The 4th Open Society Conference OSC 2022
Faculty of Law, Social and Political Sciences
Universitas Terbuka 171
The 4th Open Society Conference
PENDAHULUAN
Menjelang seperempat abad 21 ini dunia mulai mengalami transformasi di aspek kehidupan manusia. Transformasi tersebut merupakan dampak adanya revolusi industri 4.0 di mana dunia internet atau digital cenderung semakin membudaya di masyarakat. Proses ini masa sekarang dikenal dengan istilah Metaverse, di mana meta dimaknai sebagai “digital” dan verse merupakan kependekan dari universe yang berarti “semesta”. Istilah Metaverse ini pada prinsipnya telah dikenal oleh khalayak umum dalam kurun satu dasawarsa terakhir ini. Hal ini disebabkan istilah Metaverse secara tersirat digambarkan oleh beberapa film diantaranya Ready Player One rilis tahun 2018, Blade Runner 2049 rilis tahun 2019, dan Avatar rilis tahun 2009.
Metaverse ini pada perkembangan saat ini lebih membumi di tengah masyarakat seiring dengan adanya kebutuhan segala aspek kehidupan selama pandemi covid-19. Selama pandemi beberapa tahun belakangan ini masyarakat mulai mengenal adanya kegiatan pekerjaan, pendidikan, kegiatan ekonomi, dan kesehatan yang dibungkus dengan teknologi digital.
Beberapa teknologi tersebut dikenal dengan aplikasi daring diantaranya zoom, kamera VAR, Augmented Reality, telecomference dan lain-lain.
Konsep Metaverse ini selanjutnya bersinggungan dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di lingkungan akademisi. Sebagaimana disampaikan di awal, bahwa adanya kebutuhan masyarakat dan didorong adanya pandemi covid-19 menyebabkan dunia pendidikan memulai untuk menggunakan teknologi Metaverse. Hal ini terlihat selama pandemi dunia pendidikan menggunakan teknologi berbasis internet untuk pembelajaran. Penggunaan teknologi ini dapat dilihat di mana pembelajaran, praktik, seminar, hingga pertemuan dilakukan dalam jaringan di mana antar individu tidak bertemu langsung melainkan di dunia maya.
Adanya konsep Metaverse dalam dunia pendidikan ini tentunya harus beririsan dengan kecakapan abad 21. Kecakapan abad 21 dari Prihatmojo (2019) diantaranya kreativitas dan kewirausahaan, literasi teknologi dan media, komunikasi efektif, pemecahan masalah, berpikir kritis, bekerja sama. Kecakapan abad 21 yang terdiri dari enam aspek tersebut diharapkan menjadi jiwa dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia. Harapan ini merupakan poin penting mengingat perkembangan dunia global yang sulit untuk diprediksikan dan bergerak cepat.
Implementasi dari kecapakan abad 21 ini tentu sejalan dengan tujuan dari mata pelajaran IPS di sekolah hingga perguruan tinggi. Erianjoni (2011) mengemukaan pernyataan bahwa proses pembelajaran IPS pada berbagai tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi tidak menekankan aspek teoritis keilrnuannya, melainkan lebih menekankan kepada segi ptraktis mempelajari, menelaah serta mengkaji gejala dan masalah sosial, dengan mempertimbangkan bobot dan tingkat kemampuan peserta didik pada tiap jenjang yang berbeda. Proses dari pernyataan Erianjoni ini merupakan dampak adanya perkembangan hngga perubahan di tengah masyarakat yang begitu cepat dan sulit diprediksi akibat dari pesatnya perkebangan ilmu dan teknologi. Perkembangan dan perubahan ini tentu tahapan selanjutnya dapat berdampak positif ataupun negatif.
Pembelajaran IPS pada era di mana dunia diperkenalkan pada teknologi Metaverse ini pada prinsipnya dapat membantu atau bahkan mengurangi nilai yang dikandung di dalam IPS itu sendiri. Seperti halnya adanya dampak positif dan negatif dalam penggunaan teknologi pembelajaran berbasis internet atau yang dikenal dengan pendidikan dan pembelajaran di era Metaverse.
