• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksekusi Terhadap Jaminan Fidusia

a. Eksekusi Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan

Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan pada Bank HSBC adalah benda stok. Benda stok merupakan satu-satunya objek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan oleh Bank Mandiri pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Sehingga perhatian tentang jaminan fidusia yang tidak didaftarkan adalah pada benda stok.

Menurut pertimbangan Bank, mendaftarkan jaminan fidusia berupa benda stok tidak berarti sama sekali, walaupun nilai atau jumlah stok yang ada pada saat diikat sebagai jaminan kredit pada waktu perjanjian kredit diadakan sangat banyak jumlahnya. Karena menurut Bank, efektifitas Sertifikat Jaminan fidusia yang diperoleh dari pendaftaran jaminan fidusia pada KPF tidak ada ketika terjadi kredit macet atau debitur wanprestasi dari perjanjian kredit yang menggunakan jaminan berupa stok tersebut. Faktor penyebab konkritnya yaitu dalam praktek

perbankan yang sering terjadi, apabila debitur telah wanprestasi atau debitur mengalami kredit macet, maka dapat dipastikan benda stok pasti sudah habis, habisnya benda stok tersebut bisa disebabkan karena pada saat debitur mengalami kesulitan keuangan dan dalam keadaan terdapat tunggakan-tunggakan dalam kredit dengan golongan bermasalah hingga keadaan kredit sudah pada golongan macet, debitur sering menjual benda apapun yang bernilai jual yang ada di sekitarnya (kecuali bangunan atau pabri dan tanahnya). Akhirnya, ketika benda stok sudah habis, eksekusi benda jaminan tidak dapat dilaksanakan karena benda stok itu sendiri sudah tidak ada lagi.

Sedangkan Undang-undang Fidusia mengatur bahwa asas jaminan fidusia melekat mengikuti Benda dimanapun benda berada (droit de suite) tidak berlaku bagi benda persediaan (stok) sebagaimana diatur pada Pasal 20 Undang-undang Jaminan Fidusia, ini artinya kreditur pemegang jaminan fidusia berupa stok, tidak dapat mempertahankan haknya atau menuntut pihak lain (pembeli stok) agar tetap dapat melaksanakan eksekusi ketika stok tersebut telah dialihkan ke tangan pihak lain atau pembeli dan membayar secara lunas harga penjualan benda tersebut sesuai dengan harga pasar, dan jual beli tersebut dilakukan menurut cara-cara yang lazim dilakukan dalam usaha perdagangan (lihat Pasal 21 ayat (1) junto Pasal 22 Undang-Undang Jaminan Fidusia

Sehingga dalam praktek yang sesungguhnya pada Bank HSBC ini, benda stok tetap dijadikan jaminan kredit sebagai jaminan utama atau pokok, karena prinsip dari jaminan utama itu adalah jaminan atau agunan yang terkait langsung dengan kredit yang dibiayai. Tetapi, disamping itu Bank HSBC juga selalu

mensyaratkan adanya jaminan tambahan berupa tanah dan bangunan yang berkaitan dengan tanah itu dimana hak atas tanahnya ddapat dibebani dengan Hak Tanggungan.

Dengan dilakukannya pengikat secara sempurna menurut yuridis formil terhadap tanah dan bangunan tersebut, akan memberikan perlindungan hokum terhadap tanah terhadap kreditur dalam pelunasan piutangnya apabila debitur wanprestasi, karena kreditur pemegang Hak Tanggunangan memiliki Sertifikat Hak Tanggungan yang memiliki kekuatan eksekutorial sebagai dasar yang kuat untuk mengeksekusi jaminan tersebut bila debitur wanprestasi.

Kesimpulan eksekusi jaminan dalam perjanjian kredit modal kerja (KMK) yang menggunakan jaminan fidusia berupa stok yang tidak didaftarkan, tidak dapat dilaksanakan. Tetapi sebagai penggantinya, jaminan berupa tanah berikutnya atau tanpa bangunan yang ada diatasnya yang dapat dibebani Hak Tanggungan lah yang dieksekusi untuk menjamin pelunasan piutang Bank. Sehingga menurut penulis, perjanjian pengikatan jaminan berupa stok sebagai jaminan utama hanya bersifat formalitas saja, karena didasarkan adanya prinsip jaminan, utama atau jaminan pokok yaitu jaminan atau agunan yang terkait langsung dengan kredit yang dibiayai, sedangkan jaminan kredit dalam Kredit Modal Kerja (KMK) yang sebenarnya adalah jaminan tambahannya berupa Hak Tanggungan, karena berdasarkan prakteknya, benda stoklah yang pasti habis dijual debitur ketika debitur wanprestasi, sedangkan yang biasanya tersisa hanya tanah dan bangunan (pabriknya).

cara-cara eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.

