• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV STUDI DAN ANALISA

4.2 Studi Eksperime n Material Awal

4.2.1 Eksperimen Teknik Press

Pada percobaan dengan teknik press, penulis menggunakan indikator-indikator berupa macam jenis perekat, media, suhu, dan durasi. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan hasil olahan material yang sesuai.

a. Press dengan perekat Lem Putih

Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli, hal pertama yang dilakukan adalah persiapan bahan-bahan seperti uraian serat-serat yang ada pada kain perca dan campuran lem putih dengan air (secair yogurt).

Gambar 26. Campuran Lem Putih dengan Air Sumber : Firdhausyah, 2015

Gambar 27. Pengolesan Lem Putih di Atas Kain Teflon Sumber : Firdhausyah, 2015

22

Proses eksperimen dilakukan dengan mengoleskan cairan perekat di atas kain teflon. Kemudian serat-serat kain perca ditata di atasnya dan dipress menggunakan alat press. Sebelum dipress, bagian atas campuran serat dan lem tadi ditutupi dengan kain teflon lainnya agar tidak langsung menempel pada permukaan panas alat press.

Tabel 1. Eksperimen Press Perekat Lem Putih

Perca Tipe Serat Perekat Suhu Durasi Hasil

Satin Tipis Halus Mengkilap Lem Putih 95°-138° 8 menit

Endapan lem bening 150°-173° Endapan lem tebal berwarna putih 200°-208° Endapan lem tebal, warna serat

menguning

210°-215° Endapan lem tebal menguning, warna serat menguning

Padat, Kecil

95°-138° Endapan lem bening

150°-173° Endapan lem tebal berwarna putih 200°-208° Endapan lem tebal, warna serat

menguning

210°-215° Endapan lem tebal menguning, warna serat menguning Catatan :

1. Campuran lem dan air dibuat dengan perbandingan sekitar 2 : 1 sehingga encer seperti yogurt.

2. Eksperimen dilakukan dengan perlakuan suhu yang berbeda-beda selama 8 menit. Kesimpulan sementara :

1. Semakin besar suhu yang digunakan maka menyebabkan endapan lem dan warna serat menguning.

2. Lembaran yang dihasilkan memiliki 2 sisi permukaan yang berbeda yaitu sisi depan dan belakang dimana sisi belakang permukaannya terlapisi endapan lem. 3. Lembaran yang dihasilkan mudah sobek karena penataan serat yang jarang. Selain

itu bila terkena air maka endapan lem akan luntur dan serat akan terurai kembali.

Gambar 28. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Lem Putih Sumber : Firdhausyah, 2015

23 Dari permasalahan pada percobaan pertama, penulis mencoba kembali dengan menambahkan suatu media yaitu kain tile yang diletakkan di atas serat-serat kain perca. Agar lebih kuat, cairan perekat juga dioleskan di atas permukaan tile.

Gambar 29. Serat Kain Perca Dengan Media Kain Tile Sumber : Firdhausyah, 2015

Dari percobaan kedua di atas, lembaran yang dihasilkan lebih kuat (tidak mudah sobek). Namun apabila terkena air maka lem akan melunak dan serat-seratnya akan kembali terurai. Selain itu tampilannya kurang menarik. Sehingga dilakukan percobaan kembali tanpa media tulle melainkan dengan laminasi menggunakan plastik transparan di bagian atas dan bawah lembaran olahan serat.

b. Press dengan perekat latex

Setelah percobaan menggunakan lem putih, dilakukan percobaan dengan jenis perekat yang berbeda yaitu latex. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efek yang diberikan pada serat apabila dipress dengan perekat yang berbeda. Langkah-langkah percobaan yang dilakukan sama dengan percobaan teknik press sebelumnya tetapi tanpa proses laminasi dan lem tidak perlu dicampur dengan air karena sudah cair.

Tabel 2. Hasil Analisa Press dengan Perekat Latex

Perca Tipe Serat Perekat Suhu Durasi Hasil

Sateen Padat, halus Latex 95°-138° 4 menit Lembaran elastis seperti karet, endapan berwarna kecoklatan 95°-126° 6 menit 95°-138° 8 menit 95°-147° 10 menit Kecil, padat 95°-138° 4 menit 95°-126° 6 menit 95°-138° 8 menit 95°-147° 10 menit

24

Catatan :

1. Perekat tidak perlu dicampur dengan air.

2. Eksperimen dilakukan dengan suhu start yang diambil dari kesimpulan eksperimen dengan perekat lem putih.

Kesimpulan sementara :

1. Lembaran yang dihasilkan bersifat elastis seperti karet dengan endapan lem berwarna kecoklatan.

2. Lembaran lebih tahan air dibandingkan lembaran dengan perekat lem putih namun permukaannya mudah lengket dan berbau menyengat.

3. Menyebabkan karakter serat yang mengkilap menjadi hilang.

Gambar 30. Hasil Eksperimen Press dengan Perekat Latex Sumber : Firdhausyah, 2015

c. Press pada media kulit asli

Pada percobaan berikut ini, dilakukan teknik heat press menggunakan media kulit kambing untuk mengetahui efek yang dihasilkan dari serat-serat kain perca (satin). Pada percobaan awal dilakukan pengepresan tanpa menggunakan perekat. Dari percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa serat-serat kain perca tidak dapat menempel pada kulit meskipun suhu dan durasi pengepresan dinaikkan. Terlihat pada gambar dibawah hanya pigmen warna serat yang menempel pada kulit.