Nilai-nilai dalam pendidikan IPS perlu dipertahankan eksistensinya di tengah pendidikan yang mulai memasuki era Metaverse ini. Nilai-nilai pendidikan IPS tersebut menurut Nursid Sumaatmadja (1997 terdiri dari nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat, dan nilai
173 OSC 2022 Theme 2: Digital Transformation and The Changing Social Lifestyle ISBN: 978-602-392-329-8 e-ISBN: 978-602-392-330-4
The 4th Open Society Conference
keagamaan. Kelima nilai ini dalam perkembangan pendidikan dan pembelajaran IPS tentu akan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Teknologi ini yang dimaksud adalah teknologi yang dibingkai dengan konsep Metaverse. Selanjutnya dari kelima nilai tersebut akan dikaji dalam penelitian ini terkait eksistensi nilai-nilai pendidika IPS di era Metaverse.
Konsep Metaverse di beberapa contoh terlihat lebih banyak diterapkan implementasinya pada materi-materi IPA. Beberapa literatur menampilkan bagaimana seorang siswa melakukan percobaan materi IPA pembedahan bagian hewan yang katak yang semula menggunakan katak asli atau bahkan bunga yang asli digantikan objek-objek virtual reality seperti katak, ikan, bunga dan daun. Sejalan dengan pernyataan ini dari Supriadi dan Hignasari (2019) kebutuhan akan pengembangan media berupa Virtual Reality untuk pembelajaran bagi siswa sekolah dasar terhadap materi pada muatan pelajaran IPA dirasakan penting.
Materi IPS yang dapat disentuh dengan Metaverse diantaranya materi Geografi dan Sejarah. Geografi dan Sejarah merupakan dua ilmu pengetahuan sosial yang menjadi bagian dari keseluruhan rumpun ilmu sosial. Geografi sendiri secara garis besar mempelajari tentang penggambaran bumi. Ilmu sejarah sendiri dimaknai oleh M Yamin dalam Ismaun (2009) yakni
"Sejarah ialah ilmu pengetahuan dengan umumnya yang berhubungan dengan cerita bertarikh sebagai hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang lampau, yaitu susunan hasil penyelidikan bahan-bahan tulisan atau tanda tanda yang lain”.
Kedua ilmu ini dalam perkembanganya berjalan beriringan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain menjadi kesatuan yang padu.
Geografi dari zaman ke zaman semakin berkembang cakupan kajiannya. Kajian mencakup aspek fisik, aspek manusia, serta keterikatan antarmanusia dengan lingkungannya. Aspek fisik cenderung lambat berubah jika diukur dengan usia manusia, namun dalam kala geologi pada prinsipnya alam fisik juga berkembang dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan aspek sosial yang cenderung bersifat dinamis. Manusia melakukan mobilitas sosial dan berinteraksi dengan lingkunganna mulai masa prasejarah hingga abad modern ini. Selain mobilitas, aspek sosial dalam geografi juga mencakup berbagai hal berkaitan dengan budaya, politik, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi, hingga perkembangan tekologi. Kedua aspek geografi ini selanjutnya saling berinteraksi di bumi pad alapisan yang dikenal dengan geosfer.
Sejarah selanjutnya merupakan bagian dari ilmu sosial di mana peristiwa masa lalau dikaji untuk diungkapkan makna di dalamnya. Pengungkapan makna ini penting di mana peristiwa-peristiwa pada masa lampau dapat diambil untuk dijadikan pengalaman dalam menatap masa depan. Sejarah menurut Ismaun (2009) diartikan sebagai peristiwa yang terjadi dalam masyarakat pada waktu yang telah lampau sesuai dengan rangkaian kausalitasnya serta proses perkembangannya dalam segala aspeknya yang berguna sebagai pengalaman untuk dijadikan pedoman manusia masa sekarang serta arah cita-cita masa akan datang. Uraian ini dapat ditarik poin penting bahwa materi-materi sejarah di dalam ilmu pengetahuan sosial penting untuk disajikan karena memuat nilai-nilai pelajaran dari masa lalu untuk bekal di masa mendatang.
