teknologi budidaya oleh

masyarakat 0,09 2 0,18

Kurangnya ketersediaan sarana produksi dan

infrastruktur fisik penunjang budidaya 0,07 1 0,07

Keterampilan terbatas 0,08 2 0,16

Tabel 22 Matriks EFAS (External Factor Analysis Summary)

PELUANG : bobot rating skore

Peningkatan permintaan hasil perikanan oleh

pariwisata 0,13 3 0,39

Semakin meningkatnya teknologi budidaya dalam

upaya penyediaan benih 0,09 2 0.18

Diversifikasi usaha 0,08 3 0,24

Akses informasi dan jarak ke lokasi relatif mudah

dijangkau 0,11 2 0.22

Tingginya minat wisatawan terhadap keindahan

terumbu karang 0,07 3 0,21

Adanya kesempatan berusaha 0,08 2 0,16

ANCAMAN :

Pencemaran lingkungan 0,13 2 0,39

Kegiatan destructif fishing oleh masyarakat 0,12 2 0,24

Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap

SDA laut dan pesisir 0,08 2 0,16

Komplik pemanfaatan lahan 0,11 2 0,22

Jumlah 1,00 2,41

Berpijak dari hasil analisis seperti tersebut diatas, maka disusunlah bentuk-bentuk arahan strategi dalam pengembangan budidaya ikan karang dengan sea ranching yang merupakan hasil kombinasi dari aspek internal dan eksternal yang ada dan terjadi di TWAL Gili Indah (Tabel 23).

Tabel 23 Matrik SWOT (Perumusan Strategi)

Kekuatan :

1. Kualitas perairan masih layak untuk kehidupan bioata laut

2. Indahnya panorama alam dengan nilai estetik sebagai potensi wisata pantai

3. Adanya kearifan lokal (Awig-awig)

4. Masyarakat Gili Indah hampir tidak lagi melakukan kegiatan penangkapan yang merusak

5. Masyarakat setempat

terbuka terhadap teknologi

baru (dukungan masyarakat)

6. Pariwisata menjadi sektor utama bagi perekonomian masyarakat Gili Indah

7. Status sebagai kawasan TWAL, yang merupakan kawasan konservasi Kelemahan : 1. Kerusakan terumbu karang 2. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya oleh masyarakat 3. Kurangnya ketersediaan sarana produksi dan infrastruktur fisik penunjang budidaya 4. keterampilan terbatas Peluang : 1. Peningkatan permintaan hasil perikanan oleh pariwisata 2. Semakin meningkatnya teknologi budidaya dalam upaya penyediaan benih 3. Diversifikasi usaha

4. Akses informasi dan jarak ke lokasi relatif mudah dijangkau 5. Tingginya minat wisatawan terhadap keindahan terumbu karang 6. kesempatan berusaha Strategi SO

“kekuatan dan peluang” 1. Penciptaan usaha yang

ramah lingkungan Strategi WO “kelemahan - peluang” 1. Rehabiltasi karang secara alami maupun artifisial dan restocking (pengkayaan stok) 2. Peningkatan kualitas SDM

Tabel 24 Matrik SWOT (Perumusan Strategi)

Kekuatan :

1. Kualitas perairan masih layak untuk kehidupan bioata laut

2. Indahnya panorama alam dengan nilai estetik sebagai potensi wisata pantai

3. Adanya kearifan lokal (Awig-awig)

4. Masyarakat Gili Indah hampir tidak lagi melakukan kegiatan penangkapan yang merusak

5. Masyarakat setempat terbuka terhadap teknologi baru (dukungan

masyarakat)

6. Pariwisata menjadi sektor utama bagi perekonomian masyarakat Gili Indah

7. Status sebagai kawasan TWAL, yang merupakan kawasan konservasi Kelemahan : Kelemahan : 1. Kerusakan terumbu karang 2. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya oleh masyarakat 3. Kurangnya ketersediaan sarana produksi dan infrastruktur fisik penunjang budidaya 4. keterampilan terbatas Ancaman 1. Pencemaran lingkungan 2. Kegiatan destructif fishing 3. Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap SDA laut dan pesisir

4. Komplik

pemanfaatan lahan

Strategi ST

“kekuatan dan Ancaman” 1. Memfungsikan pengaturan tata ruang 2. Peningkatan kapasitas kelembagaan Strategi WO “kelemahan - Ancaman” 1. Pemberdayaan masyarakat 2. Pengembangan

pola kemitraan (Co-manajemen

)

