• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum terhadap Pasar Rakyat Berdasarkan Undang-Undang No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum terhadap Pasar Rakyat Berdasarkan Undang-Undang No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2014

TENTANG PERDAGANGAN

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

NIM : 100200153 DENY MULIA ANANDA

Departemen Hukum Ekonomi

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2014

TENTANG PERDAGANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

NIM : 100200153 DENY MULIA ANANDA

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

NIP.197501122005012002 (Windha, SH.M.Hum)

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing II

(Prof.Dr.Budiman Ginting, SH. M.Hum)

NIP.195905111986011001 NIP.197302202002121001

(3)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2014 TENTANG

PERDAGANGAN

*) Deny Mulia Ananda **) Budiman Ginting ***) Mahmul Siregar

Pasar rakyat merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena pasar memiliki banyak fungsi. Pasar rakyat juga menjadi salah satu pembangkit dari kemajuan ekonomi suatu wilayah dan dapat dijadikan sebagai indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus tanggap terhadap keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pasar rakyat dalam perundang-undangan sebelum diundangkan Undang-Undang No.7 tahun 2014, bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014 dan bagaimanakah peran dan tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam perlindungan terhadap pasar rakyat.

Metode penelitian menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library reaseacrh) dan Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif.

Perlindungan hukum terhadap pasar rakyat dalam perundang-undangan sebelum diundangkan Undang-Undang No.7 tahun 2014 yaitu dalam melaksanakan perlindungan hukum terhadap pedagang pasar tradisional, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Pembelanjaan dan Toko Modern yang diikuti dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Kedua peraturan tersebut mengatur diantaranya adalah tentang zonasi, kemitraan dan perizinan serta pembinaan. Namun, disayangkan bahwa peraturan tersebut masih bias sehingga diperlukan instrumen daerah untuk mengatur lebih detail terutama terkait dengan zonasi, perizinan dan pembinaan pasar tradisional. Dalam rangka Perlindungan hukum pedagang pada pasar tradisional pemerintah perlu melakukan 2 (dua) hal yakni Pengendalian dan Pemberdayaan. Pengendalian dilakukan terhadap Pasar Modern melalui kewajiban memilki izin gangguan yang mensyaratkan zonasi sebagai pertimbangan pemberian izin, sedangkan Pemberdayaan dilakukan terhadap Pedagang Pasar Tradisional, melalui program kemitraan, pendanaan dan peningkatan profesionalitas pengelola pasar. Pemerintah bisa mewujudkan perlindungan terhadap pasar rakyat (tradisional) ini yang jelas-jelas diatur dalam peraturan-peraturan yang sah.

Kata kunci: pasar rakyat

*) Mahasiswi Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang diberikan.

Skripsi ini adalah sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini, penulis membahas mengenai “Perlindungan Hukum terhadap Pasar Rakyat Berdasarkan Undang-Undang No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan ”.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan karena adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dalam bentuk material maupun spiritual serta informasi yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

2. Bapak Prof Dr. Budiman Ginting SH.,M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk memberikan saran dan petunjuk serta bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini

(5)

4. Bapak Muhammad Husni, SH.,M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

5. Ibu Winda, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

6. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH.M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Arif. SH., M.Hum selaku dosen pembimbing akademik penulis selama mengikuti masa perkuliahan;

9. Bapak dan ibu staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini;

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Orang Tua penulis : Ayahanda H. Ridwan Yohanes S.E., dan Ibunda Hj. Meilizar Latif SE.MM., yang telah memberikan segenap kasih sayang, perhatian dan bimbingan yang tulus kepada penulis.

(6)

3. Teman - teman sehobby penulis: Johan Kwe, Andre Fabianto, Mario Fudin, Hartono Ruslan yang bersama – sama penulis selalu berbagi informasi.

4. Sahabat - Sahabat penulis: Patricia Purba, Charles Salim, Abdul Reza, Desy, Leonard Sinaga, Devi Mutia, Fachreza Maulana, Yessi Serena , Robby Adhitya Siregar, Fachrul Irvan Siagian, Raja, Rizky Fazar Ananda yang telah bersama-sama dengan penulis sejak awal perkuliahan.

5. Abang dan Kakak Senior yang telah membantu penulis menjalani perkuliahan semenjak awal penulis kuliah

6. Rekan – rekan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stambuk 2010 untuk persahabatan yang terjalin indah selama ini, semoga abadi untuk selamanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

(7)

Namun demikian penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 30 September 2014

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Metode Penelitian ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT DALAM PERUNDANG-UNDANGAN SEBELUM DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014 A. Pengertian pasar rakyat (tradisional) ... 22

B. Peran pasar rakyat dalam perekonomian masyarakat ... 28

C. Eksistensi pasar rakyat (tradisional) dalam perundang-undangan sebelum diundangkan UU No.7 Tahun 2014 ... 31

(9)

BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014

A. Konsep pasar rakyat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 ... 54 B. Pemberdayaan Koperasi serta usah mikro, kecil, dan menengah

dalam pasar rakyat ... 63 C. Perlindungan hukum terhadap pasar rakyat

1.

... 71

2.

Pengaturan perizinan ... 71

3.

Penataan tata ruang ... 76

4.

Pengaturan zonasi... 80

BAB IV: PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLINDUNGAN TERHADAP PASAR RAKYAT

kemitraan dan kerjasama usaha ... 84

A. Peran pemerintah pusat dalam perlindungan terhadap pasar rakyat ... 91 B. Peran pemerintah daerah dalam perlindungan terhadap pasar

rakyat ... 99 C. Kerjasama pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkaitan

dengan perlindungan terhadap pasar rakyat ... 101 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 109 B. Saran... 111

(10)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2014 TENTANG

PERDAGANGAN

*) Deny Mulia Ananda **) Budiman Ginting ***) Mahmul Siregar

Pasar rakyat merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena pasar memiliki banyak fungsi. Pasar rakyat juga menjadi salah satu pembangkit dari kemajuan ekonomi suatu wilayah dan dapat dijadikan sebagai indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus tanggap terhadap keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pasar rakyat dalam perundang-undangan sebelum diundangkan Undang-Undang No.7 tahun 2014, bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014 dan bagaimanakah peran dan tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam perlindungan terhadap pasar rakyat.

Metode penelitian menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library reaseacrh) dan Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif.

Perlindungan hukum terhadap pasar rakyat dalam perundang-undangan sebelum diundangkan Undang-Undang No.7 tahun 2014 yaitu dalam melaksanakan perlindungan hukum terhadap pedagang pasar tradisional, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Pembelanjaan dan Toko Modern yang diikuti dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Kedua peraturan tersebut mengatur diantaranya adalah tentang zonasi, kemitraan dan perizinan serta pembinaan. Namun, disayangkan bahwa peraturan tersebut masih bias sehingga diperlukan instrumen daerah untuk mengatur lebih detail terutama terkait dengan zonasi, perizinan dan pembinaan pasar tradisional. Dalam rangka Perlindungan hukum pedagang pada pasar tradisional pemerintah perlu melakukan 2 (dua) hal yakni Pengendalian dan Pemberdayaan. Pengendalian dilakukan terhadap Pasar Modern melalui kewajiban memilki izin gangguan yang mensyaratkan zonasi sebagai pertimbangan pemberian izin, sedangkan Pemberdayaan dilakukan terhadap Pedagang Pasar Tradisional, melalui program kemitraan, pendanaan dan peningkatan profesionalitas pengelola pasar. Pemerintah bisa mewujudkan perlindungan terhadap pasar rakyat (tradisional) ini yang jelas-jelas diatur dalam peraturan-peraturan yang sah.