Geografi dan Sejarah yang menjadi bagian dari kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam perkembangannya dihadapkan pada dinamika dari manusia dan lingkungan. Dinamika manusia dan lingkungan ini seperti peristiwa ledakan penduduk di suatu wilayah. Dampak selanjutnya dari ledakan penduduk ini tentu saja akan mentransformasikan ruang-ruang di bumi menjadi lingkungan permukiman yang dihuni. Oleh karena itu contoh diatas merupakan bagian kecil dari kajian geografi (ruang) dan sejarah (manusia pelaku sejarah).
Penyajian pembelajaran IPS secara daring atau virtual ini tentu terbatas pada kelas-kelas daring. Keterbatasan ini seperti kendala jaringan, interaksi sosial, dan penyajian materi yang nyata. Sardiman (2014) menyampaikan bahwa sementara dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah umumnya sangat sulit terjadi perubahan kearah pembelajaran yang yang mengarah
The 4th Open Society Conference
kepada pembelajaran yang kontekstual, kreatif dan mampu memecahkan masalah. Pernyataan dari Sardiman ini beirisan dengan tantangan pembelajaran daring di mana aspek-aspek kontekstual langsung dan nyata materi-materi IPS terbatas. Selanjutnya daya kreatif peserta didik dan proses pemecahan masalah secara langsung akan terkendala.
Permasalahan diatas merupakan bagian kecil dari kendala pembelajaran di era Metaverse.
Kondisi ini merupakan konsekuensi dunia pendidikan memasuki abad 21. Widja (1991) menyampaikan bahwa tantangan masa depan diantarana menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia di mana empat kultur: reifikasi, manipulasi, fragmentasi, dan individualisasi (I Gde Widja, 1991.). Empat kultur yang disampaikan oleh Widja ini bagi dunia pendidikan Indonesia dikhawatirkan akan melahirkan generasi pebelajar yang cenderung materialistis, legalistis, dan formalistis.
Artikel ini berusaha untuk mengkaji eksistensi nilai pendidikan IPS ditengah arus zaman yang menuju pada Metaverse. Kajian ini kedepan akan bermanfaat untuk studi ilmu pengetahuan sosial yang terus berkembang diantara zaman. Perkembangan ini tentu berharap nilai dasar pendidikan IPS tidak hilang atau bahkan diperkuat oleh adanya teknologi Metaverse.
Oleh karena itu melalui kajian berbagai literatur, jurnal, pustaka, dan telaah permasalahan diharapkan suatu kesimpulan yang menegaskan bahwa nilai pendidikan IPS harus tetap ada.
METODOLOGI
Penelitian ini didesain dengan penelitian pendekatan kualitatif Prayogi dan Daniel (2016:66) didukung oleh Creswell (2012) dan Moleong (2014). Desain kualitatif ini dengan studi pustaka komprehensif dari buku teks, jurnal ilmiah, refrensi statistik, hasil-hasil penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, desertasi,dan internet, serta sumber-sumber lainnya yang relevan.
Berbagai sumber ini berkaitan dengan pendidikan IPS dan Metaverse. Penelitian studi pustaka merupakan bagian dari penelitian akademik yang bertujuan pengembangan aspek teoritis dan praktis Sukardi (2013). Dengan telaah komprehensif ini penelitian pustaka dapat dengan mudah menjawab permasalahan yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidikan dan Pembelajaran IPS
Pendidikan IPS dari Mulyasa (2007: 125) menyampaikan bahwa IPS salah satu mata pelajaran yag diberikan mulai dari jenjang SD/MI/SDLB sampai SMA/MA/SMK. Materi-materi di mata pelajaran IPS berisikan seperangkat peristiwa, fakta,konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Selain pengertian Mulyasa, NCSS dalam Sapriya (2009:10) mengutip bahwa social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provide coordinated, systemic study drawing, upon such disciplines as anthropology, archaelogy, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. Pengertian IPS dari Mulyasa dan NCSS ini beririsan pada kajian sejumlah ilmu pengetahuan sosial dari berbagai disiplin ilmu yang termasuk rumpun sosial. Keseluruhan dari disiplin ilmu tersebut memuat materi dari unsur peristiwa, fakta, konsep, hingga generalisasi pada isu-isu sosial. Isu-isu sosial ini berkenaan pula pada dunia kependidikan yang menjadi bagian kecil dari dunia sosial.