Berdasarkan hasil jumlah skore pembobotan pada matriks IFAS menunjukkan nilai sebesar 2,33. Nilai tersebut mengandung arti bahwa reaksi masyarakat gili Indah terhadap faktor-faktor internal menunjukkan hasil pada tingkat rata-rata. Dengan kata lain masih ada kesempatan memperbaiki sumber daya alam serta kualitas sumber daya manusia untuk mengurangi kelemahan yang ada di wilayah tersebut jika dilakukan dengan tekad yang kuat serta kerja sama antar semua pihak. Sedangkan jika dilihat hasil jumlah skore pembobotan

dalam EFAS menunjukkan nilai sebesar 2,41. Jumlah tersebut lebih besar dibanding dengan skore IFAS. Nilai tersebut mengandung arti bahwa kondisi masyarakat Gili Indah mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata. Dengan kata lain kemampuan masyarakat Gili Indah dalam memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman yang datang dari luar dalam kisaran rata-rata. Sebuah pengelolaan perikanan yang baik dan berbasis masyarakat diharapkan dapat menghapus segala bentuk ancaman yang terjadi di Gili Indah.

Dengan memperhatikan segala potensi sumberdaya dan aktivitas pariwista di Gili Indah dan digabungkan dengan faktor dari analisa SWOT maka disusun strategi pengembangan budidaya ikan karang sea ranching untuk mendukung wisata bahari. Selengkapnya rencana strategi sebagai berikut:

) Strategi “kekuatan dan peluang”

(1) Penciptaan Usaha yang Ramah Lingkungan

- Berburu ikan (Fishing hunting) , dan Olah Raga Pancing (Sport Fishing)

Diversifikasi usaha dalam bentuk produk perikanan dapat dikembangkan dari bahan baku perikanan yang diusahakan sedemikian rupa untuk menunjang aktivitas pariwisata yang sudah ada. Dalam kaitannya dengan kegitan perikanan, pariwisata dapat memberikan kontribusi yang cukup baik dan menguntungkan. Produksi dan hasil tangkap dari nelayan dapat dengan mudah dijual, dan dengan harga yang cukup baik, bahkan dapat digolongkan mahal. Disamping itu dengan meningkatkan penampilan dan kebersihan perahu-perahu nelayan tersebut, para nelayan dapat mengfungsikan perahu mereka untuk angkutan pariwisata terbatas misalnya, mengantar wisatawan di sekitar pantai untuk menikmati keindahan pantai, dan mengantar wisatawan memancing. Disamping itu juga diverivikasi lainnya dapat berupa kegiatan berburu ikan (Fishing hunting) dan mengamati ikan (Fishing Shooting).

Untuk mendukung kegiatan tersebut maka diperlukan beberapa hal sebagi berikut:

- Koordinasi antar pihak yang terkait dalam kegiatan pariwisata dengan kelompok-kelompok nelayan dalam rangka penyediaan akomodasi berupa peralatan memancing, berburu atau dalam pengamatan biota-biota laut. Kegiatan usaha ini dapat diberikan kepada pihak koperasi,

swasta maupun perorangan yang terlebih dahulu mendapat izin dari instansi terkait.

- Pemerintah daerah mengatur dan memberikan peluang bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha perikanan.

- Memberi bantuan kredit (kerjasama pemerintah dengan bank) untuk pengembangan usaha kaitannya dengan wisata perikanan.

) Strategi “kelemahan - peluang”

(1) Rehabilitasi Karang secara Alami maupun Artifisial dan Restocking Ikan

Keberhasilan proyek pendirian bangunan AR sangat dipengaruhi oleh pemahaman yang baik tentang pengetahuan ekologi terumbu karang dan hubungannya dengan AR tersebut. Temuan dari hasil kajian dan percobaan ekologi laut menunjukkan bahwa pertumbuhan karang dan ikan dapat pulih pada habitat karang yang telah mengalami kerusakan yang cukup parah sekalipun, asal saja kebutuhan dasar untuk pertumbuhan karang (temperatur, salinitas, kandungan oksigen, pH dan kejernihan air laut yang sesuai) dapat dipenuhi.