Kata kunci: pasar rakyat

*) Mahasiswi Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena pasar memiliki banyak fungsi. Pasar tradisional juga menjadi salah satu pembangkit dari kemajuan ekonomi suatu wilayah dan dapat dijadikan sebagai indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus tanggap terhadap keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional mengalami perubahan. Namun demikian, pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing walaupun adanya peningkatan pertumbuhan pasar modern dalam berbagai bentuknya.

(12)

bertindak yang selalu berpegang kepada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun.1

Berdasarkan arti diatas, maka pasar tradisional adalah tempat orang berjual beli yang berlangsung di suatu tempat berdasarkan kebiasaan. Di Indonesia, keberadaan pasar tradisional bukan semata urusan ekonomi tetapi lebih jauh kepada norma, ranah budaya, sekaligus peradaban yang berlangsung sejak lama di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, banyak pasar tradisional yang mulai kehilangan dan ada pula yang gulung tikar hal ini disebabkan kurang tanggapnya pemerintah terhadap keberadaan pasar tradisional. Banyak pasar tradisional yang kurang dan ada pula yang tidak sama sekali di urus atau ditanggapi oleh pemerintah kota. Perubahan Selain itu mulai banyaknya pertumbuhan hypermarket dan pusat perbelanjaan modern. Hypermarket ini tumbuh di lokasi yang mendekati pasar –pasar tradisional. Kondisi pasar tradisional yang sangat memprihatinkan seperti becek, bau, banyak sampah yang dibuang sembarangan juga menjadi kelemahan bagi pasar tradisional. Sehingga sebagian masyarakat memilih untuk berbelanja di hypermarket yang cenderung lebih baik dari segi pelayanan dan fasilitas.

2

Hal lain yang menjadi penghambat dalam berkembangnya pasar tradisional adalah adanya Peraturan pemerintah lewat Peraturan Pemerintah Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Beberapa dari pakar ekonomi dan bebeapa dari

1

OK. Laksemana Lufti. Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Jurnal

Ekonomi, USU, 2010. 2

(13)

ahli tata ruang mengatakan, peraturan ini sangat melemahkan para pedagang pasar tradisional. Dalam peraturan pemerintah ini Terdapat dua persoalan yang mendasar dalam kebijakan hukum. Persoalan yang pertama adalah masalah zonasi. Di dalam peraturan ini pemerintah tidak mengatur tentang zona mana saja yang boleh dibangun untuk hypermarket sehingga banyak hypermarket yang membangun semaunya dengan mendirikan bangunannya didekat pasar tradisional.3

Ditengah persaingan pasar tradisional dengan pasar modern dan hypermarket, seharusnya pasar tradisional mampu bersaing dan dapat lebih unggul, hal ini terjadi karena adanya komunikasi jual beli pasar tradisional. Dengan kuantitas yang lebih besar maka pasar tradisional mampu memberikan pelayanan terhadap masyrakat. Namun pada kondisi eksisting, masyarakat memilih pasar modern. Selain itu pada pasar tradisional juga terdapat persaingan usaha antar pasar tradisional sehingga dikarenakan hal –hal tersebut dapat menyebabkan penurunan skala pelayanan pasar tradisonal. Sedangkan pada pasar mdern mengalami kenaikan tingkat pelayanan dikareanakan dengan membuat promosi dan potongan harga.4

Salah satu perubahan perkembangan daerah rural (pedesaan) mejadi daerah urban (perkotaan) yaitu menculnya pasar modern sebagai tuntutan masyarakat perkotaan yang konsumtif. Munculnya pasar modern memberikan efek ganda bagi masyarakat maupun pemerintah. Pasar adalah tempat bertemunya

3

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-21272-chapter-1pdf.pdf diakses tgl 17 Agustus 2014

4

(14)

antara penjual dan pembeli. Disatu sisi masyarakat akan memiliki peningkatan taraf hidup yang dapat dinilai dengan peningkatan pembangunan sarana perekonomian berupa pasar mpdern tetapi disisi lain hal itu menjadisebuah ancaman bagi pedagang kecil terutama pedangan di pasar tradisional. Ada sebuah kekhawatiran dimasyarakat bahwa perilaku belanja masyarakat akan berubah dan akan mematikan usaha pedagang kecil.5

Walaupun pasar tradisional dalam jumlah yang banyak tetapi kebanyakan pasar tradisional mengalami penurunan omset dan pengunjung seiring munculnya pasar modern. Pasar tradisional diidentikkan dengan ketidaknyamanan, kesemrawutan, kekotoran dan aroma tak sedap.Ciri-ciri tersebut dapat ditemukan hampir disemua pasar tradisional yang ada di Indonesia. Selain itu produk pasar tradisional umumnya memiliki masa simpan barang terbatas (tidak awet), seperti sayur-mayur dan buah. Karena itu, bisanya diupayapakan terjual habis, tetapi sering kondisi pasar berkata lain. Ketiadaan teknologi pengawetan menyebabkan kesegaran dan kualitas produk dagangan sulit dipertahankan. Berbeda dengan pedagang profesional di pasar modern yang memiliki fasilitas pengawetan, bisa memperpajang masa simpan. Kendala ini berakibat lanjut pada harga jual. Harga jual produk yang sama di pasar tradisional relatif lebih murah dibanding di pasar modern. Kelangsungan pasar tradisional berkaitan erat dengan perlindungan terhadap pasar tradisional. Sebagian besar pasar tradisional dimiliki oleh

5

(15)

pemerintah daerah yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah. Hal itu akan memberikan implikasi bagi pendapatan asli daerah.

Secara regulasi pemerintah sudah mengeluarkan peraturan yang mengatur jarak antara pasar tradisional dan pasar modern dalam Perpres No. 112 /2007 tentang Penataaan dan Pembinaan Pasar Tradisional, pusat perbelanjaan dan Toko Modern. Seharusnya aturan tersebut sudah mengantisipasi permasalahan yang muncul antar pasar tradisional dan pasar modern.