Dunia pendidikan terutama bidang IPS sendiri menjadi bagian dari mata pelajaran utama di jenjang pendidikan. BSNP (2007: 575) menyampaikan beberapa tujuan dari IPS. Tujuan IPS dari BNSP ini berisikan bahwa ilmu pengetahuan sosial membantu peserta didik mendapapatkan pemahaman mendasar tentang sejarah, ekonomi, geografi dan ilmu sosial yang
175 OSC 2022 Theme 2: Digital Transformation and The Changing Social Lifestyle ISBN: 978-602-392-329-8 e-ISBN: 978-602-392-330-4
The 4th Open Society Conference
lain. Lebih jauh melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai.
Sementara, NCSS (1994) menampaikan tujuan utama IPS yakni membantu manusia (generasi) muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang informatif dan rasional sebagai warga negara yang baik dari budaya yang berbeda-beda serta dalam konteks masyarakat yang demokratis dalam dunia yang saling membutuhkan. Kedua lembaga ini memiliki kesamaan dalam tujuan pendidikan IPS yakni mengarah pada pembangunan generasi muda.
IPS dalam perkembangannya selalu mengalami persepsi sebagai ilmu yang tidak memiliki value/nilai bagi masyarakat. Sebagaimana anggapan masyarakat sebagian besar menganggap kedudukan IPS tidak bernilai lebih bila dibandingkan dengan IPA. Peryataan ini sejalan dengan Mu’awanah (2015) yakni permasalahan di sekolah sering dijumpai dikotomi masyarakat tentang persepsi jurusan IPA lebih berkualitas dibandingkan dengan jurusan lain. Pendidikan IPS sendiri memiliki peranan penting pada kehidupan bermasyarakat. Lebih lanjut keadaan masyarakat kedepan tentu akan menghadapi tatanan global yang lebih kompleks. Sejalan dengan ini dari Rofiqoh dan Suherman (2017) menyampaikan juga bahwa peran pendidikan IPS merupakan pengupayaan pembentukan karakter pluralis siswa dalam dunia pendidikan sehingga menghasilkan keberhasilan dalam belajar dan mempunyai rasa toleransi atau, saling menghargai, saling percaya, dan gotong royong.
Dunia global yang semakin berkembang terutama aspek teknologi. Aspek teknologi ini megarah pada terbentuknya dunia Metaverse. Kehadiran dunia Metaverse ini secara tidak langsung menghilangkan adanya batas-batas ruang dan waktu yang semakin tidak jelas. Hal ini berdampak juga pada pembelajaran di mana pelaksanaan pembelajaran tidak diibatasi adanya ruang-ruang kelas dan waktu terjadwal. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kehadiran dunia Metaverse ini memacu pembelajaran yang cenderung fleksibel dan mudah diakses.
Pembelajaran IPS di lingkungan pendidikan selama ini disajikan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan ini merupakan cara agar nilai-nilai atau value dari muatan IPS tersampaikan dengan baik ke peserta didik. Pendekatan tersebut diantaranya pendekatan tematik. Sejalan dengan pendekatan tematik dari Kartini (2016) yakni pembelajaran tematik dalam IPS adalah model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub‐sub tema dari bidang studi lain yang terkait.