Ketentuan tentang proses pengurusan kredit macet dan eksekusi jaminan sendiri sebenarnya telah diatur dalam peraturan perundang-undangan khususnya terhadap jenis piutang Negara, yaitu bisa dilakukan melalui lembaga Khususnya yang dinamakan DJPLN atau melalui KP2LN. Pengertian piutang Negara dalam Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara atau badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara berdasarkan peraturan, perjanjian atau sebab apapun. Tang termasuk piutang Negara Perbankan yaitu bank-bank yang dimiliki pemerintah pusat contohnya BRI, BTN., BNI 46 dan Bank Mandiri dan juga Bank-Bank yang dimiliki pemerintah daerah seperti Bank Pembangunan Daerah (BPD) contohnya Bank DKI, Bank DIY dan lain-lain. Sedangkan piutang Negara non perbankan yaitu tagihan-tagihan dari lembaga non bank seperti PLN, Telkom Dalam hai ini, bila kredit yang diberikan kepada debitur mengalami kemacetan dan Bank telah berusaha sendiri melakukan penagihan tetapi tidak berhasil maka piutang atau tagihan bank sebagai kreditur yang memiliki piutang kepada debitur tersebut dikategorikan sebagai piutang Negara. Sebagai piutang Negara maka Bank Mandiri dalam melakukan penyelesaian piutangnya dapat menyerahkan pengurusannya kepada DJPLN dalam hal ini melalui KP2LN.

b. Eksekusi Jaminan Fidusia Yang Didaftarkan

penyelesaian pengurusan piutang yang macet. Jalur Eksekusi jaminan fidusia melalui prosedur baku pengurusan piutang Negara ditempuh apabila debitur tidak mempuyai itikad baik dan atau tidak memiliki kemamuan untuk menyelesaikan hutangnya dalam usaha debitur sudah tidak berjalan lagi dan tidak mempunyai harapan untuk berkembang. Penyelesaian piutang Negara melalui jalur eksekusi dilakukan melalui.

1. Penetapan Jumlah Piutang dan Lelang Negara (PJBN)

PJBN diterbitkan dalam hal ini surat Pernyataan Bersama tidak dapat dibuat dikarenakan

a. Pihak debitur tidak mengakui jumlah hutangnya tanpa ada bukti-bukti yang sah

b. Mengakui jumlah hutangnya tetapi debitur menolak

menandatangani surat Pernyataan Bersama

c. Pihak Debitur yang telah dipanggil secara pantas, namun tidak

memenuhi.

Surat keputusan PJPN tersebut berisi mengenai jumlah seluruh hutang yang harus diselesaikan oleh pihak debitur

2. Surat Paksa

Penagihan sekaligus dilakukan dengan Surat Paksa apabila dalam pemenuhan piutang Negara

a. Pihak debitur tidak memenuhi kewajiban sesuai yang ditetapkan

dalam surat pernyataan Bersama, setelah terlebih dahulu diberikan peringatan tertulis.

b. Pihak Debitur mengikuti jumlah hutang akan tetapi tidak sanggup menyelesaikan hutangnya dalam jangka waktu yang ditetapkan dan ia telah menandatangani surat Pernyataan Bersama

c. Telah diterbitkan PJPN

Surat paksa adalah surat yang berisi perintah kepada pihak debitur untuk menyelesaikan hutangnya dalam jangka waktu 1x24 jam. Surat Paksa tersebut memuat sekurang-kurangnya:

a. Irah-irah “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”

b. Identitas penyerah piutang serta nomor dan tanggal surat

penyerahan pengurusan piutang Negara c. Identitas pihak debitur

d. Sisa hutang yang harus diselesaikan termasuk biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara.

e. Alasan yang menjadi dasar penagihan

f. Dasar hokum penerbitan Surat Paksa

g. Perintah paksa kepada pihak debitur untuk menlunasi seluruh

hutangnya dalam jangka waktu 1x24 jam terhitung sejak penerbitan Surat Paksa.

h. Tempat dan tanggal penetapan

i. Tanda tangan ketua PUPN cabang

Surat paksa memiliki kekuatan yang sama seperti putusan hakim dalam perkara perdata. Surat Paksa diberitahukan kepada pihak debitur atau penjamin hutang

oleh juru sita piutang Negara dengan sekurang-kurangnya 2 orang saksi. Pemberitahuan Surat Paksa tersebut dituangkan dlam Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa.