Kementerian Perdagangan melakukan penyesuaian terhadap UU Perdagangan yang baru Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan. Pasar tradisional namanya berubah jadi pasar rakyat, pasar modern namanya berubah jadi pasar swalayan. Penyesuaian peraturan ini dilakukan untuk menciptakan kepastian bagi produk nasional.6 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan guna menciptakan kepastian bagi produk nasional. Upaya agar produk nasional bukan hanya dapat dipasarkan di pasar domestik melainkan juga ke pasar regional bahkan internasional.7

Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan memberikan ketentuan dasar dan umum antara lain dalam perdagangan domestik (dalam negeri) dan internasional, standardisasi barang dan jasa, perdagangan melalui sistem elektronik, pasar dan pengembangan usaha kerjasama, skala kecil, mikro dan menengah. Menerapkan ketentuan tentang berbagai hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan dan juga berbagai

6

7

(16)

peraturan Pemerintahan. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan menegaskan bahwa semua peraturan pelaksanaan akan dikeluarkan dalam waktu 2 (dua) tahun. Sementara itu semua peraturan yang ada pada perdagangan akan masih tetap berlaku selama mereka tidak bertentangan dengan ketentuan di dalam UU tersebut. Ketentuan dasar dan umum dari Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan mencakup adalah untuk perdagangan dalam negeri, UU mengatur ketentuan umum tentang perizinan bagi pelaku usaha yang terlibat dalam kegiatan perdagangan dan mengharuskan penggunaan dalam bahasa Indonesia di dalam pelabelan dan peningkatan untuk penggunaan produk dalam negeri. Berdasarkan UU perdagangan, pemerintah diwajibkan untuk antara lain (i) mengendalikan ketersediaan bahan kebutuhan pokok atau yang terpenting bagi seluruh wilayah di Indonesia, (ii) menentukan larangan atau pembatasan untuk perdagangan barang/ jasa untuk kepentingan nasional, misalnya untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum. Pemerintah diperlukan dapat mendukung bisnis kerjasama, skala kecil, mikro dan menengah yang terlibat dalam bidang perdagangan. Dukungan dapat dalam bentuk fasilitas, insentif, bantuan teknis, akses dan / atau bantuan modal usaha, bantuan promosi dan pemasaran, yang hal-hal yang disediakan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

(17)

peraturan tentang perdagangan dan (ii) penyelesaian masalah dalam perdagangan domestik dan internasional.8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, hal mengenai perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014 tentang Perdagangan merupakan sesuatu yang penting untuk diteliti.

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pasar rakyat dalam

perundang-undangan sebelum diundangkan Undang-Undang No.7 tahun 2014?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014?

3. Bagaimanakah peran dan tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam perlindungan terhadap pasar rakyat?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penulisan ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai, yaitu:

1. Tujuan penulisan

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

8

(18)

a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pasar rakyat dalam perundang-undangan sebelum diundangkan Undang-Undang No.7 tahun 2014.

b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014.

c. Untuk mengetahui peran dan tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam perlindungan terhadap pasar rakyat.

2. Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan yang lebih konkrit bagi aparat penegak hukum dan pemerintah, khususnya dalam menangani pasar rakyat dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, serta pengkajian hukum khususnya hukum perdagangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pasar rakyat.

b. Manfaat Praktis

(19)

sumbangan pemikiran bagi aparat penegak hukum dan pemerintah khususnya dalam menangani pasar rakyat (tradisional).

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai “Perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014 tentang Perdagangan”. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan ide asli penulis, adapun tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian penulis dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini adalah ide penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

E. Tinjauan Pustaka

(20)

dan penawaran.9 Pasar adalah secara keseluruhan permintaan dan penawaran akan sesuatu barang dan jasa.10

Pasar adalah salah satu kegiatan perdagangan yang tidak bisa terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia. Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik secara kuantitas maupun kualitas. Keberadaan pasar rakyat (tradisional) sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Beberapa pendapat mengungkapkan bahwa dengan semakin berkembangnya pasar modern, mengakibatkan pasar rakyat (tradisional) menjadi semakin terpinggirkan keberadaannya.

11

Di balik peran strategis pasar rakyat (tradisional) tersebut, terdapat permasalahan-permasalahan yang membutuhkan perhatian pembuat kebijakan dan

Keberadaan pasar rakyat (tradisional) merupakan salah satu indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Taraf kehidupan ekonomi masyarakat dapat dengan mudah dilihat dari kegiatan di pasar tradisional setempat. Demikian juga kemajuan suatu wilayah dapat secara langsung dilihat dari kegiatan ekonomi pada pasar di daerah yang bersangkutan. Sebagai salah satu sarana distribusi, kehadiran pasar tradisoinal tidak hanya melibatkan para pedagang, namun juga memberi kesempatan kerja bagi para petani, produsen, pelaku usaha jasa keuangan, pelaku jasa angkutan, dan pelayan toko/kios.

9

Kasmir, Kewirausahaan, Edisi revisi, (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2013), hlm 169 10

Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Cetakan pertama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), hlm 108

11

Bambang Djau, “Seminar Nasional Menuju Penataan Ruang Perkotaan Yang

Berkelanjutan,Berdayasaing, dan Berotonomi”. (Jakarta: Seminar Nasional Perencanaan Wilayah

(21)

pengelola yang terkait dengan pengembangan dan pengelolaan pasar tradisional. Pesatnya pembangunan pusat perbelanjaan dan toko modern berdampak terhadap penurunan pendapatan dan keuntungan pasar rakyat (tradisional). Selain itu, faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat sekitar pasar tradisional, seperti perubahan preferensi dan pola belanja masyarakat, di sekitar pasar rakyat (tradisional) berkontribusi besar terhadap beralihnya tempat belanja pasar tradisional berkontribusi besar terhadap beralihnya tempat belanja masyarakat ke pusat perbelanjaan dan ritel modern.

Pasar rakyat (tradisional) harus tetap dikembangkan dan dipertahankan eksistensinya seiring dengan semakin ketatnya persaingan dengan pasar modern. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi pasar tradisional agar dapat menyusun strategi pengelolaan pasar tradisional yang profesional dan sesuai dengan karakteristik kebutuhan masyarakat setempat dan perkembangan zaman.12

12

M. Chatib Basri, dkk, Rumah Ekonomi Rumah Budaya: Membaca Kebijakan

Perdagangan Indonesia, Cetakan pertama, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm

114-115

(22)

Saat ini pasar rakyat (tradisional) sudah mulai berkurang karena rata-rata pemerintah daerah sudah mendirikan bangunan pasar yang baru dan cukup besar. Pasar rakyat (tradisional) yang menjual sayur-mayur, daging, buah-buahan atau yang biasa disebut pasar basah, sekarang dikelola oleh pemerintah. Namun, rata-rata kondisinya kurang layak seperti bangunan pasar karena kebanyakan pasar rakyat (tradisional) itu kumuh, becek, serta padat. Pasar tradisional mempunyai segmen , menengah ke bawah dan berjualan eceran. Pengunjungnya didominasi oleh ibu rumah tangga dan pedagang keliling. Ada juga sebagian pasar yang dikelola oleh swasta. Pemerintah hanya berperan sebagai pemilik lahan pada swasta yang menyewa suatu areal untuk dibangun menjadi pasar.

Pasar rakyat (tradisional) adalah contoh nyata hidup berbhineka tunggal ika. Ada banyak suku dan karakter bertemu dan hidup bersaing di pasar. Para pedagang memainkan peran masing-masing, namun iramanya tetap harmonis. Di pasar tidak ada lagi budaya tertentu yang mendominasi karena mereka sudah menyatu dalam budaya pasar. Bisa dijumpai orang Jawa, Minang, Batak, Thiong Hoa, Sunda, dan lain sebagainya mencari nafkah seling berdampingan dalam lapak dan kios yang sempit. Meski berbeda suku mereka mempunyai tekad untuk menyatu ketika sedang melayani pembeli.

(23)

pembeli. Soal harga, sesama pedagang biasanya sudah tahu standar harga jual suatu produk.

Di pasar, dengan persaingan ekonomi yang kadang-kadang tidak sehat, stigma dan stereotif para pelaku juga menempel. Seperti cap pelit, kasar, selalu memberi harga mahal, mau menang sendiri, hingga kerap menipu konsumen, menempel pada suku tertentu. Setiap suku yang ada di pasar mempunyai cap masing-masing. Stereotif itu biasanya bagian strategi dagang masing-masing. Sehingga kebhinekaan yang ada di pasar jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan persoalan sendiri. Keharmonisan budaya di pasar adalah contoh luar biasa. Orang bisa bersaing mencari rezeki tapi harmonis menghargai budaya.

