• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Syndrome Horner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Syndrome Horner"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa: Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

 Nama

 Nama : : Vence Yusuf Cesario, S.KedVence Yusuf Cesario, S.Ked

Judul

Judul Referat Referat : : Sindrom Sindrom HornerHorner

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian  Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

 Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar,

Makassar, Maret Maret 20172017

Pembimbing Pembimbing

dr. Debby Veranico, Sp.S dr. Debby Veranico, Sp.S

(2)

DAFTAR ISI Halaman Sampul Lembar Pengesahan Daftar Isi………... i PENDAHULUAN……….. 1 DEFINISI……… 2 ETIOLOGI……….. 2 PATOFISIOLOGI………... 4 GEJALA KLINIS………... 8 DIAGNOSIS……… 10 PENATALAKSANAAN………..……..… 12 DAFTAR PUSTAKA………... 14

(3)

BAGIAN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MARET 2017

SINDROME HORNER

OLEH :

VENCE YUSUF CESARIO, S.Ked 10542 0405 12

PEMBIMBING: dr. Debby Veranico, Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(4)

PENDAHULUAN

Sindroma Horner merupakan akibat dari terganggunya suplai persarafan simpatis ke mata dan bercirikan dengan trias klasik antara lain miosis, ptosis parsial dan anhidrosis hemifasial. Sindroma Horner merupakan pertanda dari masalah medis seperti tumor, cedera sumsum tulang belakang atau stroke yang merusak saraf di wajah. Terkadang kasus penyebab utamanya tidak dapat ditemukan karena sindroma Horner sebenarnya bukanlah penyakit. Sindrom Horner jarang terjadi, tidak berkaitan dengan usia, seks, atau ras. Prognosis dan komplikasi yang diharapkan tergantung  pada penyebab yang mendasari sindrom, seperti halnya pengobatan.

Orang pertama yang memperkenalkan sindroma ini adalah Johann Friedrich Horner, seorang ahli oftalmologi berkebangsaan Swiss (1831 –   1886). Dimana ia menemukan beberapa kelainan dari gejala klinis pada orang yang terpengaruhi sifilis. Kelainan pada sindrom horner  yang didapatkan berupa miosis, ptosis, anhidrosis dan enopthalmus.

DEFINISI

Sindrom Horner merupakan gejala dari gangguan pasokan saraf simpatis ke mata dan ditandai oleh trias klasik miosis (terbatas pupil), ptosis parsial, dan hilangnya berkeringat (anhidrosis). Istilah sindrom Horner umumnya digunakan di negara-negara berbahasa Inggris, sedangkan istilah sindrom Bernard Horner umum di Perancis.

(5)

ETIOLOGI

Sindroma Horner terutama disebabkan oleh adanya kerusakan atau gangguan  pada jalur saraf simpatis. Sindroma Horner dapat merupakan kongenital, didapat ataupun murni herediter (autosomal dominant). Gangguan serat simpatis dapat terjadi dipusat (yaitu, antara hipotalamus dan titik serat yang keluar dari sumsum tulang  belakang C8 sampai T2) atau perifer (yaitu, dalam rantai simpatis servikal, di

ganglion servikal superior, atau sepanjang arteri karotis).

Penyebab sindrom Horner juga dapat diklasifikasikan sebagai melibatkan neuron pertama, neuron kedua, atau lesi neuron ketiga.

a. Lesi pada neuron pertama (central order) yang dapat menimbulkan sindrom adalah sebagai berikut:

 Arnold-Chiari malformasi

 Basal meningitis (misalnya sifilis)

 Tumor basal tengkorak

 Kecelakaan Cerebral vaskular (CVA) / sindrom Wallenberg (lateralis

sindrom meduler)

 Penyakit demielinasi (misalnya, multiple sclerosis)

 Lesi pada hipotalamus atau medulla

(6)

 Trauma Leher (misalnya, dislokasi traumatis dari tulang leher atau diseksi

traumatis dari arteri vertebralis) - sindrom Horner terjadi dalam hubungan dengan trauma sumsum tulang belakang menunjukkan serviks kabel lesi tinggi karena tidak terjadi dengan lesi di bawah T2 atau T3

