• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi pasar rakyat (tradisional) dalam perundang-undangan

BAB II : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT

C. Eksistensi pasar rakyat (tradisional) dalam perundang-undangan

Akhir-akhir ini seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, banyak sekali pasar-pasar modern yang berdiri khususnya diperkotaan. Hal tersebut secara tidak langsung bisa mengancam keberadaan pasar rakyat

32

http://bewe33.blogspot.com/2013/09/oleh-poppy-ismalina-ph.html diakses terakhir pada tgl 21 Agustus 2014

(tradisional), karena banyak sekali kelebihan-kelebihan yang diperoleh dari pasar modern. Salah satunya adalah karena kenyamanan akan tempatnya yang jauh berlawanan keadaannya dengan pasar rakyat (tradisional), dimana pasar tradisional pada umumnya memiliki tempat yang jorok, kecil dan pengap.

Eksistensi pasar rakyat (tradisional), merupakan indikator paling nyata kegiatan ekonomi kemasyarakatan di suatu daerah. Pemerintah harus lebih fokus dan peduli terhadap eksistensi pasar rakyat (tradisional) sebagai salah satu sarana tempat belanja murah yang menunjang kegiatan ekonomi masyarakat.. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, dan kualitas sarana yang diusung oleh beberapa pihak komersil ritel modern begitu hebat sehingga membuat eksistensi pasar rakyat (tradisional) menjadi sedikit tenggelam. Akan tetapi, ditengah maraknya pasar modern, keberadaan pasar rakyat (tradisional) tetap bertahan dan tetap maju karena pasar rakyat (tradisional) berperan penting lebih dari sekedar tempat transaksi jual-beli, pasar rakyat (tradisional) mengandung nilai ekonomi kerakyatan. Namun ditengah perkembangan jaman yang semakin maju, tidak menutup kemungkinan pasar rakyat (tradisional) akan tergusur pasar modern, karena itu, campur tangan semua pihak terutama pemerintah untuk pembenahan pasar rakyat (tradisional).33

Kinerja pasar rakyat (tradisional) selain disebabkan oleh adanya pasar modern, penurunannya justru lebih disebabkan oleh lemahnya daya saing para pasar tradisional. Kondisi pasar rakyat (tradisional) pada umumnya memprihatinkan. Banyak pasar rakyat (tradisional) yang tidak terawat sehingga

33

Sholiha, Eksistensi Pasar Tradisional ditengah, diakses terakhir pada tgl 21 Agustus 2014

dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh pasar modern kini pasar tradisional terancam oleh keberadaan pasar modern.

Kelemahan yang dimiliki pasar rakyat (tradisional). Kelemahan tersebut telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit di ubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.34

Faktor lain yang juga menjadi penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen.35

34

Ekapribadi. W, Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Modern, Jakarta

Hal ini diperkuat dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Paesoro menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar rakyat (tradisional) dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan semata-mata

35

Wiboonponse, Aree dan Songsak Sriboonchitta ’Securing Small Producer Participation in Restructured National and Regional Agri-Food Systems: The Case of Thailand’ [Mengamankan Partisipasi Produsen Kecil dalam Sistim Agro-Makanan Nasional dan Regional

Yang Terrestrukturisasi: Kasus Thailand]. Regoverning Markets [online]

karena keberadaan supermarket. Supermarket sebenarnya mengambil keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional.36

Diantara berbagai kelemahan yang telah disebutkaan di atas, pasar tradisional juga memiliki beberapa potensi kekuatan, terutama kekuatan sosio emosional yang tidak dimiliki oleh pasar Modern. Kekuatan pasar rakyat (tradisional) dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut diantaranya harganya yang relatif lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan pemukiman, dan memberikan banyak pilihan produk segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja memegang langsung produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional bukan tanpa kelemahan. Selama ini justru pasar rakyat (tradisional) lebih dikenal memiliki banyak kelemahan, antara lain kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan terlalu padat lalu lintas pembelinya. Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, dimana wanita diperkotaan umumnya berkarier sehingga hampir tidak mempunyai waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional.37

36

Adri Paesoro. Pasar Tradisional di Era Persaingan Global.