Para pedagang akan semakin kompak bila musuh bersama sedang menyerang. Musuh bersama yang biasa menghampiri aktivitas pedagang adalah penggusuran lokasi berjualan dan pemalakan oleh para preman pasar. Mereka akan menyingkirkan semua perbedaan dan bila ada masalah di antara pedagang terlupakan begitu saja, demi melawan sang musuh bersama.Tak dipungkiri kadang ada percekcokan atau keributan di antara pedagang. Biasanya hal itu disebabkan adanya pedagang yang nakal dan menjatuhkan harga. Pertengkaran juga bisa terjadi karena rata-rata tingkat pendidikan pedagang pasar yangrendah dan minim pembinaan dari pemerintah.

(24)

silaturahmi antara mereka maupun sebagai wadah perjuangan ketika para pedagang sedang menghadapi musuh bersama.

Idealnya pasar rakyat (tradisional) dimiliki oleh pemerintah daerah. Pihak pengembangan yang ditunjuk hanya berkewajiban untuk membangun pasar sesuai konsep yang sudah dibuat pemerintah. Setelah proses pembangunan selesai dan pengembang mendapat pembayaran yang berasal dari dana APBN, hubungan kerja sama antara kedua belah pihak pun selesai. Selanjutnya tugas pemerintahlah untuk mengelola pasar, termasuk kios kepada pedagang.

(25)

mengindahkan Perda yang mengatur harga sewa kios karena merasa merekalah pemilik pasar sepenuhnya.13

Ada pula jenis pasar yang masih memberikan hak kepemilikan kepada pemerintah daerah. Namun, biasanya lokasi yang dimiliki pemerintah itu adalah lahan di lantai dua, tiga, dan seterusnya yang jarang diminati pembeli maupun pedagang. Meskipun harga sewanya lebih murah dibanding kios-kios di lantai satu, tapi pasar tradisional yang memiliki lantai di atasnya dapat dipastikan sepi pengunjung hingga sebagian besar mati. Banyak pedagang yang sudah mengeluarkan uang tidak sedikit menurut ukuran kantong masing-masing, harus

Pemerintah selalu beralasan penyerahan lahan kepada swasta karena pemerintah tidak memiliki dana untuk membangun pasar. Padahal, yang banyak terjadi pemerintah tidak ingin repot membangun dan mengelola pasar, cukup menunggu setorannya. Bahkan lahan pemerintah di beberapa daerah diserahkan pada swasta untuk dibangun mal.

Penyerahan pada pihak swasta ini berakibat sangat buruk pada pedagang. Mereka harus menyewa kios dengan harga yang sangat tinggi, sesuai yang ditetapkan pengembang. Inilah yang mengakibatkan banyak pedagang pasar tidak maju, karena harus membayar sewa kios yang teramat mahal. Belum lagi bila ada renovasi pasar, harga sewa akan meningkat jauh di atas harga sebelumnya. Hingga tak aneh, setelah renovasi banyak pedagang yang terusir dari lokasi lama dan digantikan oleh pedagang baru. Atau bahkan pasar itu menjadi sepi karena harga sewa kios yang tak terjangkau.

13

(26)

rela meninggalkan aset yang disewanya, dan kemudian memilih menjadi PKL kembali di sekitar pasar tersebut. Hanya sebagian pasar saja yang sampai saat ini pengelolaan, pembangunan, dan perawatannya masih dipegang pemerintah. Rata-rata pasar yang dikuasai pemerintah adalah pasar sayur-mayur atau pasar basah, yang dikenal sangat kumuh dan semrawut itu. Harga kios di pasar jenis tersebut memang relatif terjangkau, namun dapat dilihat bagaimana tingkat kekumuhannya yang sangat tinggi.14

Kebijakan terkait regulasi pasar tradisional memang sudah ada, namun regulasi tersebut juga harus diimplementasikan di lapangan. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan sosialisasi terhadap pihak-pihak terkait untuk dapat menjalankan aturan sesuai peraturan perundangan yang telah ditetapkan untuk mewujudkan kepentingan bersama yakni mempertahankan eksistensi pasar tradisional.15

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan mengadakan analisa dan konstruksi.16

14

Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm 68-71

15

Maritfa Nika Andriani dan Mohammad Mukti Ali, Kajian Eksistensi Pasar

Tradisional Kota Surakarta, Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 2 tahun 2013 Online

:http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk 16

(27)

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:

1. Spesifikasi penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat.17

2. Sumber data

Penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperolah gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan yang terdapat pada masyarakat yang digunakan dapat dikaitan dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Adapun metode pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan yuridis.

Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.18

17

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai

Bahan Ajar (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm. 54.

18

(28)

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan per-undang - per-undangan di bidang kepailitan, antara lain:

a. Kitab Undang - Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) b. UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

usaha tidak sehat

c. UU No. 20 Tahun 2008 tentang d.

UMKM

e. UU No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan UU No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

f. Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional

g. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

(29)

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library reaseacrh) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca, menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perUndang - Undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.19

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

4. Analisis data

20

19

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Op.Cit, hlm.24.

20

(30)

G. Sistematika penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT DALAM PERUNDANG-UNDANGAN SEBELUM DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014

Dalam bab ini berisi tentang Pengertian pasar rakyat (tradisional), peran pasar rakyat dalam perekonomian masyarakat, eksistensi pasar rakyat (tradisional) dalam perundang-undangan sebelum diundangkan UU No.7 Tahun 2014, Pembinaan dan Perlindungan pasar rakyat (tradisional) dalam perundang-undangan sebelum diundangkannya UU No.7 Tahun 2014.

(31)

Bab ini berisikan tentang konsep pasar rakyat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014, Pemberdayaan Koperasi serta usah mikro, kecil, dan menengah dalam pasar rakyat, perlindungan hukum terhadap

BAB IV PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH DAN

PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLINDUNGAN TERHADAP PASAR RAKYAT

pasar rakyat: pengaturan perizinan, penataan tata ruang, pengaturan zonasi dan kemitraan dan kerjasama usaha.

Bab ini berisi tentang peran pemerintah pusat dalam perlindungan terhadap pasar rakyat, peran pemerintah daerah dalam perlindungan terhadap pasar rakyat dan kerjasama pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkaitan dengan perlindungan terhadap pasar rakyat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(32)

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT DALAM

PERUNDANGAN SEBELUM DIUNDANGKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014

A. Pengertian Pasar Rakyat (Tradisional)

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.