Berbagai jenis ikan yang biasa hidup di habitat karang dengan bersimbiosis dalam sistem ekologi habitat karang akan berdatangan ke lokasi terumbu karang buatan setelah beberapa tahun berjalannya waktu. Jenis ikan karang (ikan kerapu dan lain-lain) dapat ditebar untuk berkembang biak di sekitar terumbu karang buatan. Untuk mempercepat perkembangan populasi jenis ikan tertentu dapat dilakukan penebaran sejumlah anak ikan (juvenile) ke dalam areal terumbu karang atau fish sanctuary.

Dalam pelaksanaan restocking ini ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan sempurna, yaitu : a. Peninjauan ke lokasi kegiatan bertujuan :

1. Mendapatkan informasi mengenai perairan umum yang akan dilakukan

restocking.

Informasi tersebut antara lain: luas, tingkat kesuburan, tingkat pemanfaatan/ pengusahaan, kedalaman, jenis-jenis ikan asli yang ada/pernah ada, gangguan/ hambatan yang dialami, usaha pembinaan yang pernah dilakukan, gangguan lingkungan (pencemaran), peraturan perundangan pemerintah daerah setempat, dan lain-lain.

Kualitas lingkungan sangat menentukan keberhasilan kegiatan sea ranching. Kondisi perairan TWAL Gili Indah yang bebas dari bahan pencemar

merupakan hal yang ideal dalam penerapan sea ranching. Hal ini menjadi penting terlebih karena lokasi kegiatan sea ranching berdekatan dengan sentra penduduk dan kegiatan pariwisata. Hal ini disebabkan karena karakteristik perairan yang dinamis, dapat mengalir ke berbagai arah dalam waktu yang relatif singkat, sehingga dengan mudah membawa bahan pencemar dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Namun untuk tindakan preventiv diperlukan melalui pembatasan kegiatan pemanfaatan dan pengawasan dari pengelola TWAL Gili Indah.

Terumbu karang di perairan TWAL Gili Indah ini telah banyak mengalami kerusakan yang cukup parah. Menurut informan, dibandingkan lima tahun yang lalu, karang disini perairan ini jauh berkurang. Ekosistem terumbu karang kawasan TWAL Gili Indah dari tahun-ketahun terus mengalami perubahan. Perubahan tersebut cenderung bersifat degradatif (berkurang). Perubahan yang terjadi dapat diketahui dari perubahan luas tutupan, kemelimpahan dan keanekaragaman biota penyusunnya, terutama terumbu karang dan ikan karang. Sejalan dengan waktu dan peningkatan pemanfaatan, berdasarkan citra tahun 2004 diperoleh gambaran bahwa luasan tutupan karang hidup hanya tinggal 165,6 hektar dari 321 hektar tahun 1985

.

Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk meminimalisir faktor-faktor tersebut dan melakukan upaya rehabilitasi kerusakan yang ada secara berkelanjutan.

Bangunan AR dapat ditempatkan di bagian timur dan utara Gili Trawangan, untuk Gili Meno ditempatkan di bagian timur dan barat sedangkan untuk Gili Air AR dapat ditempatkan di bagian selatan dan barat pulau. Penetapan lokasi ini berdasarkan hasil penelitian kondisi terumbu karang saat ini. Hal ini mengingat persyaratan yang harus dipenuhi dalam pemasangan AR adalah harus berdekatan dengan habitat karang yang belum rusak total dengan arus dan gelombang laut, bibit karang secara alamiah akan terbawa dan menempel serta tumbuh di terumbu buatan yang dipasang. Substrat serpihan karang yang ada di kawasan ini memiliki cukup sumber larva karang dari dekat terumbu karang yang hidup. Dengan menggunakan tumpukan batu secara sederhana, dapat menjadi pilihan dalam pembuatan AR, disamping biaya rendah, rehabilitasi skala besar bisa menjadi pilihan yang cukup baik untuk mempertahankan struktur dasar terumbu karang, yang pada akhirnya akan mengembalikan terumbu karang, ikan dan kehidupan lainnya yang berasosiasi

dengan terumbu karang. Untuk mempercepat pemulihan sumberdaya iakn maka dilakukan restocking ikan karang seperti kerapu, baronang, dan lain-lain.

Secara konvensional artificial reef dapat juga diciptakan dari susunan ban, mobil bekas, kerangka mobil atau kapal yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Berdasarkan tata letaknya secara vertikal, artificial reef dibagi menjadi 2 yaitu

artificial reef (AR) tipe mengapung dan tipe dasar. Dari hasil penelitian jenis ikan yang akan di restocking adalah kerapu, dengan demikian diperlukan letak terumbu artificial reef menggunakan tipe dasar. Artificial tipe ini ini umumnya digunakan untuk memperkaya hewan yang hidup di dasar seperti lobster, abalon dan ikan-ikan demersal. Artficial reef diletakkan atau disusun pada kedalaman 10-30 meter dan cara penyusunan dapat dilakukan secara individual, kelompok.

2. Mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat/petani ikan/ penduduk yang bermukim di sekitar perairan TWAL Gili Indah.

Terjadinya pergeseran mata pencaharian masyarakat Gili Indah ke arah sektor pariwisata telahmerasakan kehidupan lebih baik. Pengembangan pariwisata menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan penetingnya konservasi terumbu karang sebagai komoditas yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup meraka. Kegiatan budidaya sea ranching

ditanggapi secara positif oleh masyarakat dan pengusaha pariwisata Gili Indah, Kegiatan rehabilitasi terumbu karang dan restoking ikan karang di Gili Indah harus dapat berjalan seacra berkelanjutan (secara ekonomi, sosial dan ekologi), dan dikelola dengan kesatuan institusional dan menajemen yang baik untuk mengatasi degradasi lingkungan dengan menerapkan konservasi, pendidikan, pelatihan dan peningkatan kapasitas dan pembagunan sumberdaya masyarakat Gili Indah.

b. Peninjauan sumber benih

Peninjauan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesiapan pengadaan benih yang berasal dari Balai Benih, Unit Pembenihan Rakyat (UPR) atau petani ikan pengumpul benih atau sumber benih lainnya. Informasi yang digali antara lain : jenis ikan yang dibenihkan, jumlah benih ikan yang dapat dihasilkan, ukuran, kesehatan ikan, kelayakan benih yang ditebarkan. Dalam pemenuhan benih dalam skala produksi, maka balai Loka Budidaya sekotong dapat dijadikan sebagai penyedia benih khususnya kerapu macam dan kerapu bebek. Disamping balai tersebut, juga dapat benih dapat diperoleh

Balai pembenihan yang berpusat di Gondol, Bali. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan benih dapat secara kontiniu terpenuhi.

c. Pengadaan benih dan syarat pemilihan jenis

Dalam pemelihan jenis benih yang akan ditebar diutamakan jenis-jenis yang sudah berhasil dikembangkan secara massal, mudah dan cepat berkembang biak, sehat dan tidak mengandung penyakit, cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru tidak bersifat predator, mudah diperoleh dalam jumlah yang cukup memadai untuk penebaran, ukuran minimal 5 – 8 cm. Apabila ikan dipandang telah cukup berkembang maka daerah terumbu karang pada kawasan Gili Indah dapat dibuka untuk aktivitas penangkapan terbatas, yang artinya :

1. Jenis alat tangkap akan dibatasi misalnya hanya boleh ditangkap dengan alat pancing saja (hand line). Alat lain (misalnya perawe, bubu, gilnet, jaring dengan kantong, muroami) tidak diperbolehkan karena merusak habitat karang

2. Pemancingan dilakukan di sekitar daerah terumbu karang misalnya jaraknya dari terumbu karang tidak boleh lebih dekat dari 50m. Untuk memudahkan mengetahui posisi yang diperbolehkan bagi nelayan dibuatkan rambu batas dengan tali dan pelampung bertanda khusus.

3. Operasi penangkapan di sekitar terumbu karang dan hasil tangkapan dibatasi dengan menetapkan ukuran ikan yang boleh ditangkap. Misalnya ukuran panjang total ikan yang boleh ditangkap adalah ukuran common size. Untuk jenis kerapu antara 40-70cm. Yang lebh kecil (anak ikan) atau lebih besar (induk ikan yang telah matang gonad) bila tertangkap harus dilepas kembali.

4. Jumlah dan ukuran mata yang dipakai dibatasi pada nomor mata pancing tertentu. Misalnya mata pancing no. 3 sampai no.5, dengan sebanyak-banyaknya 10 mata pancing untuk setiap perahu.

5. Untuk membatasi kegiatan operasi penangkapan dapat dilakukan penutupan masa tangkap misalnya selang satu bulan harus bebas (tidak ada kegiatan) penankapan bila di areal yang berdekatan terdapat lebih dari satu terumbu karang buatan, penutupan masa tangkap dapat dilakukan bergantian antara terumbu karang yang satu dengan yang lainnya.