Maka dari itu, konsep revitalisasi untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional itu sangat penting. Sudah barang tentu revitalisasi tidak hanya sebatas bangunan dan regulasi pemerintah. Akan tetapi, semua aspek yang menjadi instrument pasar tradisional memerlukan reviltalisasi. Baik dari segi manajemen,

diakses terakhir pada tgl 21 Agustus 2014

37

Muhammad dkk, Membuat Pasar Tradisional Tetap Eksis,

pola pengembangan pasar, pelaku pasar, dana penunjang pengembangan dan lain- lain.38

Instrumen dari menjalarnya konsep neoliberalisme, sampai saat ini telah semerbak sampai tingkatan desa. Diantaranya dengan menawarkan konsep pasar modern yakni bisa dilihat di daerah-daerah, seperti indomart, alfamart dan lain sebagainya tidak asing lagi ditengah masyarakat. Dengan adanya hal ini membuat semakin terpinggirkannya pasar rakyat (tradisional) sebagai basis ekonomi kerakyatan. Pada akhirnya, pasar rakyat (tradisional) sebagai bagian dari sistem ekonomi, kini mulai mengalami penurunan kepercayaan di tengah masyarakat. Karena pasar tradisional identik dengan bau, kotor, tidak nyaman dan lain sebagainya. Hal ini kemudian, yang menjadi stigma negatif pasar rakyat (tradisional). Mau tidak mau, regulasi pemerintah sangat diperlukan peran aktif dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi pasar rakyat (tradisional) di tengah persaingan pasar bebas dunia. Seyogyanya, regulasi kebijakan tentang Proses regulasi ekonomi khususnya pasar rakyat (tradisional) secara garis besar masih mengindahkan kaidah-kaidah ekonomi dalam perspektif Indonesia (ekonomi pancasila). Seperti terbukti masih berdirinya pasar tradisional dengan dikelola langsung oleh pemerintah maupun masyarakat setempat. Hal ini ditambah dengan regulasi yang ketak tertuang dalam draft Undang-Undang (UU), yang secara garis besar masih menekan angka pertumbuhan ekonomi yang tidak fair. Artinya, pemerintah masih memperketat sektor pasar modern.

38

AC Nielsen. Pasar Modern Terus Geser Peran Pasar Tradisional.

pasar tradisional harus mengalami perubahan pengelolaan. Alhasil, perlindungan terhadap pasar rakyat (tradisional) menjadi prioritas di daerah tersebut.

Instrument kebijakan (kantor pasar) telah di dirikan sebagai pengatur dan pengelola dari pasar itu sendiri, secara kasat mata mau tidak mau kurang bisa keluar dari regulasi kebijakan pemerintah pusat karena identik dengan kepentingan pasar bebas. Namun paling tidak secara nyata proses pengelolaan dan perlindungan terhadap pasar tradisional tersebut dibuktikan dengan berbagai macam program kerja. Seperti, proses pemberdayaan dilingkungan pasar tradisional berjalan dengan baik. Tetapi masih banyak perlu inovasi dan konsep dalam mempertahankan pilar ekonomi kerakyatan di daerah tersebut. Sehingga peneliti menemukan banyak temuan masih kurang berkembangnya dana bergulir, masih belum terakomodirnya para pedagang pasar yang interaktif dalam organisasi pedagang Indonesia. Kemudian, di tengah gemerlapnya pasar modern kebijakan pemerintah tetap memperhatikan eksistensi pasar tradisional. Dengan begitu, regulasi pemerintah daerah bisa dibilang layak menjadi contoh untuk pola pengembangan pasar rakyat (tradisional) bagi pemerintah daerah lainnya. Artinya, kita banyak menemukan daerah lain terfokus terhadap anggaran penghasilan yang dihasilkan tiap tahun sehingga banyak yang melonggarkan semaraknya pasar modern di daerah. Karena secara ekonomi-politik pasar modern lebih menjanjikan.

Konsep regulasi kebijakan pasar bagi pemerintah daerah perlu memperhatikan kondisi sosial-ekonomi di dalam perkembangan masyarakat setempat. Tidak kemudian, masyarakat menjadi korban dari kebijakan yang tidak

berpihak terhadap hajat orang banyak. Maka konsep ekonomi yang seimbang atau fair dalam mengelola perekonomian suatu daerah sangat perlu.39

Eksistensi pasar, khususnya pasar rakyat (tradisional), merupakan indikator paling nyata kegiatan ekonomi kemasyarakatan di suatu daerah. Pemerintah harus lebih fokus dan peduli terhadap eksistensi pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik berongkos murah yang menunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Pasar rakyat (tradisional) tidak hanya menjadi tempat pedagang dan pembeli bertransaksi jual beli, melainkan juga mendukung kelancaran produksi, distribusi hasil pertanian, dan industri kecil yang menyerap banyak tenaga kerja. Perkembangan jaman,perubahan gaya hidup, dan kualitas sarana yang diusung oleh beberapa pihak komersil ritel modern begitu hebat sehingga membuat eksistensi pasar rakyat (tradisional) menjadi sedikit tenggelam.

