Orang Bati atau Suku Bati yang ada pada saat ini berasal dari berbagai sukubangsa asli dari Pulau Seram yang menyebut diri sebagai Suku Alifuru Bati atau Orang Bati. Namun Orang Bati atau Suku Bati yang ada saat ini sudah merupakan campuran dari orang asli Seram dengan penduduk lain yang datang dari luar Seram. Mengenai eksistensi Orang Bati atau Suku Bati di Pulau Seram Bagian Timur dikemukakan bahwa:
Asli Batu oi ka mancia Baita na ukara. Artinya, asli kami Orang Bati adalah manusia gunung. Sampai saat ini kami percaya
bahwa Manusia Batti atau manusia berhati bersih, suci, jujur,
dan lainnya yang identik dengan ini adalah manusia yang
sempurna dan lahir dengan Nusa Ina (Pulau Ibu) atau Manusia
Batti ini lahir dengan evolusi daratan Seram. Artinya dahulu pulau ini pernah tergenang oleh air yang menutupi seluruh daratan. Hanya ada bagian-bagian pulau tertentu yang kering. Secara perlahan-lahan air mulai surut (air turun) dan daratan
makin nampak. Manusia Bati seba-gai keturunan dari Alifuru
muncul bersamaan dengan evolusi daratan Seram22
Dikatakan bahwa Orang Bati atau Suku Bati terdiri dari berbagai sukubangsa karena awalnya Orang Bati terdiri dari kelompok sosial Patasiwa dan Patalima. Kedua kelompok pata tersebut pada awalnya sangat berbeda. Selain itu juga ada leluhur Orang Bati yang berasal dari luar, dan kedatangan mereka dengan menggunakan Kapal Safina Tun Najal. Kapal ini diduga berasal dari wilayah Timur Tengah. Orang Bati juga memiliki keturunan yang berasal dari Orang Cina. Menurut sejarah lisan (oral story) yang disampaikan Orang Bati bahwa pada masa lampau ada kapal Cina yang karam di Gunung Bati. Kapal itu bernama Kapal Cina Namba. Bangkai Kapal Cina Namba saat ini telah membatu, dan menjadi salah satu tempat sakral dalam wilayah Tana (Tanah) Bati. Ketika peristiwa karamnya Kapal Cina Namba, maka orang-orang yang berada dalam kapal ter- sebut berhasil diselamatkan oleh Orang Bati. Orang-orang yang
).
22)Wawancara dengan bapak SeSia (74 Tahun) Tokoh Adat Dusun Rumbou (Bati
berhasil diselamatkan dalam bencana tersebut kemudian menjalani hidup secara bersama dengan leluhur Orang Bati se- waktu mendiami Samos. Terjadi perkawinan di antara mereka, sehingga keturunannya masih dapat dijumpai di Tana (Tanah) Bati yaitu di Kampung atau Dusun (Wanuya) Sayei, Tokonakat, dan Aerweur. Ketiga dusun (wanuya) tersebut adalah kelompok Bati Dalam. Dahulu ada juga dari keturunan ini di Kampung atau Dusun (Wanuya) Bati Kilusi (Bati Awal).
Berdasarkan pemahaman Orang Bati atau Suku Bati ter- hadap kosmologi, mitologi, dan sejarah asal-usul leluhur mereka dapat di-kemukakan bahwa keturunan Alifuru Bati atau Orang Bati memiliki asal-usul yang sama dengan suku-suku lainnya di Pulau Seram. Walaupun ada kenyataan saat ini bahwa Orang Bati telah mengalami perkawinan campuran dengan orang-orang yang berasal dari luar tetapi bahasa, tradisi, adat-istiadat, budaya, dan lainnya tetapi sesgi-segi kehidupan sebagai Alifuru Seram atau Alifuru Bati atau Orang Bati terus dipertahankan. Bagi Alifuru Seram atau Orang Seram maupun Orang Maluku tertentu yang meragukan eksistensi Orang Bati atau Suku Bati sebagai manusia maupun sukubangsa adalah persepsi yang salah. Orang Bati atau Suku Bati itu benar-benar ada dalam kenyataan karena Orang Bati bukan orang ilang-ilang (hilang-hilang) sebagai-mana dipersepsikan orang luar (Orang Maluku) selama ini.
Orang Bati adalah manusia maupun sukubangsa karena Orang Bati memiliki teritorial yang dinamakan Etar (wilayah kekuasaan milik marga) yang terdapat dalam Watas Nakuasa (wilayah kekuasaan) orang Bati yang dipahaminya sebagai ruang hidup. Keturunan Orang Bati pada masa lampau maupun saat ini tersebar dalam wilayah adat Weurartafela, Kwairumaratu, dan Kelbarin. Secara adat Esuriun Orang Bati maka nama Bati hanya boleh digunakan pada Orang Bati yang mendiami wilayah adat Weurartafela. Orang Bati yang mendiami Kampung atau Dusun (Wanuya) Bati Kilusi atau Bati Awal yang bisa
menggunakan nama Bati untuk menyebut lokasi kediaman maupun identitas (jati diri) setelah kelompok sosial Patasiwa Putih menyatu dengan kelompok sosial Patalima melalui adat Esuriun Orang Bati.
Untuk itu berdasarkan sejarah Orang Bati dapat dikemukakan bahwa asal-usul Patasiwa dan Patalima sebagai sistem pengelompokan sosial yaitu dari Nusa Ina (Pulau Ibu) atau Pulau Seram. Timbulnya Patasiwa dan Patalima di daerah lain disebabkan karena proses migrasi yang dilakukan oleh Alifuru Seram pada masa lampau, terutama untuk menjaga dan melindungi Nusa Ina (Pulau Ibu) atau Pulau Seram dari serbuan orang luar. Para kapitan yang ke luar dari Nusa Ina (Pulau Ibu) atau Pulau Seram pasti berasal dari kelompok Patasiwa dan Patalima sebagai orang-orang terpilih, dan selain itu juga migrasi dari Alifuru Seram disebabkan karena pergolakan politik, pertikaian yang ber- langsung di kalangan kelompok pata ketika melakukan aktivitas me- ngayau untuk kepentingan ritual tertentu dalam adat-istiadat Alifuru Seram di Baileu maupun rumah Kakehan.
Tradisi mengayau pada saat itu sangat kuat dipertahankan oleh Orang-Orang Patasiwa Hitam, sebelum masuknya orang luar yang membawa agama samawi di Pulau Seram. Integrasi antar kelompok Patasiwa dan Patalima yang berbeda menjadi kestuan melalui Esuriun Orang Bati telah mengkokohkan integrasi eksistensial sehingga identitas Orang Bati sebagai manusia maupun sukubangsa benar-benar ada dalam kenyataan. Hal ini berarti bahwa ceritera Orang Bati itu benar-benar merupakan suatu kenyataan, dan bukan mitos. Untuk itu ceritera mengenai mitos Orang Bati harus diakhiri karena tidak sesuai dengan kenyataan yang dialami oleh peneliti sendiri ketika menjalani hidup bersama dengan Orang Bati dalam kawasan hutan hujan di Pulau Seram Bagian Timur untuk menjelaskan fakta empirik tentang Esuriun: Nilai Budaya Orang Bati.