• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN JAMINAN TERHADAP

D. Eksekusi Jaminan Kredit

1.Jaminan Kredit Kebendaan Yang Tidak Diikat Secara Assesoir Dengan Perjanjian Jaminan. ††††††††† Ibid, hal 18 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid, hal 21 §§§§§§§§§ Ibid, hal 22

Apa bila debitur cidera janji atau wanprestasi, sedangkan transaksi kredit tidak diikat secara assesoir dengan perjanjian jaminan kebendaan tertentu maka pemenuhan atas hutangnya adalah tunduk kepada ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata. Adapun pemenuhan hutang tersebut dapat ditempuh kreditur dengan upaya-upaya antara lain:

a.Mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri.

Dalam hal ini adalah jika upaya penyelesaian secara musyawarah atau kompromi damai tidak tercapai dan debitur tidak mau memperbaiki kelalaiannya, jalan satu-satunya upaya yang ditempuh adalah dengan proses ”litigasi”, yaitu kreditur (penggugat) menggugat debitur (tergugat) untuk memenuhi pelaksanaan kewajibannya melalui pengadilan atau melalui arbitrase apabila dalam perjanjian kredit disepakati sengketa yang timbul dari perjanjian diselesaikan badan arbitrase. b.Meminta sita jaminan atas harta kekayaan debitur.

Untuk menjaga keamanan barang yang dijadikan jaminan kredit tersebut dari kecurangan-kecurangan pihak debitur seperti mengalihkan benda jaminan kepada pihak ketiga maka kreditur dapat meminta kepada Pengadilan Negeri agar terhadap sita jaminan (conservatoir beslag).

Dasar hukum conservatoir beslag : Pasal 227 ayat (1) RBG, Pasal 720 Rv: 1.Membolehkan penyitaan barang debitur selama belum dijatuhkan putusan akhir. 2.Tujuannya agar barang tersebut tidak digelapkan atau tidak dihilangkan debitur

3.Dengan demikian, pada saat putusan dilaksanakan, pelunasan pembayaran utang yang dituntut dapat dipenuhi dengan menjual lelang (executoriale beslag) barang sitaan itu.

Bertitik tolak dari Pasal 227 ayat (1) H.I.R, Pasal 261 ayat (1) RBG,

conservatoir beslag diterapkan dalam perkara hutang piutang yang timbul dari

wanprestasi Pasal 1234 jo Pasal 1264 KUHPerdata dalam bentuk tuntutan : 1.Pengembalian utang pokok.

2.Bunga 3.Biaya

4.Keuntungan yang akan diperoleh.

Selain tuntutan atas hal tersebut diatas dikembangkan juga atas tuntutan dari perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata dalam bentuk tuntutan :

1.Ganti rugi materiil (actual loss)

2.Ganti rugi imateriil (ideal loss).**********

Objek sita jaminan terhadap transaksi kredit yang tidak diikat dengan perjanjian jaminan terhadap barang tertentu maka berdasarkan Pasal 1131 KUHPerdata adalah meliputi :

a.Barang bergerak.

b.Barang tidak bergerak (didahulukan sita jaminan atas barang bergerak, bila belum cukup baru dibenarkan sita jaminan atas barang tidak bergerak).††††††††††

**********

2.Jaminan Kredit Kebendaan Yang Diikat Secara Assesoir Dengan Perjanjian Jaminan Tambahan.

Pemenuhan hutang yang dijamin dengan jaminan kebendaan biasa,pada dasarnya hampir sama dengan perjanjian pemberian hak tanggungan, yaitu sama- sama ada benda tertentu yang menjadi jaminan hutang. Namun dalam hak tanggungan, benda jaminan berupa tanah yang bersertifikat diikat secara sempurna sedangkan dalam jaminan kredit dengan jaminan perorangan dengan memberikan jaminan kebendaan biasa seperti pemberian jaminan aval tentu benda yang dijadikan jaminan biasa tanah yang belum bersrtifikat dan pengikatannya tidak dilakukan dengan yuridis sempurna.

Adapun upaya yang dilakukan untuk pemenuhan utang tersebut bila debitur wanprestasi adalah dengan upaya :

1.Pemenuhan harus melalui proses litigasi apabila debitur wanprestasi, yaitu dengan cara :

a.Mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri apabila debitur wanpresatasi. b.Menuntut pemaksaan pemenuhan tanpa pembatalan, apabila perjanjian kredit masih prospek, atau :

c.Menuntut pembatalan perjanjian dibarengi dengan tuntutan pembayaran utang pokok, penggantian biaya, kerugian dan bunga.

2.Dapat diminta sita jaminan (conservatoir beslag).

††††††††††

a.Perjanjian kredit dengan jaminan biasa telah memiliki jaminan yang bersifat ”spesialis” atau barang tertentu milik debitur atau penjamin. Dengan demikian secara yuridis, utang telah dilindungi pemenuhannya oleh barang tertentu.

b.Permintaaan sita jaminan (conservatoir beslag) dapat langsung diletakkan atas barang jaminan itu, sehingga kreditur terhindar dari upaya mencari dimana dan harta apa saja milik debitur maupun penjamin yang dapat di sita jaminan (conservatoir beslag) kan.