(33)

terdiri dari semua pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harga nya. Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan. Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan barang.21

Pasar rakyat (tradisional) merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.22

Dari pengertian pasar yang tradisional, modern hingga virtual. Bahkan mungkin ada klasifikasi lain seperi pasar semi modern, pasar yang serba ada (supermarket) hingga pasar yang memperjualbelikan saham. Daftar akan semakin panjang bila dimasukkan nama-nama tempat, hari atau atribut lain setelah kata ‘pasar’. Sebut saja ada pasar minggu, pasar senin, pasar pagi, pasar malam, pasar

21

Alfyanizka, Pasar di Indonesia, pada tgl 18 Agustus 2014

22

(34)

ciputat, pasar depok, pasar gembrong, pasar baru, pasar tanah abang, pasar gede, pasar kaget dan lain-lain. Disini tidak akan dibahas secara rinci satu-persatu. Pasar tradisional memiliki karakteristik keunikan tersendiri. Pertama, secara fisik pasar ini berada reltif dekat dengan tempat tinggal kita. Biasanya di dekat tempat tinggal, perkampungan, perumahan terdapat sebuah tempat yang disebut pasar ini. Walaupun sudah menjadi jamak, banyak pengembang perumahan modern kemudian melengkapi fasilitas umumnya dengan pasar modern maupun pasar serba ada lengkap (supermarket). Jadi, dari sisi jarak dalam artian kedekatan fisik, pasar tradisional ada di sekitar kita.23

Kedua, kedekatan antara penjual dan pembeli lebih terasa karena interaksi mereka yang berulang-ulang dan mendalam. Interaksi sosial yang hangat dan personal sering terjadi di pasar tradisional. Transaksi yang berulang, tawar-menawar yang dilakukan dengan ‘taktik’ tertentu agar mendapatkan harga lebih murah atau bonus lebih banyak, seringkali menciptakan ‘kedekatan’ yang maknanya tidak bisa direduksi sebagai sekedar hubungan antara penjual dan pembeli. Karena keramahtamahan penjual, tak jarang pembeli pun ‘takluk’ dengan ‘persuasi’ penjual. Yang terjadi adalah saling menguntungkan.24

Bila ini terjadi dalam frekuensi yang sering, dalam waktu yang cukup panjang maka hubungan yang terjadi sudah beyond customer satisfaction and loyalty. Yang akan terjalin adalah pasar sebagai jaring pengaman sosial ekonomi rakyat bagi penjual termasuk produsen dan konsumen. Bila resesi sedang terjadi, harga-harga naik sementara kebutuhan tetap atau cenderung meningkat, dengan

23

Tirta Mursitama, Pasar Tradisional dan Ekonomi Kita, “http://tirtamursitama. com.html”, diakses terakhir pada tgl 18 Agustus 2014

(35)

gaji / pendapatan yang relatif tetap, ibu-ibu rumah tangga harus memutar otak lebih keras agar tetap bisa membelanjakan sesuai kebutuhannya. Karena hubungannya yang baik, konsumen mendapatkan kemudahan-kemudahan tertentu. Misalnya, dari diskon, kemudahan pembayaran (angsur, hutang) hingga pengiriman barang ke rumah. Hal ini tentu memudahkan konsumen.25

Pasar rakyat (tradisional) dalam konteks ini bisa menjadi katup pengaman sosial ekonomi masyarakat sekaligus pilar kekuatan ekonomi yang lebih bersifat informal. Oleh karena itu, bila ingin melihat dan merasakan ekonomi Indonesia yang stabil, maju, kuat dan tahan goncangan, tidak hanya sibuk mengurusi ‘pasar-pasar modern dan sophisticated’. Tetapi fokuskan pada ‘pasar-pasar-‘pasar-pasar tradisional di sekitar kita. Lakukan penataan yang baik, lingkungannya menjadi semakin bersih, transaksi pun semakin aman dan nyaman dalam suasana kekeluargaan.26

Dalam pengertian sederhana, pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, pengertian pasar berkaitan dengan kegiatannya bukan tempatnya. Ciri khas sebuah pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Para konsumen datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar harganya. Stanton, mengemukakan pengertian pasar

25

Taufik Chavifudin, Menyoal Pasar Tradisional, “http://www.dprdkedirikab. go.id.html”, diakses diakses terakhir pada tgl 19 Agustus 2014

yang lebih luas. Pasar dikatakannya merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi, dalam

26

(36)

pengertian tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang terjadinya pasar, yakni: keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian.

Pasar rakyat (tradisional) merupakan sebuah tempat dimana berkumpulnya para pedagang dalam suatu tempat guna memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat disekitarnya. Lebih dari itu, pasar rakyat (tradisional) menjadi salah satu jantung perekonomian suatu daerah karena kegiatan ekonomi berlangsung terus menerus tanpa henti, jika sudah begitu perputaran keuangan daerah, khususnya pada masyarakat bisa berlangsung secara stabil.

(37)

menjamur tidak hanya dikota-kota besar, akantetapi sudah masuk pada daerah-daerah dipelosok negeri ini, serta adanya pasar bebas yang kini juga mengancam para pengusaha kecil ditanah air, dan juga berdampak pada pasar tradisional.

Pasar rakyat (tradisional) selama ini kebanyakan terkesan kumuh, kotor, semrawut, bau dan seterusnya yang merupakan stigma

Stigma yang melekat pada pasar rakyat (tradisional) secara umum dilatarbelakangi oleh perilaku dari pedagang pasar, pengunjung atau pembeli dan pengelola pasar. Perilaku pedagang pasar dan pengunjung dan pengunjung atau pembeli yang negatif secara perlahan dan bertahap dapat diperbaiki, sekalipun memerlukan waktu lama. Keterlibatan pengelola pasar dalam perbaikan perilaku ini adalah suatu keniscayaan.

buruk yang dimilikinya. Namun demikian sampai saat ini di kebanyakan tempat masih memiliki pengunjung atau pembeli yang masih setia berbelanja di pasar tradisional. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga pasar tradisional yang dalam perkembangannya menjadi sepi, ditinggalkan oleh pengunjung atau pembelinya yang beralih ke pasar moderen.

(38)

mementingkan kebersihan dan kenyamanan sebagai dasar pertimbangan beralihnya tempat berbelanja.

Seringkali dikesankan bahwa perilaku pedagang yang menjadi penyebab utama terjadinya kondisi di kebanyakan pasar tradisional memiliki stigma buruk. Sebaliknya, di lapangan di lapangan dijumpai peran pengelola pasar terutama dari kalangan aparatur pemerintah dalam mengupayakan perbaikan perilaku pedagang pasar tradisional masih sangat terbatas. Banyak penyebab yang melatarbelakangi kondisi ini. Dimulai dari keterbatasn jumlah tenaga dan kemampuan (kompetensi) individu tenaga pengelola.27

B. Peran Pasar Rakyat dalam Perekonomian Masyarakat

Kegiatan pasar merupakan salah satu jalur perantar a dalam penyampaian barang dan jasa kepada konsumen atau dengan kata lain , pasar merupakan wadah untuk segala aktivitas ekonomi masyarakat. Pasar akan berjalan dengan baik apabila distribusi barang dan jasa berjalan dengan baik pula, keterlambatan distribus iakan berakibat terhadap tersendatnya penyediaan barang dan jasa di pasar, yang kemudian dapat mengakibatkan terhambatnya kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan pasar merupakan salah satu jalur perantara dalam penyampaian barang dan jasa kepada konsumen atau dengan kata lain, pasar merupakan wadah untuk segala aktivitas ekonomi masyarakat. Pasar akan berjalan dengan baik apabila distribusi barang dan jasa berjalan dengan baik pula, keterlambatan distribus iakan berakibat terhadap tersendatnya penyediaan barang

27

(39)

dan jasa di pasar, yang kemudian dapat mengakibatkan terhambatnya kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Pasar rakyat (tradisional) mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa secara regional yang kemudian membangkitkan berbagai aktivitas didalam kota. Di sini, saat orang melakukan jual dan beli bukan sekadar barang dan jasa yang dipertukarkan, tetapi juga informasi dan pengetahuan. Pasar tradisional telah menjadi ruang public perkotaan, tempat dimana masyarakat kota berkumpul dan membangun relasi social diantara mereka. Meski secara esensial pasar memegang peran penting bagi masyarakat kota, namun saat ini kondisi pasar tradisional di Indonesia menunjukkan penurunan peran secara tajam. Secara fisik, kemunduran ini dicitrakan oleh kondisi pasar rakyat (tradisional) yang kumuh dan kotor, dan menjadi tempat yang tidak aman dan nyaman untuk aktivitas.