Kondisi ini bertentangan, mengingat bahwa sektor pasar rakyat (tradisional) yang sebenarnya memiliki potensi dan kapasitas cukup besar ini, juga menghadapi kompetisi kualitas sarana dan produk dari perkembangan sektor ritel modern. Mengangkat eksistensi pasar tradisional merupakan action

39

http://dudukinspiratif.blogspot.com/2014/01/pemberdayaan-pasar-tradisional-pada.html diakses terakhir pada tgl 23 Agustus 2014

sangat penting, mengingat dalam kegiatan pasar modern, terjadi kegiatan jual beli antara masyarakat yang menginginkan kualitas dan ekonomis produk. Hal ini seharusnya diintensifkan dengan kecepatan dalam melakukan inovasi pemasaran guna menarik konsumen yang merupakan kunci sukses di sektor ritel, yang seharusnya juga diimplementasikan pada pasar tradisional agar nilai eksistensi itu tidak pudar

Revitalisasi pasar rakyat (tradisional) dinilai sangat strategis untuk meningkatkan daya saing pasar rakyat (tradisional) di tengah persaingan dengan ritel modern, dan pusat-pusat perbelanjaan yang kian memamabiak di berbagai wilayah perkotaan. Karenanya, pemerintah melakukan revitalisasi untuk membangkitkan dan menggerakan kembali eksistensinya, sekaligus memoposikan pasar rakyat (tradisional) dengan konsep belanja satu atap yang aman, nyaman, bersih dan ekonomis bagi pembeli maupun pedagangnya.

Tentunya eksistentesi pasar rakyat (tradisional) ini tidak mungkin bias terjaga jika pemerintahnya sendiri tidak memberikan perhatian yang khusus terhadap keberlangsunga dari pasar rakyat (tradisional) ini, harus ada kerjasama antara pemerintah dengan para pelaku pasar rakyat (tradisional) sehingga eksistensi dari pasar tradisional ini bias terjaga dan tidak kalah saing dengan pasar modern. Kerjasama tersebut bias dalam bentuk suatu peraturan perundang- undangan tentang membudayakan pasar tradisional, ataupun himbaun terhadap masyarakat luas untuk kembali meramaikan oasar tradisional, lebih dari itu dengan adanya para investor asing yang membawa modal besar-bedaran ke tanah air, ini akan menjadi ancaman bagi para pengusaha kecil dan pasar tradisional, oleh karena itu pemerintah juga harus memirkan bagaimana para pelaku pasar tradisional ini bisa tetap berjalan, salah satunya dengan pemberian pinjaman modal, namun yang lebih penting lagi adanya pelatihan skil kewirausahaan agar bisa bersaing dengan para pihak asing yang datang sehingga para pelaku pasar

rakyat (tradisional) tidak hilang tergerus zaman ditnegah maraknya pasar-pasa modern yangkian berkembang dimana-mana.40

Apabila dikaitkan dengan maraknya pertumbuhan pasar modern dewasa ini, maka pemerintah bertekad untuk mempertahankan pasar rakyat (tradisional). Hal ini tampak dengan lahirnya Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Latar belakang dikeluarkannya Perpres Nomor 112 Tahun 2007 oleh pemerintah pada dasarnya ialah dengan semakin berkembangnya usaha

Pasal 13 maupun Pasal 14 UU Perdagangan. Dimana pada Pasal 13, pasar tradisional hanya dilihat dari segi fisik tanpa mempertimbangkan faktor manusia dan kemanusiaan yang terlibat di dalamnya. Sedangkan dalam pasal 13 ayat 2 tidak melibatkan pedagangan pasar rakyat (tradisional) dalam rencana pembangunan/ revitalisasi pasar rakyat atau pasar tradisional. Hal ini telah menghilangkan jaminan kepastian hukum bagi pedagangan tradisional dimana selama ini hak-haknya hilang setelah revitalisasi pasar rakyat dilakukan oleh Pemerintah. Tidak adanya partisipasi pedagang tradisional dalam rencana revitalisasi pasar telah menghilangkan hak perlakuan yang sama dihadapan hukum dimana pedagang tradisional berhak untuk terlibat dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan langsung dengan kepentingannya. Dalam pasal tersebut revitalisasi pasar dan pengelolaan pasar tidak sama sekali menyebutkan turut sertanya pedagang sebagai pihak yang berperan penting dalam memajukan pasar rakyat (tradisional).