3.Kedudukan spesialitasnya tidak bersifat preferen tetapi konkuren.

a.Hal tersebut merupakan kelemahan dari jaminan biasa dimana benda jaminan tidak diikat dengan sempurna, berarti cara pemenuhan yang dapat ditempuh oleh bank (kreditur) harus melalui proses litigasi, ini berarti untuk sampai tahap eksekusi harus menunggu putusan sampai berkekuatan hukum tetap. Oleh karena itu diperlukan biaya dan waktu yang relatif mahal dan panjang.

b.Tidak memiliki hak preferen.

Kedudukan kreditur tidak dilindungi hak preferen atau hak didahulukan dari kreditor yang lain, tetapi tunduk pada ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata :

1.Hanya berkedudukan sebagai kreditur konkuren.

2.Apabila ada kreditur lain pada waktu yang bersamaan, kreditur tersebut tidak berhak mengambil seluruh hasil penjualan barang jaminan, jika ternyata nilai seluruh kekayaan debitur tidak mencukupi untuk melunasi seluruh hutang kepada kreditur lain.

c.Tidak dilindungi dengan hak preferen dan separatis apabila debitur pailit atau likuidasi.

1.Apabila debitur pailit atau likuidasi,barang jaminan biasa,menurut hukum dimasukkan dalam boedel umum untuk dibagi kepada seluruh kreditur berdasarkan asas proporsional.

2.Sekiranyapun terhadap objek jaminan biasa itu telah diletakkan sita eksekusi (executoriale beslag) hal ini tidak dapat melindungi kreditur tersebut dari jangkauan prinsip boedel umum.

Dalam hal seperti ini, pemenuhan yang dapat diambil masing-masing kreditur, dibagi berdasarkan asas proporsional (proportional basis) yang digariskan dalam Pasal 1136 KUHPerdata.

Menurut Pasal 1820 KUHPerdata, pihak ketiga secara perseorangan mengikatkan diri dengan sukarela dengan pernyataan kesedian menjamin debitur melaksanakan pemenuhan persetujuan yang dibuat debitur dengan kreditur. Jadi pihak ketiga yang bertindak sebagai penjamin (avalist) mengikatkan diri untuk memenuhi pelaksanaan perjanjian apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya pada waktu yang diperjanjikannya. Ciri dan sifat pemberian jaminan aval dalam pembayaran surat wesel merupakan perjanjian mengikatkan diri penjamin (avalist) secara tanggung renteng bersama debitur utama kepada kreditur (bank), sehingga kewajiban yang harus dipenuhi penjamin (avalist) sebagai pihak penjamin identik dan sama dengan kewajiban hukum yang mesti dilakukan debitur.

”Kedudukan pihak penjamin sama dan identik dengan kedudukan tergugat. Dengan sifat dan kedudukan hukum yang demikian ,penggugat (kreditur) dapat langsung mengajukan permohonan sita terhadap harta milik penjamin. Pembenaran atas pendapat ini didasarkan pada sifat dan ciri persetujuan jaminan (borgtocht), didukung pula konstruksi hukum yang menegaskan : kewajiban utama dari seorang penjamin adalah memenuhi pelaksanaan perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur tidak melaksanakan perjanjian yang dibuat antara debitur dengan kreditur tidak melaksanakan perjanjian. Sekalipun, pada prinsipnya , orang yang paling utama memenuhi perjanjian adalah debitur (tergugat), namun pada saat debitur tidak memenuhi kewajiban pelaksanaan, dengan sendirinya kewajiban itu dapat berpindah kepada pihak penjamin. Berarti pada saat pelaksanaan perjanjian telah terbuka untuk ditagih, kreditur dengan sendirinya berhadapan dengan dua debitur. Dalam kedudukan yang demikian memberi hak dan kebebasan bagi kreditur untuk memilih siapa yang dikehendakinya melaksanakan pemenuhan perjanjian : berdasar hak dan kebebasan yang diberikan undang- undang kepada kreditur, dia dapat langsung mengajukan sita jaminan terhadap harta milik pihak penjamin tanpa menghiraukan ada atau tidaknya harta milik pihak debitur (tergugat)”. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang penjamin dalam borgtocht maupun sebagai avalist dalam perjanjian jaminan aval dalam pembayaran surat wesel walaupun satu sisi dipandang sebagai pihak ketiga yang bertindak sebagai penjamin dan mempunyai kepentingan yang terpisah dengan debitur namun sesungguhnya adalah merupakan satu pihak yang sama sebagai debitur secara tanggung menanggung (tanggung renteng) dalam hal perjanjian pemberian jaminan. Oleh karena itu kreditur (bank) berhak untuk meminta pelunasan hutangnya terhadap harta benda/kekayaan milik debitur maupun penjamin yang dijadikan jaminan.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Dokumen terkait