Secara ekonomi, penurunan ini juga ditunjukkan dengan semakin enggannya masyarakat kota memilih pasar tradisional sebagai tempat belanja. Jika kemunduran pasar tradisional ini terus berlanjut, diperkirakan fungsi pasar sebagai ruang social perkotaan akan segera menjadi masa lalu.28

Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat untuk bekerja yang sangat berarti bagi masyarakat. Sejak zaman penjajahan kegiatan pasar beserta para pedagangnya berkembang secara alamiah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

28

Cahyono, I, Pasar Tradisional, Ruang Sosial Itu Segera Menjadi Masa Lalu,

KOMPAS Online, Agustus 4. dari

(40)

Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli, Pasar didalamnya terdapat tiga unsur, yaitu: penjual, pembeli dan barang atau jasa yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan, pertemuan antara penjual dan pembeli menimbulkan transaksi jual-beli.29

Ditengah pembangunan bangsa Indonesia, peran pasar rakyat (tradisional) yang semestinya bisa menjadi pilar pembangunan ekonomi kerakyatan, justru terabaikan dan tidak jarang manajemennya salah urus. Kementerian Perdagangan menilai bahwa pengelolaan pasar tradisional masih bermasalahan sehingga memberikan persepsi negatif kepada masyarakat, persoalan utama adalah pengelolaan yang bermasalah sehingga pasar tradisonal tidak berjalan optimal, contoh dari pengelolaan pasar yang bermasalah adalah pasar yang memiliki dana pemeliharaan pasar yang minim, gang pasar sempit dan sesak serta jalan di depan pasar yang macet dan dipenuhi pedagang.

30

Apa yang ‘dinikmati’ oleh para pelaku di pasar tradisional seperti yang diutarakan di bagian ketiga adalah salah satu realisasi dari apa yang digariskan.

31

29

Abdul Majid dan Sri Edi Swasono, Wawasan Ekonomi Pancasila, (Jakarta: Penerbit UI-Press, 1988), hlm 28

Pasar rakyat (tradisional) berkontribusi terhadap kebebasan para pelakunya, selain memberikan makna ekonomi seperti efisiensi, pengurangan biaya transaksi, dan jaminan kualitas produk. Penjual, pembeli, petugas keamanan maupun aparat pemerintah yang bertugas di pasar rakyat (tradisional) menjalin sebuah kekerabatan sosial dan inilah warna dari struktur sosial pasar tradisional. Oleh

30

31

(41)

karena itu, pasar rakyat (tradisional) memiliki kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat. Selain itu, kekerabatan sosial yang terjadi akan menstimulasi hubungan bisnis yang berlangsung lama dan memiliki potensi untuk pengembangan usaha. Produktivitas masyarakat, baik dari pihak penjual maupun pembeli akan meningkat, pada akhirnya memacu peningkatan aktivitas produksi dimana pihak-pihak tersebut. Di sinilah peran pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi.

Untuk itu, tidak ada alasan bagi pemerintah daerah maupun pusat untuk tidak memprioritaskan pengembangan pasar rakyat (tradisional) di suatu wilayah. Pasar rakyat (tradisional) yang tidak memiliki keunikan juga harus dikembangkan dengan memaknai pasar tradisional sebagai sebuah institusi ekonomi seperti yang dijelaskan di atas. Pasar, tidak hanya tempat bertransaksi, tetapi juga tempat berinteraksi, ruang bagi masyarakat lokal menumpahkan segala ekspresi sosial dan ekonominya. Pasar rakyat (tradisional), tidak hanya cerminan dinamika ekonomi, tetapi juga realitas sosial masyarakat kita. Di sinilah peran pasar rakyat (tradisional) bagi kesejahteraan masyakarat lokal.32

C. Eksistensi Pasar Rakyat (Tradisional) dalam Perundang-undangan

sebelum diundangkan UU No.7 Tahun 2014

Akhir-akhir ini seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, banyak sekali pasar-pasar modern yang berdiri khususnya diperkotaan. Hal tersebut secara tidak langsung bisa mengancam keberadaan pasar rakyat

32

(42)

(tradisional), karena banyak sekali kelebihan-kelebihan yang diperoleh dari pasar modern. Salah satunya adalah karena kenyamanan akan tempatnya yang jauh berlawanan keadaannya dengan pasar rakyat (tradisional), dimana pasar tradisional pada umumnya memiliki tempat yang jorok, kecil dan pengap.

Eksistensi pasar rakyat (tradisional), merupakan indikator paling nyata kegiatan ekonomi kemasyarakatan di suatu daerah. Pemerintah harus lebih fokus dan peduli terhadap eksistensi pasar rakyat (tradisional) sebagai salah satu sarana tempat belanja murah yang menunjang kegiatan ekonomi masyarakat.. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, dan kualitas sarana yang diusung oleh beberapa pihak komersil ritel modern begitu hebat sehingga membuat eksistensi pasar rakyat (tradisional) menjadi sedikit tenggelam. Akan tetapi, ditengah maraknya pasar modern, keberadaan pasar rakyat (tradisional) tetap bertahan dan tetap maju karena pasar rakyat (tradisional) berperan penting lebih dari sekedar tempat transaksi jual-beli, pasar rakyat (tradisional) mengandung nilai ekonomi kerakyatan. Namun ditengah perkembangan jaman yang semakin maju, tidak menutup kemungkinan pasar rakyat (tradisional) akan tergusur pasar modern, karena itu, campur tangan semua pihak terutama pemerintah untuk pembenahan pasar rakyat (tradisional).33

Kinerja pasar rakyat (tradisional) selain disebabkan oleh adanya pasar modern, penurunannya justru lebih disebabkan oleh lemahnya daya saing para pasar tradisional. Kondisi pasar rakyat (tradisional) pada umumnya memprihatinkan. Banyak pasar rakyat (tradisional) yang tidak terawat sehingga

33

(43)

dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh pasar modern kini pasar tradisional terancam oleh keberadaan pasar modern.