3. Penyitaan

Setelah jangka waktu 1x24 jam surat Paksa diberitahukan secara resmi, akan tetapi pihak debitur tidak memenuhi isi dari Surat Paksa tersebut maka diterbitkan Surat Perintah Penyitaan untuk menyita barang jaminan hutang milik debitur.

Penyitaan dilakukan dengan juru sita piutang Negara dengan disaksikan sekurang-kurangnya 2 orang saksi. Pelaksanaan penyitaan dituangkan dalam Berita Acara Penyitaan dan kemudian Salina Berita Acara Penyitaan disampaikan kepada pihak debitur dan atau penjamin hutang.

4. Pelelangan

Pihak debitur yang tidak memenuhi kewajibannya setelah dilaksanakan penyitaan terhadap jaminan hutang, maka PUPN menerbitkan surat perintah penjualan barang sitaan (SPPBS).

SPPBS sekurang-kurangnya memuat:

1. Pertimbangan hokum diterbitkan SPPBS

2. Dasar Hukum penerbitan SPPBS

3. Perintah kepada kepala kantor pelayanan untuk melaksanakan

lelang

4. Uraian barang sitaan yang akan dilelang

6. Tanda tangan keuta PUPN cabang

SPPBS tersebut kemudian diberitahukan secara tertulis kepada debitur. Selanjutnya pelaksanaan penjualan atau pelelangan dilakukan oleh KP2LN Tahapan pelaksanaan penjualan barang sitaan atau pelelangan yang dilakukan oleh KP2LN, yaitu:

1) Pengumuman Lelang

Sebelum dilaksanakan pelelangan barang jaminan hutang, didahului pengumuman lelang yang dilaksanakan oleh penjual dalam hal ini KP2LN. Pengumuman lelang ini dilakukan sebanyak dua kali yang pertama melalui selebaran dan pengumuman, yang kedua melalui surat kabar. Pengumuman ini berselang selama 15 hari antara pengumuman yang pertama dengan yang kedua.

Adapun naskah pengumuman lelang sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:

a) Identitas penjual dalam hal ini KP2LN Yokyakarta;

b) Nomor dan tanggal SPPBS;

c) Hati, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang serta

syarat-syarat lelang lainnya;

d) Nama, jenis, tipr, merk, serta jumlah dan kondisi barang bergerak yang dilelang;

e) Khusus barang tak bergerak berupa tanah disebutkan

lokasi dan luas tanah serta jenis hak atas tanahnyal;

f) Besarnya uang jaminan lelang untuk setiap barang yang

2) Penetapan Nilai Limit Lelang

Setiap objek lelang yaitu barang jaminan hutang yang akan dilelang harus ditetapkan nilai pelepasan barang terendah dalam lelang atau limit lelang. Adapun pihak yang menentukan limit dapat berasal dari Tim Penilai Intern KP2LN ataupun Penilai Ekstern (Perusahaan Penilai/Appraisal) untuk objek lelang yang mempunyai karakteristik fisik, konstruksi atau gaya arsitektur khusus dan memerlukan keahlian khusus untuk menilainya.

Setelah pengumuman pertma terbit, maka kepala KP2LN menugaskan Tim Penilai Intern untuk melaksanakan penilaian atas barang jaminan yang akan dilelang. Untuk dapat menetapkan penilaian limit lelang barang jaminan, maka tim penilai melakukan survey lapangan guna mengumpulkan informasi/data yang berkaitan dengan barang yang dinilai yaitu dengan melakukan pemeriksaan fisik barang.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan nilai limit lelang untuk barang bergerak atau benda jaminan fidusia adalah sebagai berikut:

1) Nama, jenis, tipe, serta merk dan jumlah barang yang akan

dilelang

2) Kondisi fisik dan kondisi pasar dari barang bergerak yang

akan dilelang

3) Penyusutan, yang merupakan pengurangan nilai dari barang

bergerak yang disebabkan oleh: a) Kerusakan fisik

c) Keusangan ekonomis

Setelah selesai melakukan penilaian, Tim Penilai Intern membuat laporan hasil penilaian yang ditandatangani oleh membuat laporan hasil penilaian yang ditandatangani oleh semua anggota Tim Penilai Intern. Kemudian hasil penilaian disampaikan kepada kepala KP2LN yang kemudian diteruskan kepada ketua PUPN. Dari hasil penilaian tersebut ketua PUPN Cabang menentukan nilai limit lelang.