6. Perkembangan dan pertumbuhan ikan yang ditebar di sekitar terumbu karang perlu dipantau dengan penyelaman (misalnya 1 atau 2 kali

perbulan), dilakukan pemotretan atau rekaman video bawah air untuk memonitor tingkah laku (fish behaviour) di sekitar bangunan AR.

7. Selain hasil pemancingan dilarang memindahkan atau mengambil atau memindahkan benda atau organisme/ tumbuhan karang apapun yang ada disekitar AR

8. Kegiatan penyelaman, untuk kegiatan sport (termasuk pengambilan gambar dan video dalam air, pengumpulan kerang-kerangan atau melihat-lihat pemandanagan bawah air) sering kali dilakukan di daerah terumbu karang, perlu dikelola agar tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kegiatan restocking maupun terumbu karang buatan.

9. Untuk mengamati perkembangan organisme karang dapat dilakukan pengamatan dengan metode transek yaitu melakukan underwater observation untuk mengindentifikasi, menghitung dan menentukan posisi individu organisme yang hidup di habitat karang buatan tersebut.

d. Koordinasi Kegiatan Rehabilitasi dan Restocking (Pengkayaan Stok)

Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan kegiatan restocking didasarkan pada strategi komunikasi, koordinasi, informasi dan pendidikan. Sebagai pihak pengelola kantor BKSDA Mataram sebagi leading sector dituntut untuk memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak, untuk melancarkan kegiatan rehabilitasi terumbu karang dan restocking ikan karang seperti kerapu. Koordinasi ini dimulai dari tingkat persiapan, pelaksanaan penebaran, pembinaan, pengendalian, pengelolaan, pemantauan dan pengawasan. dan terpadu dengan pembagunan di wilayah Gili Indah dan sekitarnya. Beberapa intansi yang terkait yang perlu dikoordinasikan dalam kegiatan rehabilitasi terumbu karang dan restoking ikan karang:

- Pemerintah daerah (Dati I, Dati II, Kecamatan, dan Desa)

- Dinas Pariwisata

- Dinas Perikanan

- Kantor-kantor wilayah departemen teknis terkait seperti; perhubungn, pertanian, penerangan dan lain-lain

- Lembaga Swadaya Masyarakat

- Pihak swasta

e. Monitoring dan evaluasi

Perhatian Pemerintah Daerah Lombok barat sangat berperan dalam pemanfaatan artificial reef (habitat buatan) untuk kepentingan pengelolaan sumberdaya laut dan perikanan. Tantangan akan perlunya meningkatkan dan melestarikan sumberdaya alam mendorong pemerintah Lombok Barat dan pengguna bersama-sama mengupayakan pengembangan pengelolaannya. Kegiatan penelitian, pengkajian dan penerapan terhadap perkembangan teknik

artificial reef (AR) terus berjalan seiring dengan komitmen pemerintah untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas pariwisata di Gili Indah.

Untuk mengetahui hasil dan efektivitas kegiatan restocking ikan karang

dan pemasangan terumbu karang buatan ini, dilakukan monitoring dan evaluasi berbasis masyarakat. Kegiatn motoring ini tidak lepas dari pendampingan oleh BKSDA sebagai penganggung jawab penuh terhadap pengelolaan kawasan TWAL Gili Indah.

.Kegiatan monitoring dan evaluasi restocking ikan karang AR yang dilakukan antara lain adalah: observasi, pendataan (pencatatan biota karang), pengambilan gambar bawah air dan pekerjaan penentuan kualitas air di laboratorium (pengukuran salinitas, BOD, kekeruhan, ph air, jenis dan jumlah karang yang tumbuh, kandungan plankton

(2) Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia mempunyai peranan sentral yang sangat

menentukan berhasilnya seluruh proses pengembangan sea ranching oleh karena itu, pengembangan dan pembinaan sumberdaya manusia ini menjadi sangat penting. Pengembangan dan pembinaan SDM merupakan merupakan langkah yang strategis dalam rangka pembagunan lembaga pengelola ataupun masyarakat lokal. Melalui program ini diharapkan akan tercipta suatu lembaga atau masyarakat pengelola yang handal dan kuat yang mempunyai kemanpuan atau kapasitas yang tinggi.