Kelemahan yang dimiliki pasar rakyat (tradisional). Kelemahan tersebut telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit di ubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.34

Faktor lain yang juga menjadi penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen.35

34

Ekapribadi. W, Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Modern, Jakarta

Hal ini diperkuat dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Paesoro menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar rakyat (tradisional) dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan semata-mata

35

Wiboonponse, Aree dan Songsak Sriboonchitta ’Securing Small Producer Participation in Restructured National and Regional Agri-Food Systems: The Case of Thailand’ [Mengamankan Partisipasi Produsen Kecil dalam Sistim Agro-Makanan Nasional dan Regional

Yang Terrestrukturisasi: Kasus Thailand]. Regoverning Markets [online]

(44)

karena keberadaan supermarket. Supermarket sebenarnya mengambil keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional.36

Diantara berbagai kelemahan yang telah disebutkaan di atas, pasar tradisional juga memiliki beberapa potensi kekuatan, terutama kekuatan sosio emosional yang tidak dimiliki oleh pasar Modern. Kekuatan pasar rakyat (tradisional) dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut diantaranya harganya yang relatif lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan pemukiman, dan memberikan banyak pilihan produk segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja memegang langsung produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional bukan tanpa kelemahan. Selama ini justru pasar rakyat (tradisional) lebih dikenal memiliki banyak kelemahan, antara lain kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan terlalu padat lalu lintas pembelinya. Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, dimana wanita diperkotaan umumnya berkarier sehingga hampir tidak mempunyai waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional.37

36

Adri Paesoro. Pasar Tradisional di Era Persaingan Global.

Maka dari itu, konsep revitalisasi untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional itu sangat penting. Sudah barang tentu revitalisasi tidak hanya sebatas bangunan dan regulasi pemerintah. Akan tetapi, semua aspek yang menjadi instrument pasar tradisional memerlukan reviltalisasi. Baik dari segi manajemen,

diakses terakhir pada tgl 21 Agustus 2014

37

(45)

pola pengembangan pasar, pelaku pasar, dana penunjang pengembangan dan lain-lain.38

Instrumen dari menjalarnya konsep neoliberalisme, sampai saat ini telah semerbak sampai tingkatan desa. Diantaranya dengan menawarkan konsep pasar modern yakni bisa dilihat di daerah-daerah, seperti indomart, alfamart dan lain sebagainya tidak asing lagi ditengah masyarakat. Dengan adanya hal ini membuat semakin terpinggirkannya pasar rakyat (tradisional) sebagai basis ekonomi kerakyatan. Pada akhirnya, pasar rakyat (tradisional) sebagai bagian dari sistem ekonomi, kini mulai mengalami penurunan kepercayaan di tengah masyarakat. Karena pasar tradisional identik dengan bau, kotor, tidak nyaman dan lain sebagainya. Hal ini kemudian, yang menjadi stigma negatif pasar rakyat (tradisional). Mau tidak mau, regulasi pemerintah sangat diperlukan peran aktif dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi pasar rakyat (tradisional) di tengah persaingan pasar bebas dunia. Seyogyanya, regulasi kebijakan tentang Proses regulasi ekonomi khususnya pasar rakyat (tradisional) secara garis besar masih mengindahkan kaidah-kaidah ekonomi dalam perspektif Indonesia (ekonomi pancasila). Seperti terbukti masih berdirinya pasar tradisional dengan dikelola langsung oleh pemerintah maupun masyarakat setempat. Hal ini ditambah dengan regulasi yang ketak tertuang dalam draft Undang-Undang (UU), yang secara garis besar masih menekan angka pertumbuhan ekonomi yang tidak fair. Artinya, pemerintah masih memperketat sektor pasar modern.

38

(46)

pasar tradisional harus mengalami perubahan pengelolaan. Alhasil, perlindungan terhadap pasar rakyat (tradisional) menjadi prioritas di daerah tersebut.

Instrument kebijakan (kantor pasar) telah di dirikan sebagai pengatur dan pengelola dari pasar itu sendiri, secara kasat mata mau tidak mau kurang bisa keluar dari regulasi kebijakan pemerintah pusat karena identik dengan kepentingan pasar bebas. Namun paling tidak secara nyata proses pengelolaan dan perlindungan terhadap pasar tradisional tersebut dibuktikan dengan berbagai macam program kerja. Seperti, proses pemberdayaan dilingkungan pasar tradisional berjalan dengan baik. Tetapi masih banyak perlu inovasi dan konsep dalam mempertahankan pilar ekonomi kerakyatan di daerah tersebut. Sehingga peneliti menemukan banyak temuan masih kurang berkembangnya dana bergulir, masih belum terakomodirnya para pedagang pasar yang interaktif dalam organisasi pedagang Indonesia. Kemudian, di tengah gemerlapnya pasar modern kebijakan pemerintah tetap memperhatikan eksistensi pasar tradisional. Dengan begitu, regulasi pemerintah daerah bisa dibilang layak menjadi contoh untuk pola pengembangan pasar rakyat (tradisional) bagi pemerintah daerah lainnya. Artinya, kita banyak menemukan daerah lain terfokus terhadap anggaran penghasilan yang dihasilkan tiap tahun sehingga banyak yang melonggarkan semaraknya pasar modern di daerah. Karena secara ekonomi-politik pasar modern lebih menjanjikan.

(47)

berpihak terhadap hajat orang banyak. Maka konsep ekonomi yang seimbang atau fair dalam mengelola perekonomian suatu daerah sangat perlu.39

Eksistensi pasar, khususnya pasar rakyat (tradisional), merupakan indikator paling nyata kegiatan ekonomi kemasyarakatan di suatu daerah. Pemerintah harus lebih fokus dan peduli terhadap eksistensi pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik berongkos murah yang menunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Pasar rakyat (tradisional) tidak hanya menjadi tempat pedagang dan pembeli bertransaksi jual beli, melainkan juga mendukung kelancaran produksi, distribusi hasil pertanian, dan industri kecil yang menyerap banyak tenaga kerja. Perkembangan jaman,perubahan gaya hidup, dan kualitas sarana yang diusung oleh beberapa pihak komersil ritel modern begitu hebat sehingga membuat eksistensi pasar rakyat (tradisional) menjadi sedikit tenggelam.

Kondisi ini bertentangan, mengingat bahwa sektor pasar rakyat (tradisional) yang sebenarnya memiliki potensi dan kapasitas cukup besar ini, juga menghadapi kompetisi kualitas sarana dan produk dari perkembangan sektor ritel modern. Mengangkat eksistensi pasar tradisional merupakan action

39

http://dudukinspiratif.blogspot.com/2014/01/pemberdayaan-pasar-tradisional-pada.html diakses terakhir pada tgl 23 Agustus 2014

(48)

Revitalisasi pasar rakyat (tradisional) dinilai sangat strategis untuk meningkatkan daya saing pasar rakyat (tradisional) di tengah persaingan dengan ritel modern, dan pusat-pusat perbelanjaan yang kian memamabiak di berbagai wilayah perkotaan. Karenanya, pemerintah melakukan revitalisasi untuk membangkitkan dan menggerakan kembali eksistensinya, sekaligus memoposikan pasar rakyat (tradisional) dengan konsep belanja satu atap yang aman, nyaman, bersih dan ekonomis bagi pembeli maupun pedagangnya.