 Tumor hipofisis

 Syringomyelia

 b. Lesi pada neuron kedua (preganglioner order) yang dapat menimbulkan sindrom Horner adalah sebagai berikut:

 Pancoast tumor (tumor di apeks paru, paling sering karsinoma sel skuamosa)

 Trauma lahir dengan cedera pleksus brachialis bawah

 Cervical rib

 Aneurisma atau diseksi aorta

 Lesi subclavia atau arteri carotis

 Trauma atau cedera bedah (misalnya, karena diseksi radikal leher,

tiroidektomi, karotis angiography, radiofrequency ablation tonsil, manipulasi chiropractic, atau bypass arteri koroner)

 Limfadenopati (misalnya, penyakit Hodgkin, leukemia, TBC, atau tumor

mediastinum)

c. Lesi pada neuron ketiga (postganglioner order) yang dapat menimbulkan sindrom Horner adalah sebagai berikut:

(7)

 Diseksi internal arteri karotis (terkait dengan wajah ipsilateral tiba-tiba atau

nyeri leher).

 Sindrom Raeder (sindrom paratrigeminal) - paresis Oculosympathetic dan

nyeri wajah ipsilateral dengan keterlibatan variabel dari trigeminal dan saraf oculomotor

 Carotid cavernous fistula

  Nyeri kepala Cluster atau migraine

 Herpes zoster

(8)

PATOFISIOLOGI

Gambar 1. Diagram jalur saraf simpatis wajah dan mata

Serabut saraf pertama (order central) timbul dari postero-lateral hypothalamus, turun melalui batang otak menuju dan berakhir di medulla spinalis C8-T2) gangguan dapat terjadi sepanjang persarafan tersebut. (contohnya : transeksi medulla spinalis)

Serabut saraf kedua (preganglionic order ) keluar melalui T1 (thoracal 1) dan  berjalan dekat dengan apeks paru melalui para vertebral simpatis dan ganglion stellata

(9)

Serabut saraf ketiga (post-ganglionic order) merupakan serabut saraf simpatis yang berjalan melalui pleksus arteri carotis interna. Diseksi arteri karotis interna adalah penyebab terpenting yang dapat menyebabkan gangguan persaraan pada tingkat ini, atau tumor sinus cavernosus.

Jika seseorang merasa terjadi gangguan berkeringat namun tidak terdapat tanda klinis dari syndrome horner yang jelas maka lesi tepat dibawah ganglia stellata dalam rantai simpatis.

Manifestasi klinis

Ptosis

Ptosis adalah menurunnya palpebra superior, akibat pertumbuhan yang tidak  baik atau paralisa dari muskulus levator palpebra. Ada bermacam-macam derajat  ptosis. Bila hebat dan mengganggu penglihatan oleh karena palpebra superior

menutupi pupil. Miosis

Miosis adalah suatu keadaan dimana garis tengah pupil kurang dari 2 mm. Dimana ukuran normal garis tengah pupil tersebut adalah antara 4 –   5 mm pada  penerangan sedang. Pupil sangat peka terhadap rangsangan cahaya dengan persarafan

afferent nervus kranialis II sedangkan efferentnya nervus kranialis III. Sehingga mengecil bila cahaya datang (miosis) dam membesar bila tidak ada atau sangat

(10)

sedikit sekali cahaya (remang-remang), keadaan ini disebut dengan midriasis yaitu diameter pupil lebih dari 5 mm.

Enoftalmus

Enoftalmus, merupakan keadaan dimana bola mata letaknya lebih ke dalam, di dalam ruang orbita. Bisa terjadi oleh karena congenital, hilangnya lemak pada daerah orbita

Anhidrosis

Anhidrosis, di mana sisi ipsilateral dariwajah dan leher menjadi memerah dan kering, adalah tanda yang sering digambarkan dari Horner sindrom.

DIFERENTIAL DIAGNOSIS

Ptosis : ocular myasthenia, congenital ptosis, aponeorotic ptosis.

Miosis : Adie pupil (long-standing), Argyll-Robertson pupil, third nerve palsy

DIAGNOSIS

Pengujian farmakologi :

Lesi disetiap neuron jaras simpatis mungkin secara klinis susah dibedakan karena akan menunjukkan gejala yang sama, namun dengan pemeriksaan yang lebih teliti dan pemeriksaan penunjang kita akan dapat membedakan pada tingkatan neuron mana yang terjadigangguan. Untuk mendiagnosa dan membedakan letak lesi maka  perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang.