Pendidikan dan pembelajaran IPS pada saat sekarang mengarah pada pengembangan teknologi yang dibalut dunia Metaverse. Metaverse yang dikenal masa sekaran cenderung muncul pada mata pelajaran di bawah naungan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Perwujudan dari Metaverse ini seperti penggunaan virtual reality untuk memahami ciri mahluk hidup dan klasifikasi mahluk hidup Meslilesi (2017) dan Romadhoni, dkk (2020). Sementara itu di matapelajaran IPS penggunaan Metaverse ini masih tergolong baru bila dibandingkan dengan mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA secara umum telah bersentuhan dengan dunia Metaverse
Eksistensi Pendidikan dan Pembelajaran IPS di Era Metaverse
Pembahasan mengenai eksistensi ini mengarah pada implementasi pendidikan dan pembelajaran IPS. Pendidikan dan Pembelajaran IPS pada masa sekarang perlu ada sentuhan teknologi. Sentuhan teknologi ini diharapkan seperti penyajian materi-materi IPA yang disajikan secara virtual reality. Materi IPS terutama bidang geografi dan sejarah dapat disajikan dengan efek virtual reality.
The 4th Open Society Conference
Penyajian pada pembelajaran IPS ini selanjutnya mengarah pada konsep Metaverse yang ada pada masa sekarang. Dunia Metaverse ini dapat disusun dengan menyajikan objek material geografi dan kaitan dengan sejarah (situs, candi, tokoh sejarah) secara virtual. Sajian virtual ini membawa siswa pada situasi sebenarnya seperti kajian geografi peristiwa tsunami, bencana alam, dan peristiwa banjir. Objek sejarah dapat disajikan virtual seperti peristiwa Proklamasi, penjelajahan samudera oleh Columbus, dan lain sebagainya. Peristiwa yang sukar dijangkau oleh siswa dan telah terjadi masa lampau dapat digambarkan dengan baik oleh teknologi Metaverse diantaranya augmented reality. Hal ini diperkuat oleh Efendi et al (2018) berbagai media pembelajaran berbasis teknologi informasi dikembangkan untuk menunjang pembelajaran sejarah di sekolah, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi augmented reality (AR) untuk visualisasi berbagai peninggalan kerajaan Singhasari.
Kelebihan dari pembelajaran IPS dengan teknologi Metaverse ini selanjutnya beririsan dengan kunggulan teknologi era meteverse tersebut. Siswa dapat berinteraksi secara digital seperti melihat, merasakan, dan mendapatkan pengalaman dari peristiwa objek materia geografi dan materi sejarah. . pengaplikasian dalam pendidikan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Teknologi Metaverse ini memberikan ruang bagi siswa untuk berselancar secara digital tentang materi IPS.
Keunggulan dari pembelajaran IPS secara Metaverse juga memiliki keterbatasan.
Keterbatasan ini merupakan kekurangan dari teknologi Metaverse untuk pelaksanaan pembelaran. Penggunaan teknologi ini membutuhkan konsumsi teknologi yang tinggi seperti kemampuan penyajian seni grafis tiga dimensi.Peralatan yang menggunakan teknologi Metaverse ini membutuhkan modal yang besar. Dampak lain adanya perubahan sosial dan budaya pada siswa yang mengalami kecanduan digital.Kecanduan digital ini perlu dihindarkan karena siswa dapat terbawa pada dunia maya serta lupa akan hakikat mereka yang hidup di dunia nyata. Hal ini diperkuat oleh RF Deonisius (2019) dan Aprilia (2020) bahwa kehadiran dunia maya dan kemajuan teknologi serta peningkatan program literasi digital dapat memberikan banyak manfaat namun juga dapat memberikan dampak negatif.