(49)

rakyat (tradisional) tidak hilang tergerus zaman ditnegah maraknya pasar-pasa modern yangkian berkembang dimana-mana.40

Apabila dikaitkan dengan maraknya pertumbuhan pasar modern dewasa ini, maka pemerintah bertekad untuk mempertahankan pasar rakyat (tradisional). Hal ini tampak dengan lahirnya Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Latar belakang dikeluarkannya Perpres Nomor 112 Tahun 2007 oleh pemerintah pada dasarnya ialah dengan semakin berkembangnya usaha

Pasal 13 maupun Pasal 14 UU Perdagangan. Dimana pada Pasal 13, pasar tradisional hanya dilihat dari segi fisik tanpa mempertimbangkan faktor manusia dan kemanusiaan yang terlibat di dalamnya. Sedangkan dalam pasal 13 ayat 2 tidak melibatkan pedagangan pasar rakyat (tradisional) dalam rencana pembangunan/ revitalisasi pasar rakyat atau pasar tradisional. Hal ini telah menghilangkan jaminan kepastian hukum bagi pedagangan tradisional dimana selama ini hak-haknya hilang setelah revitalisasi pasar rakyat dilakukan oleh Pemerintah. Tidak adanya partisipasi pedagang tradisional dalam rencana revitalisasi pasar telah menghilangkan hak perlakuan yang sama dihadapan hukum dimana pedagang tradisional berhak untuk terlibat dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan langsung dengan kepentingannya. Dalam pasal tersebut revitalisasi pasar dan pengelolaan pasar tidak sama sekali menyebutkan turut sertanya pedagang sebagai pihak yang berperan penting dalam memajukan pasar rakyat (tradisional).

40

(50)

perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan. Bahwa untuk membina pengembangan industri dan perdagangan barang dalam negeri serta kelancaran distribusi barang, perlu memberikan pedoman bagi penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern serta pengembangan kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, toko modern dan konsumen. Tujuan peraturan ini pada dasarnya sangat baik, namun dalam implementasinya ketentuan ini sulit terealisasi. Karena sulitnya melakukan pengawasan atas pelaksanaan ketentuan perpres tersebut.41

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern mengatur secara teknis mengenai pembagian usaha antara pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Pada beberapa ketentuan pasal, Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern terlalu mengatur dengan sangat rigid. Misalnya, terdapat pengaturan mengenai lokasi dan syarat-syarat pendirian, luas bangunan, jam operasi, ketentuan pemasokan barang, perizinan, serta pembinaan dan pengawasan untuk pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.

41

Novi Nurviani,

(51)

Peraturan ini dibuat dengan maksud untuk melindungi dan mengembangkan usaha kecil serta sebagai suatu upaya pembinaan terhadap usaha kecil supaya bisa maju dan berkembang. Namun jika dilihat dari sisi persaingan, pengaturan yang rigid seperti itu justru menghambat pelaku usaha untuk berusaha dan berinovasi, terutama bagi pusat perbelanjaan dan toko modern. Perpres ini dibentuk untuk mewujudkan dunia usaha yang kondusif sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Sehat.

(52)

Peraturan presiden ini dilatarbelakangi bahwa dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan dan untuk membina pengembangan industri dan perdagangan barang dalam negeri serta kelancaran distribusi barang, perlu memberikan pedoman bagi penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern serta pengembangan kemitraan dengan usaha kecil, sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, took modern dan konsumen pasar yang dimaksud dalam Perpres ini adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya (Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007).

(53)

menawar (Pasal 1 angka 2 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007). Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. pengaturan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dalam UU No. 5 Tahun 1999:Sejak dimulainya peradaban dan selama masih akan ada peradaban, persaingan tidak akan pernah bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan adanya persaingan jelas memberikan manfaat kepada peningkatan kualitas kehidupan manusia. Namun di samping dampak positifnya persaingan juga terkadang menimbulkan dampak negatif, terutama bagi pihak yang kalah dalam persaingan. Namun secara umum persaingan diakui ataupun tidak, lebih banyak membawa segi positif dibandingkan segi negatifnya. Jadi keinginan untuk meniadakan persaingan adalah suatu keinginan yang jelas justru akan membawa kehidupan umat manusia kearah kemunduran.

(54)

di bawah harga pasar (predatory pricing) yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Namun di dalam pasal tersebut defenisi harga pasar akan sangat kabur bila diterapkankarena harga pasar bukanlah merupakan sesuatu yang pasti dalam nilai, juga bervariasi dalam waktu yang berbeda.

D. Pembinaan dan Perlindungan Pasar Rakyat (Tradisional) dalam

Perundang-undangan sebelum diundangkan UU No.7 Tahun 2014

Pemahaman tentang aktivitas pengelolaan pasar dan perdagangan eceran (ritel) mutlak harus dimiliki oleh aparatur dinas yang ditugasi membinan pasar tradisional termasuk di dalamnya pedagang pasar. Dalam merancang kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang diterbitkan dalam Peraturan Daerah (PERDA) serta peraturan dan pedoman pelaksanaan harus didasarkan atas pemahaman tentang pengelolaan (manajemen) pasar dan perdagangan eceran (ritel). Selanjutnya dalam pelaksanaan peraturan dan pedoman pelaksanaan tersebut seyogyanya para aparatur pelaksana mulai di tingkat SKPD (dinas yang membidangi pasar) hingga di tingkat pengelola pasar seyogyanya juga memahami hal-hal yang mendasar tentang pengelolaan pasar dan perdagangan eceran. Tentunya tingkat pemahaman yang seyogyanya harus dimiliki oleh masing-masing aparatur tersebut berbeda-beda tergantung pada posisi dan sifat tugas aparatur yang bersangkutan.

(55)

bekerja di bidang-bidang sesuai dengan pengetahuan yang telah diperolehnya sampai waktu yang dirasakan cukup untuk dapat menerapkan pengetahuan tersebut dan diharapkan pengelolaan pasar dan pedagang pasar dapat beraktivitas mengikuti peraturan dan pedoman dengan tertib dan konsisten serta berkesinambungan.

Perdagangan eceran (ritel) merupakan salah satu bagian dari disiplin ilmu pemasaran yang seringkali kurang dipahami oleh aparatur dari SKPD yang membidangi perdagangan dan pasar, termasuk di dalamnya pasar moderen dan pasar tradisional serta perdagangan eceran. Dalam praktik banyak dijumpai dalam praktik para aparatur yang bekerja di bidang ini tidak memahami tentang pengetahuan dasar pemasaran yang sebenarnya sangat diperlukan ketika mereka bekerja. Sehingga banyak kebijakan, peraturan pelaksanaan, pedoman, petunjuk operasi sebagai upaya pembinaan pasar tradisional serta pedagang pasar dan PKL di mana para aparatur tersebut terlibat penyiapan dan pelaksanaannya, tidak dapat dilaksanakan dengan optimal. Akibatnya, banyak pasar-pasar tradisional berstigma negatif seperti kumuh, kotor, semrawut, bau, sampah berceceran di mana-mana dan seterusnya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Komitmen dari Jepang yang termuat dalam Fukuda Doctrine ini menjadi penting dalam melihat Politik Luar Negeri Jepang karena bahkan setelah PM Fukuda tidak lagi

substitusi rangkaian listrik dari rangkaian ekivalen strip konduktor yang digunakan pada rangkaian VSWR meter yang ternyata mempunyai kesamaan dengan rangkaian ekivalen

Intervensi pembedahan diindikasikan dan dilakukan berdasarkan etiologi tertentu, termasuk diantaranya bedah saraf pada sindroma Horner yang terkait aneurisma, dan  juga

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Pengangguran pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga banyak terjadi dan akan menyebabkan beberapa masalah karena pada

Skripsi Analisis beberapa Faktor Penentu Keberhasilan Pajak Bumi dan .... Suhardito, Bambang DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDA

Berdasarkan dapatan analisis pemerhatian dan temu bual, kajian ini telah berjaya mencapai objektif yang pertama iaitu mengenalpasti kelebihan kaedah T-Trace dalam