• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai anak cucu keturunan Alifuru Bati atau Orang Bati sangat percaya bahwa Manusia Batti muncul dengan evolusi daratan Seram. Tempat kediaman leluhur Orang Bati yaitu Manusia Batti yaitu di Gunung Bati yang terdiri dari Gunung Laki-Laki dan Gunung Perempuan. Gunung Bati adalah tempat yang sakral atau keramat. Berdasarkan kepercayaan Orang Bati atau Suku Bati yang mereka anut sebelumnya bahwa roh para leluhur mereka yang mendiami Gunung Bati yang dimaknai sebagai leluhur atau Tata Nusu Si tidak pernah meninggal dunia (mati). Informasi yang disampaikan oleh bapak AWe sebagai Raja (Mata Lean) atau Jou Negeri Kian Darat yang memerintah dalam wilayah adat Weurartafela bahwa:

Kita Mancia Baita lahir tata batu lua, baru siwida dua walaa

kamu wida kaimian. Asli Batu oi ka mancia Baita. Artinya,

manusia Bati ini lahir dengan evolusi daratan Seram. Jadi kita ini adalah manusia gunung. Dalam perkembangan baru sekarang kami ada diantara kami yang mendiami daerah pesisir pantai, tetapi ada di antara kami yang tetap mendiami gunung. Sampai

bersih ini lahir dengan Nusa Ina (Pulau Ibu) atau Manusia Batti ini lahir dengan evolusi daratan Seram. Artinya dahulu pulau ini pernah tergenang oleh air yang menutupi seluruh daratan. Hanya ada bagian-bagian pulau tertentu yang kering. Secara perlahan-lahan air mulai surut (air turun) dan daratan makin

nampak. Manusia Batti adalah leluhur (Tata Nusu Si) yang

memiliki keturunan pada Alifuru Bati muncul bersamaan

dengan evolusi daratan Seram13

Peristiwa alam yang maha dahsyat ini menyebabkan bagian- bagian pulau tertentu yang terdapat di Nusa Ina (Pulau Ibu) menjadi

).

Jadi Manusia Batti lahir dengan evolusi daratan Seram. Pulau Seram adalah induk dari Nusa Ina (Pulau Ibu).

Kosmologi Alifuru Bati (Orang Bati) tentang Siwa-Lima

Alam semesta yang dikenal dengan nama Bumi Seram me- rupakan kesatuan yang erat yang senantiasa menyatukan kehidupan manusia dengan alam (lingkungan) di mana manusia menjadi bagian dari ruang huniannya. Kosmologi Siwa-Lima telah menjadi dasar ke- hidupan Manusia Awal (Alifuru) dan keturunannya di Bumi Nusa Ina (Pulau Ibu) pada masa lampau atau saat ini dinamakan Pulau Seram, dapat dipahami lebih lanjut melalui makna Siwa-Lima yaitu:

Makna Siwa (Sembilan)

Konsep sembilan muncul setelah Nusa Ina (Pulau Ibu) me- ngalami bencana alam pada masa lampau. Bencana alam ini dipahami oleh Orang Seram sebagai Air Ampuhan (air yang sangat dasyat), adalah musibah besar yang pernah menimpa Bumi Nusa Ina (Pulau Ibu) karena turunnya hujan besar yang menyebabkan pulau ini ter- genang oleh air dan terdapat bagian pulau tertentu yang tenggelam. Orang Seram menyebutnya dengan nama Nusa El Hak (Benua Mu) telah tenggelam (Lamuria).

13)Wawancara dengan bapak AWe (56 Tahun), Raja (Mata Lean) atau Jou Negeri Kian

Darat, Kecamatan Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur pada tanggal 5 November 2009.

tenggelam. Keturunan Manusia Awal (Alifuru) atau Alifuru Ina yang dapat bertahan hidup (survive) pada saat menghadapi bencana alam yang maha dasyat tersebut adalah orang-orang yang berasal dari lima kerajaan besar di Nusa Ina (Pulau Ibu). Keturunan Alifuru atau Alifuru Ina yang bertahan hidup dari bencana alam pada tempat yang bernama Luma Pakai Siwa. Makna dari Luma Pakai Siwa yaitu rumah yang luasnya 9 meter persegi. Rumah tersebut memiliki jumlah tiang sebanyak 9, memiliki 9 kasu, 9 snal (atap), dan susunan lainnya yang berjumlah 9.

Makna Lima (Lima)

Konsep lima lahir dari pemahaman dasar Alifuru Seram beserta keturunannya tentang lima kerajaan besar yang terdapat di Nusa Ina (Pulau Ibu) dan dikenal sebagai penyangga Nusa Ina (Pulau Ibu) yaitu; (1) Kerajaan Nunusaku di sebelah barat; (2) Kerajaan Amalia di sebelah timur; (3) Kerajaan Mumusikue atau Lemon Emas di Salalea yang ter- dapat di sebelah utara; (4) Kerajaan Silalousana di sebelah selatan; (5) Kerajana Lomine yang terdapat di Gunung Murkele menjadi poros ke- hidupan Alifuru Ina atau Alifuru Seram beserta keturunnya.