Pendidikan pada tahap akhirnya diarahkan untuk membentuk sumber daya manusia berkualitas sesuai perubahan zaman. Pendidikan dan pembelajaran IPS pada masa depan perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Adaptasi ini dapat merubah metode, model, dan media pembelajaran IPS terutama pada mata pelajaran geografi dan sejarah. Kedua materi IPS ini yakni geografi dan sejarah berkaitan erat dengan ruang dan waktu. Materi IPS terutama sejarah dan geografi dalam implementasi kedepan dengan sentuhan teknologi Metaverse diharapkan tetap menjaga pengajaran nilai. Pengajaran nilai ini tidak dapat digantikan oleh teknologi, namun diajarkan melalui guru. Kecanggihan teknologi Metaverse pada pendidikan dan pembelajaran IPS ini perlu diiringi dengan kecakapan abad 21 oleh siswa diantaranya kreativitas, inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah sosial, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi dengan sesama.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil studi pustaka dan berbagai literatur dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi ini mengarah pada Metaverse di mana pembelajaran IPS lebih pada sajian materi digital berbasis jaringan internet dengan bantuan aplikasi. Namun demikian sajian pendidikan dan pembelajaran IPS ini kedepan perlu diperkuat dengan kecakapan abad 21 terutama pada kemampuan berfikir kritis dan pemecahan masalah pada siswa. Hal ini mengingat permasalahan sosial di era modern semakin kompleks untuk dipecahkan. Oleh karena itu dengan adanya era Metaverse ini diharapkan mempermudah sajian pendidikan dan pembelajaran IPS di masa-masa mendatang.
177 OSC 2022 Theme 2: Digital Transformation and The Changing Social Lifestyle ISBN: 978-602-392-329-8 e-ISBN: 978-602-392-330-4
The 4th Open Society Conference
PENGHARGAAN
Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo (KKIG) Lamahu di Makassar atas keramahan, fasilitasi dan informasi yang diberikan selama proses penelitian di kota Makassar. Di samping itu, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada LPPM Universitas Terbuka yang telah memberikan bantuan dana penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia et al. 2020. Tingkat Kecanduan Media Sosial pada Remaja. Jurnal JNC-Volume 3 Issue 1 February 2020 DOI : https://doi.org/10.24198/jnc.v3i1.26928
BSNP. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP.
Creswell, J. W. (2012). Qualitative inquiry & research design: Choosing among five approaches (4th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage
Deonisius et al. 2019. The effect of digital literacy to internet addiction. Jurnal Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia Volume 5 Nomor 2, 2019.
https://www.researchgate.net/publication/341226661_The_effect_of_digital_lite racy_to_internet_addiction/fulltext/5eb4bb9892851cd50da12c67/The-effect-of-digital-literacy-to-internet-addiction.pdf diakses 19 Mei 2022
Efendi, MY et al. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Augmented Reality Card (Arc) Candi–Candi Masa Singhasari Berbasis Unity3D pada Pokok Materi Peninggalan Kerajaan Singhasari untuk Peserta Didik Kelas X KPR1 SMK Negeri 11 Malang. Jurnal JPSI, Vol. 1, No. 2, 2018 DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v1i22018p176 Erianjoni. 2011. PEMBELAJARAN IPS: (KONSEPSI, STRATEGI DAN REFLEKSI).
Makalah. http://repository.unp.ac.id/1439/1/ERIANJONI_228_11.pdf diakses 21 Mei 2022
I Gde Widja. 1991. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ismaun, and Supriyono, Agus (2009) Ilmu Sejarah dalam PIPS. In: Pengertian dan Konsep Sejarah. Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-29. ISBN 9796899205
Kartini, Tien. 2016. PENDEKATAN TEMATIK DALAM PEMBELAJARAN IPS. Jurnal Pendidikan UPI. https://www.neliti.com/id/publications/240895/pendekatan-tematik-dalam-pembelajaran-ips diakses 25 Mei 2022
Lani Rofiqoh, Lani dan Suherman, Aris. 2017. PERAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUN SOSIAL DALAM MEMBENTUK KARAKTER PLURALIS SISWA. Jurnal Jurnal Edueksos Vol. VIII No. 2, Desember 2019 14 The journal of social and economics educatioon. https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos diakses 19 Mei 2022