Progarm pengembangan dan pembinaan SDM dalam kegiatan sea ranching ini dilakukan antar lain dengan cara mengikutsertakan staf pengelolaan TWAL dan masyarakat lokal pada berbagai kursus dan training yang relevan terkait dengan budidaya sea ranching seperti (1) pelatihan menajemen usaha budidaya kerapu dengan sistem sea ranching, (2) pelatihan teknis budidaya kerapu (teknik pembenihan, teknik penebaran, padat penebaran), (3) praktikum

pelatihan teknis budidaya (4) pelatihan teknis perbaikan dan pelestarian lingkungan.

& Strategi “kekuatan – ancaman”

(1) Memfungsikan Pengaturan Tata Ruang Laut

Belum terlaksanannya pengaturan tata ruang laut merupakan salah satu permasalahan mendasar dalam konservasi terumbu karang di NTB. Sampai saat ini, pengaturan tata ruang laut semacam itu masih belum pernah dilakukan di NTB. Taman wisata laut (TWL) Gili Indah (Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air), misalnya, telah lama ditetapkan menjadi wilayah konservasi. Konservasi terumbu karang memerlukan perlindungan pada terumbu-terumbu yang mempunyai nilai ekologis sangat penting, misalnya terumbu sumber larva bagi terumbu yang lain. Konservasi terumbu karang juga harus melindungi terumbu-terumbu tertentu untuk menjamin keberlanjutan reproduksi ikan-ikan dan biota terumbu karang yang lain. Setiap orang masih bisa membuang jangkar dimana saja dan kapan saja. Jika ada lima perahu dua kali sehari membuang jangkar di tempat yang sama, maka dalam sebulan akan ada 300 jangkar memecah karang di lokasi tersebut. Padahal jumlah perahu wisata yang beroperasi di Gili Indah lebih dari 50 buah setiap hari.

a. Kawasan terumbu karang yang dijadikan kawasan restocking dilindungi dengan membuat Perda yang mengatur mekanisme kawasan restocking. b. Kawasan terumbu karang yang sedang direhabilitasi dan dilakukan

restocking ikan dilindungi dengan cara menempatkan rambu atau tanda seperti pelampung, papan pengumuman di laut agar nelayan atau siapa saja tidak melakukan aktivitas dikawasan tersebut.

c. Untuk mencegah ikan penangkapan ikan atau organisme lain dari daerah yang dilindungi perlu dilakukan patroli/ronda untuk menghindari daerah terumbu karang yang mengalami perbaikan dari nelayan atau orang yang tidak mempunyai kepentingan. Patroli dan penjagaan dilakukan oleh petugas From Pemuda Satgas Gili Indah dan dibantu oleh petugas dari BKSDA yang bertanggung jawab mengawasi kawasan TWAL Gili Indah dan bekerja sama dengan masyarakat setempat.

(2) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Kelembagaan masyarakat yang ada di desa Gili Indah terdiri dari lembaga Pemerintah meliputi desa, dusun, BPD dan LKMD sedangkan lembaga non pemerintah antara lain : yayasan Front Pemuda Satgas Gili (YFPSG), Ecotrust, Yayasan Gili Indah Lestari dan lembaga non pemerintah lainnya. Masyarakat Gili Indah sendiri telah memiliki peraturan untuk pelestarian lingkungan, yang dikenal dengan awig-awig. Hal ini membuktikan sudah adanya kesadaran dan kepedulian akan lingkungan pada masyarakat. Peraturan ini disahkan oleh keputusan NO.12/Pern.1.1/06/98 pada bulan september 1998 tentang awig-awig pemeliharaan dan pengelolaan terumbu karang. Pembuatan awig-awig ini dilaksanakan oleh pengurus kelompok Pelestraian Lingkungan Terumbu Karang (KLTK). Badan Pengelola Pariwisata Gili Indah yang merupakan institusi dari berbagai pihak yang terkait (stakeholder) untuk mengembangkan pariwisata Gili Indah secara berkelanjutan. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dibawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dari Dinas Kehutanan merupakan institusi penanggung jawab

Peningkatan kapasitas kelembagaan ini diharapkan berperan dalam pendampingan teknis dan pembentukan kelompok usaha yang berkaitan dengan budidaya ikan karang dengan sistem sea ranching. Pembuatan formulasi pengaturan untuk merancang rangkaian kebijakan dan tujuan yang akan dicapai menyangkut kegiatan restocking dan rehabilitasi terumbu karang dalam mendukung kegiatan pariwisata. Penguatan kelembagaan ini hendaknya di dukung oleh adanya sistem property right yang jelas atas area sea ranching

Dokumen terkait