Lima kerajaan besar ini dimaknai sebagai penyangga Nusa Ina (Pulau Ibu). Kerajaan-kerajaan tersebut merupakan kerajaan Manusia Awal (Alifuru) pada masa lampau, sehingga menjadi dasar mengapa angka lima menjadi sakral dalam kehidupan Alifuru Ina atau Alifuru Seram dan keturunannya sampai saat ini. Dalam perjalanan kehidupan Alifuru Ina beserta keturunannya pada masa lampau diketahui bahwa, wilayah ini pernah mengalami musiba yang maha dasyat. Sebagian besar Orang Seram memaknai bahwa turunnya air ampuhan yang dibuat oleh Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia sebagai hukuman atas segala perbuatan manusia pada saat itu yang dianggap bertentangan dengan kehendak dari Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia.

Sebagian besar Bumi Nusa Ina (Pulau Ibu) menjadi tenggelam karena tergenang oleh air laut dalam jangka waktu cukup lama, kemudian air laut tersebut membeku, dan melalui pemanasan oleh sinar matahari kemudian proses pembekuan tadi mulai larut (mencair) dan secara perlahan-lahan air mulai surut. Ketika air laut mulai surut kemudian ada bagian-bagian tertentu dari Nusa Ina (Pulau Ibu) yang mengalami kerontokan atau terjadi patahan, sehingga terlepas dari induknya. Manusia (Alifuru) yang mendiami wilayah ini banyak sekali yang meninggal dunia. Keturunan Alifuru Ina yang dapat bertahan hidup adalah mereka yang berada pada tempat bernama Luma Pakai Siwa (Rumah Sembilan Tiang). Tempat ini berada di sekitar Gunung Murkele, dan sampai saat ini dianggap keramat.

Pulau Seram sebagai pulau terbesar di Kepulauan Maluku, oleh Orang Seram-Maluku bahwa pulau ini memiliki beberapa nama14) lain

menurut pandangan Alifuru Seram atau Orang Seram, terutama pada suku-suku tertentu. Orang-orang yang mendiami daratan Pulau Seram Bagian Timur maupun wilatah Seram Timur umumnya menyebut nama bagi Pulau Seram yaitu Tanah Besar15). Alifuru Bati atau Orang

Bati menyebutnya Nusa Ina16) atau Pulau Ibu, maupun Pulau Seram.17

14)Odo Deodatus Taurn,2001 ; Patasiwa Und Patalima, Von Mollukeneiland Seran Und

Seinen Bewornes, Hal 9 menyebutkan bahwa Seram merupakan pulau terbesar di

Maluku. Nama Seram diambil dari bahasa yang dipergunakan di Seram-Timur dan pulau-pulau yang tersebar di sekitarnya, terutama Geser. Dikenal beberapa istilah yang berbeda-beda dalam menyebut pulau ini. Orang Alifuru di Manusela menyebut Takule, di Seram-Timur “Pata Sehe, Suku Wemale di Seram Barat Nusa Muli, Suku Makahala Nusa Inai, Suku Wakajim Keith Seheu, dan di Wahai Lusa Selan.

15)Wawancara dengan bapak AKi (68 Tahun) Kepala Dusun Bati Kilusi (Bati Awal), di

Bati Kilusi Negeri Kian Darat, pada tangga 23 Desember 2009, dikemukakan bahwa makna dari Tanah Besar karena Pulau Seram merupakan pulau terbesar dari semua pulau yang terdapat disekitar wilayah Maluku. Wilayah kediaman Orang Bati di Seram Timur berada di datatran yang besar.

16)Wawancara verifikasi data lapangan dengan bapak AnTi (62 Tahun) Tokoh Adat

Negeri Kabauhari di Negeri Kabauhari Seram Utara, pada tanggal 5 Januari 2010, dikemukakan bahwa Pulau Seram dinamakan Nusa Ina (Pulau Ibu). Sebab berdasarkan mitologi Penciptaan Alam Semesta dan Manusia Awal (Alifuru), perempuan atau ibu (ina) bernama Hulamasa diciptakan di Gunung Murkele Kecil, kemudian Lupai di Gunung Murkele Besar. Penguasa Pulau Seram pada awalnya adalah “Perempuan”.

).

17)Wawancara verifikasi data lapangan dengan Oyang Suriti atau Oyang Haya (Kepala

Adat Kampung/Dusun Banggoi) pada tanggal 25 Juli 2009, ia menjelaskan bahwa

sesungguhnya Seram memiliki makna yaitu Tidak Akan Binasa Sepanjang Zaman,

Jadi sebenarnya penamaan Seram bukan produk dari luar atau orang luar, tetapi memiliki hakikat yang sangat mendasar sejak kehidupan Manusia Awal (Alifuru) di mulai pada masa yang lampau.