Dalam pelaksanaan lelang, penyerah piutang dapat menyampaikan usulan nilai atas barang jaminan hutang yang dilelang, namun hal ini tidak mengikat ketua PUPN Cabang dalam menentukan nilai limit lelang, Laporan hasil penilaian berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal ditetpkan, dengan ketentuan;

a) Dapat ditinjau ulang sebelum habis masa berlakunya dengan

pertimbangan adanya perubahan yang cukup signifikan atas kondisi fisik dan kondisi pasar barang seperti perubahan peruntukan, bencana alam atau kebakaran;

b) Dapat diperpanjang sampai tahun depan pertimbangan karena

belum ada perkembangan/perubahan yang berarti. 3) Penundaan dan Pembatalan Lelang

Kepala KP2LN dapat menunda pelelangan dalam hal:

a. Adanya keputusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan eksekutorial/tetap (in Kracht)

Surat Edaran Nomor: SE 16/PL/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Fidusia, seperti surat-surat bukti kepemilikan jamina Fidusia dan Akta Jaminan Fidusia tidak dapat dipenuhi/ tidak terbit sebelum pelaksanaan lelang;

c. Adanya pembayaran angsuran hutang yang besarnya paling

rendah 30% (tiga puluh persen) dari jumlah hutang/sisa jumlah hutang.

Kepala KP2LN dapat membatalkan penjulan lelang apabila: a. Pihak debitur/penjamin hutang melunasi hutangnya; b. Barang yang dilelang disita dalam kasus pidana

c. Barang yang akan dilelang musnah;

d. Barang jaminan telah dicairkan di luar lelang;

e. Barang jaminan tidak atau tidak lagi menjadi jaminan piutang Negara

Penundaan atau pembatalan lelang tersebut diumumkan di surat kabar harian pada saat pengumuman lelang kedua jika pihak debitur melakukan pelunasan atau pembayaran hutang minimal 30 % pada saat pengumuman lelang kedua belum diterbitkan. Hal tersebut juga harus diumumkan oleh pejabat penjual pada saat pelaksanaan lelang.

Berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan Pasal 8 Peraturan Pemungutan. Bea Lelang stbl 1949 Nomor 390, diatur bahwa pelaksanaan lelang yang dibatalkan sekuran-kurangnya 8 (delapan) hari sebelum tanggal lelang dikenakan gnti rugi pembatalan lelang yang dibebankan kepada pemohon lelang.

4) Pelaksanaan lelang

Peserta lelang yang telah menyetor uang jaminan dan mengisi daftar hadir akan menerima bukti pembayaran uang jaminan lelang. Daftar nama peserta lelang akan dibacakan oleh pejabat lelang sebelum lelang dilaksanakan

Pembukaan acara pelaksanaan lelang dilakukan oleh pejabat lelang yang memimpin lelang dengan ketokan palu. Pejabat lelang kemudian memberikan kesempatan kepada pejabat penjual untuk menjelaskan objek yang akan dilelang. Pada saat itu pula sertifikat/dokumen asli objek yang akan dilelang ditunjukkan kepada peserta lelang.

Dalam hal, waktu pelaksanaan lelang perlu ditunda, acara lelang tetap dibuka terlebih dahulu oleh pejabat lelang dan dijelaskan sebab-sebab penundaannya. Pada saat proses penawaran lelang para peserta lelang dilarang berpindah-pindah dan atau meninggalkan tempat lelang atau meminta waktu jeda (time out).

Sebelum penawaran lelang dimulai, Pejabat lelang membacakan bagian kepala Risalah lelang, yang memuat antara lain

1. Nomor Risalah lelang

2. Tanggal, hari dan jam pelaksanaan lelang;

3. Penyebutan pihak-pihak yang bertindak sebagai Pejabat Lelang,

Pemohon Lelang, Pejabat Penjual; 4. Sebab-sebab terjadinya pelelangan; 5. Ketentuan lelang;

Pembacaan Kepala Risalah Lelang diikuti dengan Tanya jawab tentang pelaksanaan lelang. Penawaran lelang dapat secara lisan atau dapat juga secara

tertulis dengan amplop tertutup.

Dalam pelaksanaan lelang, penawaran tertinggi ditunjuk sebagai pemenang lelang. Setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang, maka kewajibannya adalah membayar harga pokok lelang tersebut ditambah bea lelang pembeli dan uang miskin (uang yang dipungut dari pembeli lelang sebagai penerimaan Negara bukan pajak yang disetorkan kepada kas Negara).