40

http://dingklikkelas.blogspot.com/2014/03/hukum-bisnis-pasar-tradisional.html, diakses terakhir pada tgl 23 Agustus 2014

perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan. Bahwa untuk membina pengembangan industri dan perdagangan barang dalam negeri serta kelancaran distribusi barang, perlu memberikan pedoman bagi penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern serta pengembangan kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, toko modern dan konsumen. Tujuan peraturan ini pada dasarnya sangat baik, namun dalam implementasinya ketentuan ini sulit terealisasi. Karena sulitnya melakukan pengawasan atas pelaksanaan ketentuan perpres tersebut.41

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern mengatur secara teknis mengenai pembagian usaha antara pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Pada beberapa ketentuan pasal, Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern terlalu mengatur dengan sangat rigid. Misalnya, terdapat pengaturan mengenai lokasi dan syarat-syarat pendirian, luas bangunan, jam operasi, ketentuan pemasokan barang, perizinan, serta pembinaan dan pengawasan untuk pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.

41

Novi Nurviani,

Peraturan ini dibuat dengan maksud untuk melindungi dan mengembangkan usaha kecil serta sebagai suatu upaya pembinaan terhadap usaha kecil supaya bisa maju dan berkembang. Namun jika dilihat dari sisi persaingan, pengaturan yang rigid seperti itu justru menghambat pelaku usaha untuk berusaha dan berinovasi, terutama bagi pusat perbelanjaan dan toko modern. Perpres ini dibentuk untuk mewujudkan dunia usaha yang kondusif sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Sehat.

Penerapan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern seyogyanya sejalan dengan implementasi UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Sehat. Tidak ada yang salah dengan peraturan yang bersifat teknis seperti Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, namun pemerintah perlu mempertimbangkan seberapa efektif peraturan tersebut dapat diimplementasikan, siapa pihak yang berwenang melakukan pengawasan, dan seberapa siap pihak tersebut melakukan pengawasan. Karena dalam praktiknya, beberapa Pemerintah Daerah (terutama Pemerintah Kabupaten/Kota) sebagai pihak yang terjun langsung di lapangan belum melakukan tugas dan fungsinya dengan baik sehingga pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern menjadi bias.

Peraturan presiden ini dilatarbelakangi bahwa dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan dan untuk membina pengembangan industri dan perdagangan barang dalam negeri serta kelancaran distribusi barang, perlu memberikan pedoman bagi penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern serta pengembangan kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, took modern dan konsumen pasar yang dimaksud dalam Perpres ini adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya (Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007).

Perpres membedakan pengertian antara pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Pasar rakyat (tradisional) adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar

menawar (Pasal 1 angka 2 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007). Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. pengaturan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam UU No. 5 Tahun 1999:Sejak dimulainya peradaban dan selama masih akan ada peradaban, persaingan tidak akan pernah bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan adanya persaingan jelas memberikan manfaat kepada peningkatan kualitas kehidupan manusia. Namun di samping dampak positifnya persaingan juga terkadang menimbulkan dampak negatif, terutama bagi pihak yang kalah dalam persaingan. Namun secara umum persaingan diakui ataupun tidak, lebih banyak membawa segi positif dibandingkan segi negatifnya. Jadi keinginan untuk meniadakan persaingan adalah suatu keinginan yang jelas justru akan membawa kehidupan umat manusia kearah kemunduran.

Berkaitan dengan persaingan usaha secara sehat telah diatur dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang–undang ini dilatarbelakangi agar setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar,sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu.Undang-undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi diatur dalam ketentuan Pasal 7, melarang sesama pelaku usaha untuk membuat perjanjian di antara pelaku usaha untuk menetapkan harga

di bawah harga pasar (predatory pricing) yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Namun di dalam pasal tersebut defenisi harga pasar akan sangat kabur bila diterapkankarena harga pasar bukanlah merupakan sesuatu yang pasti dalam nilai, juga bervariasi dalam waktu yang berbeda.

D. Pembinaan dan Perlindungan Pasar Rakyat (Tradisional) dalam

Dokumen terkait