(11)

Sindrom Horner dilatasi sangat berkurang. Cocaine memblokir reuptake norepineparine yang dilepaskan oleh neuron simpatik ketiga. Lesi jaras simpatik menyebabkan berkurangnya epinephrine yang dilepaskan oleh neuron sehingga pupil sisi tersebut tidak akan berdilatasi

  Paredrin 1% (Hidoroxiamfetamin ) untuk menentukan lokasi lesi. Efek paredrine

melepaskan nor-epinephrine dari terminal pre-sinaptik. Pada lesi post ganglioner, saraf terminal mengalami degenerasi sehingga terjadi gangguan dilatasi pupil pada  pemberian paredrin, sedangkan pada lesi preganglion, jaras post ganglion masih baik

sehingga paredrin mengakibatkan dilatasi pupil.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang sesuai untuk sindroma Horner tergantung pada etiologi yang mendasarinya. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengeradikasi proses  penyakit yang mendasarinya. Pada banyak kasus, bagaimana pun juga, tatalaksana

yang efektif tidak diketahui.

Intervensi pembedahan diindikasikan dan dilakukan berdasarkan etiologi tertentu, termasuk diantaranya bedah saraf pada sindroma Horner yang terkait aneurisma, dan  juga bedah vaskular untuk penyebab seperti diseksi arteri karotis atau aneurisma.

(12)

Daftar Pustaka

1. Lyrer PA, Brandt T, Metso TM, Metso AJ, Kloss M, Debette S, et al. Clinical import of Horner syndrome in internal carotid and vertebral artery dissection.  Neurology. 2014 May 6. 82(18):1653-9. [Medline].

2. Andrew S. Gurwood, OD, FAAO. “ Horners Syndrome” Optometry Today 4- june-1999.

3. Bates, A.T., Chamberlain, S., Champion, M. et al(1995) “Pholedrine- a substitute for hydroxyamphetamine as a diagnosis eye drop test in Horner’s syndrome”. J. Neurology ,Neurosugery and Psychiatry 58: 215-217

4. Kong, Wright, Pesudovs, O’Day, Wainer and Weisinger. Horner Syndrome. Clin Exp Optom Department of Neuro-ophthalmology. Royal Victorian Eye and Ear Hospital, East Melbourne, Victoria, Australia. 2007; 90: 5 : 336 –  344 5. http://eyewiki.org/Horner%27s_syndrome

6. http://emedicine.medscape.com/article/1220091-overview#a1

7. https://en.wikipedia.org/wiki/Horner%27s_syndrome#Signs_and_symptoms 8. https://www.scribd.com/document/269927003/Sindrom-Horner

(13)

Gambar

Tabel 1. Penyebab Sindrom Horner
Gambar 1. Diagram jalur saraf simpatis wajah dan mata

Referensi

Dokumen terkait

10 Jawaban dari responden mengenai kondisi fasilitas safety guard di Objek Danau Wisata yang paling banyak adalah baik/sigap, karena responden merasa bahwa keamanan

Menyerahkan semua laporan bulanan pendidikan dan pelatihan SDM untuk ditandatangani Kepala bagian SDM dan diserahkan ke Wakil Direktur Keuangan.. Tugas

Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi

Pergerakkan pencampur (Haustrasi) yaitu gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.

d. Nilai wajar aset dan liabilitas keuangan d. Fair value of financial assets and liabilities Aset dan liabilitas keuangan yang diukur pada. nilai wajar menggunakan hirarki

Kencana Sari Jaya Abadi belum dilaksanakan dengan efektif dan efisien, terbukti dari perusahaan belum bisa memisahkan setiap fungsi dengan baik serta belum efektif menggunakan sistem

Hasil penampang image geofisika line V dengan arah line selatan – utara, terdapat rekahan-rekahan yang terisi oleh urat kuarsa pada zona argilik dan zona

Konsentrasi IAA dan GA 3 pada buah dan tangkai buah yang rontok lebih rendah dibandingkan pada buah dan tangkai buah yang retensi, buah yang akan rontok mempunyai kandungan