Jika hasil pelelangan, dapat menutup kewajiban pihka debitur, maka hutang pihak debitur dinyatakan lunas dan diterbitkan Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas (SPPNL). Apabila hasil lelang tersebut melebihi kewajiban pihak debitur, maka kelebihan hasil lelang dikembalikan kepada:

1. Pihak debitur

2. Penjamin hutang, dalam hal barang yang dilelang milik pihak ketiga;

3. Ahli waris, dalam hal pihak debitur dan atau penjamin hutang telah

meninggal dunia;

4. Balai Harta Peninggalan, dalam hal ini pihak debitur dan atau

penjamin hutang telah meninggal dunia dan tidak mempunyai ahli waris.

Bagi pihak debitur yang barang jaminannya telah habis dilelang tetapi tidak dapat menutup kewajiban atau masih memiliki kewajiban yang belum terselesaikan (masih ada sisa piutang Negara), maka sisa piutang tersebut tetap merupakan kewajiban yang harus diselesaikan oleh pihakdebitur, dan KP2LN tetap melaksanakan penagihan atas sisa piutang Negara tersebut. KP2LN akan menetapkan piutang Negara tersebut sebagai Piutang Negara Sementara Belum

Dapat Ditagih (PSBDT). PSBDT diterbitkan dalam hal masih terdapat jaminan Negara namun:

1. Debitur tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya;

2. Barang jaminan tidak ada, telah dicairkan, tidak lagi mempunyai nilai ekonomis, atau mempunyai masalah yang sulit diselesaikan;

3. Debitur tidak mempunyai harta kekayaan lainnya yang dapat

diprgunakan sebagai sumber pelunasan atau penyelesaian hutang. Kemudian, PSBDT tersebut diberitahukan secara tertulis kepada debitur dan dapat digunakan oleh kreditur untuk mengusulkan menghapus bukuan piutang dari pembukuan sesuai prosedur yang berlaku bagi kreditur yang bersangkutan.

PSBDT dapat dilanjutkankembali dalam hal apabila debitur telah memiliki kemampuan untuk menyelesaikan hutang.

Sehingga untuk piutang Negara yang telah diterbitkan PSBDT namun apabila suatu saat nanti diperoleh informasi serta hasil pemeriksaan bahwa pihak debitur dan atau penjmin hutang termasuk ahli waris mempunyai harta kekayaan/kemampuan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan hutangnya maka pengurusan terhadap berkas tersebut dapat dilanjutkan kembali.

BAB V

A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis maka dapat diambil kesimpulan dari masalah yang menjadi objek penelitian yaitu:

a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Bank mempunyai kebijakan tidak

mendaftarkan benda stok yang merupakan objek jaminan fidusia, karena:

1. Benda stok mempunyai sifat selalu berubah jumlahnya sesuai dengan

kondisi dan kegiatan usaha suatu perusahaan.

2. Biaya pendaftaran fidusia mahal dan proses pendaftaran memerlukan

waktu yang cukup lama.

b. Upaya penyelesaian yang diupayakan Bank dalam hal terjadi kredit macet pada perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan adalah:

1. Melakukan penyelamatan kredit secara intern oleh Bank sendiri

(restrukturisasi kredit).

2. Menyerahkan penyelesaian atau pengurusan piutangnya kepada DJPLN

melalui Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) di daerah setempat.

Karena jaminan utama berupa stok pasti habis ketika debitur wanprestasi, maka objek jaminan yang nanti akan dieksekusi adalah jaminan tambahannya berupa tanah dan atau bangunan yang telah diikat dengan Hak Tanggungan, hasil penjualan objek jaminan dipergunakan untuk melunasi hutang-hutang debitur. Bila hasil penjualan objek jaminan belum cukup untuk melunasi

piutang kreditur, maka debitur tetap berkewajiban untuk melunasinya.

B. SARAN

Dari uraian yang telah penulis sampaikan, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

A. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan benda stok

sebagai objek jaminan fidusia, kaitannya sebagai jaminan kredit. Dan diharapkan adanya pengaturan tambahan ataupun perubahan dalam Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia khususnya mengenai objek jaminan fidusia berupa stok, agar jaminan fidusia ini tetap dapat dimanfaatkan masyarakat yang membutuhkannya sebagai jaminan kredit sekaligus juga mampu memberikan perlindungan hukum bagi kreditur.

B. Untuk lebih meningkatkan laju pertumbuhan dibidang ekonomi melalui

fasilitas kredit, hendaknya Bank-Bank milik atau yang dikuasai pemerintah lebih banyak memberikan keringanan-keringanan dalam cara memperoleh kreditnya, baik dari suku bangsanya, pembayaran premi asuransi, jaminannya, biaya-biaya administrasi dan jangka waktu pengembaliannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dokumen terkait