Sejarah Leluhur Pertama Alifuru Bati atau Orang Bati di

Samos

Berdasarkan informasi yang dituturkan oleh tokoh adat Banggoi, kemudian ditelusuri secara mendalam. Orang Bati mengemukakan bahwa:

Orang Bati mengemukakan bahwa leluhur mereka yang pertama

adalah Ken Min Len (Ken = Laki-Laki, Min = Perempuan, dan

Len = Besar). Jadi arti dari Ken Min Len artinya laki-laki dan

perempuan besar.18) Leluhur Orang Bati ke Seram Timur men-

diami tempat bernama Samos (tempat kering pertama) sampai

orang lain datang ke daerah ini. Samos terletak sekitar Gunung

Bati. Mereka datang dengan kapal menyerupau burung Garuda

atau Rajawali yang dinamakan (Lusi). Pada tempat ini mereka

mulai membangun kehidupan yang pertama. Untul itu nama dari

tempat awal ketika Orang Bati melaluku esuriun dinamakan Bati

Kilusi (Bati Awal) ,dan sampai saat ini menjadi kesepakan bahwa nama kampun atau dusun yang menggunakan Bati hanya

Kampung atau Dusun Bati Kilusi (Bati Awal), sedangkan

kampung atau dusun lainnya tidak menggunakan nama Bati19

Pada saat itu di Samos sama sekali belum ada kehidupan. Leluhur Orang Bati memulai kehidupan yang pertama di tempat ini sampai kedatangan orang lain. Pendatang berikut ke Samos adalah moyang Boiratan, atau nama lengkapnya yaitu Boiratan Timbang Tanah. Ke- hidupan awal dari leluhur Orang Bati di Samos terus berlangsung sampai kedatangan orang lain di tempat ini. Ketika menjalani kehidup- an awal di Samos makin banyak kemudian mereka melakukan Esuriun

).

18)Wawancara dengan bapak AhRu (83 Tahun) anggota masyarakat di Negeri Kian

Darat, Kecamatan Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur pada tanggal 25 November 2009. Mereka ada leluhur Orang Bati atau Tata Nusu Si yang dihormati, disegani, dan ditakuti sampai saat ini.

19)Wawancara dengan bapak AKil (68 Tahun) Kepala Dusun Bati Kilusi (Bati Awal),

Negeri Kian Darat pada tanggal 23 Desember 2009. Dikemukakan bahwa, nama Bati hanya boleh digunakan pada lokasi Kampung atau Dusun (Wanuya) Bati Kilusi.

Orang Bati atau kisah Alifuru Bati atau Orang Bati turun dari hutan dan gunung (madudu atamae yeisa tua ukara) mengikuti rute perjalanan dari ”Manusia Batti” dan sampai pada lokasi awal yaitu Dusun Bati Kilusi (Bati Awal) kemudian pada wilayah lainnya di Tana (Tanah) Bati yang saat ini telah menjadi kampung atau dusun (wanuya) di Tana (Tanah) Bati.

Leluhur Orang Bati dikenal sebagai manusia yang baik hati, manusia berhati bersih, jujur, dan senantiasa berlaku adil. Sebutan terhadap manusia berhati bersih (batin yang bersih, suci) kemudian melahirkan nama tentang Bati, sebagai salah satu sukubangsa di Pulau Seram atau Nusa Ina (Pulau Ibu)20

Kawasan ini dalam kepercayaan masyarakat asli Pulau Seram ibarat manusia yang sedang tidur terlentang dan sedang memandang alam semesta. Selama ini dipercaya oleh sebagian besar Orang Seram maupun Orang Maluku bahwa Seram Gunung Manusia masih me- nyimpan berbagai misteri, baik lingkungan alam maupun manusianya. Orang Bati yang mendiami Gunung Bati adalah salah satu kelompok sukubangsa penghuni Gunung Manusia. Lokasi sekitar Gunung Bati ini terdapat dua gunung yang saling berhadapan yaitu Gunung laki-laki dan Gunung Perempuan. Sampai saat ini Orang Bati sangat yakin bahwa leluhur mereka yang mendiami Gunung laki-laki dan Gunung Perempuan ini tidak pernah mati. Mereka memiliki ke-hidupan yang abadi sepanjang masa. Sampai sekarang Orang Bati tetap yakin bahwa

). Orang Bati menyebutnya Pulau

Seram ini dengan nama Tana (Tanah) Besar. Dinamakan Tana (Tanah) Besar karena Pulau Seram merupakan pulau terbesar di Kepulauan Maluku. Apabila dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Kepulauan Maluku, maka Pulau Seram dengan daratan (lembah, bukit, dan pe- gunungan) yang terbentang dari daratan Hunimua di Sebelah Timur dan daratan Hunipopu di Seram Barat terdiri dari wilayah pegunung- an yang silih berganti.

20)Lihat bahasan tentang Kosmologi Orang Seram yang membahas tentang Penciptaan

Alam Semesta dan Penciptaan Manusia Awal (Alifuru) yang terdapat pada bagian awal penulisan ini.

leluhur mereka yaitu Manusia Bati yang mendiami Gunung Bati ini senantiasa berada dengan mereka.

Sejarah Kedatangan Leluhur Orang Bati dari Tanjung Sial di

Dokumen terkait