Gambar 31. Press Pada Media Kulit Asli Tanpa Perekat Sumber : Firdhausyah, 2015

25 Maka, pada percobaan kedua dilakukan dengan bantuan perekat fox dan latex. Pengepresan dilakukan selama 8 menit pada suhu 95 °C-138 °C. Berikut adalah tabel perbandingan teknik press serat-serat kain perca menggunakan perekat lem putih dan latex pada media kulit asli.

Tabel 3. Hasil Analisa Teknik Press dengan Media Kulit Asli

Keterangan Jenis Perekat

Latex Lem Putih

Permukaan membelakangi bagian

panas pada mesin press

Gambar 32. Eksperimen 1 Kulit Asli

Gambar 33. Eksperimen 2 Kulit Asli

Permukaan menghadap bagian

panas pada mesin press

Gambar 34. Eksperimen 3 Kulit Asli

` Gambar 35. Eksperimen 4 Kulit Asli

Sumber : Firdhausyah, 2015

Dari tabel tersebut, didapatkan hasil bahwa serat dapat menempel pada kulit asli dengan bantuan perekat. Bila permukaan kulit membelakangi bagian panas dari mesin press maka tampilan serat yang dihasilkan akan lebih bagus. Namun hasil olahan dengan latex mudah dilepas dan olahan dengan fox perlu dilaminasi terlebih dahulu agar serat tidak lepas saat terkena air.

d. Press pada media kulit sintetis

Pada percobaan berikut ini penulis melakukan eksperimen pada kulit sintetis tebal dan tipis. Indikator yang digunakan adalah suhu dan durasi saat proses pengepresan serta beberapa macam serat kain perca. Berikut adalah beberapa hasil analisa teknik press pada media kulit sintetis.

26

Tabel 4. Eksperimen 1 Media Sintetis Tebal

Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil

Satin Tipis Halus Mengkilap Sintetis A 150°

1 menit Kurang Terserap 2 menit Agak Terserap

200° 1 menit Terserap 2 menit Terserap Sintetis B 150°

1 menit Kurang Terserap 2 menit Kurang Terserap

200° 1 menit Terserap 2 menit Terserap Sateen Padat, halus Sintetis A 150°

1 menit Kurang Terserap 2 menit Kurang Terserap

200°

1 menit Kurang Terserap 2 menit Kurang Terserap

Sintetis B

150°

1 menit Kurang Terserap 2 menit Kurang Terserap 200°

1 menit Agak Terserap 2 menit Agak Terserap

Catatan :

1. Press dengan suhu 200°C selama 1 hingga 2 menit mampu membantu terserapnya serat ke dalam permukaan sintetis. Namun, pada suhu tersebut permukaan sintetis rawan rusak karena suhu terlalu panas.

Kesimpulan sementara :

1. Jenis serat yang paling baik digunakan adalah serat yang halus dan tipis. Jenis seratnya yang halus lebih mudah terserap pada permukaan sintetis.

2. Untuk mengurangi resiko serat lepas dari permukaan sintetis perlu diminimalisir penggunaan serat yang terlalu tebal dan menumpuk karena serat paling atas tidak ikut terserap pada permukaan sintetis.

27 3. Hasil uji pada sateen tidak berhasil karena tipe serat yang padat (Terdiri dari

kumpulan serat katun yang padat). Dapat diatasi dengan menguraikan seratnya.

Gambar 36. Hasil Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu dan Waktu pada Kulit Sintetis Tebal Sumber : Firdhausyah, 2015

Tabel 5. Eksperimen 2 Media Sintetis Tebal

Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil

Satin Tipis Halus Mengkilap Sintetis Tebal 90°-130° 8 menit Kurang Terserap 130°-160° Kurang Terserap 150°-180° Agak Terserap 170°-200° Terserap Sateen Padat, halus 90°-130° Kurang Terserap 130°-160° Kurang Terserap 150°-180° Agak Terserap 170°-200° Terserap Catatan :

1. Penggunaan suhu di bawah 200 derajat celcius lebih baik digunakan untuk menghindari rusaknya permukaan sintetis.

2. Penentuan durasi press ikut mempengaruhi terserapnya serat ke dalam permukaan serat.

3. Penggunaan serat sateen dibuat dengan ditata jarang per satuan filamennya. Kesimpulan sementara :

1. Suhu sementara yang baik digunakan adalah suhu yang dimulai antara 150 hingga 170 derajat celcius.

2. Penggunaan media sintetis tebal lebih berisiko untuk rusak meskipun lebih menyerap serat lebih baik. Saat area media kecil dan penggunaan serat menutup 80% permukaan sintetis, maka kerusakan tidak akan terlihat. Namun saat area

28

permukaan yang digunakan luas, maka terlihat beberapa area akan berkeriput dan terdapat lubang-lubang udara.

Gambar 37. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tebal Sumber : Firdhausyah, 2015

Tabel 6. Eksperimen 1 Media Sintetis Tipis

Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil

Satin Tebal Halus Mengkilap Sintetis Tipis A 95°-140° 8 menit Kurang Terserap 130°-165° Kurang Terserap 150°-180° Agak Terserap 165°-192° Terserap Padat, halus 95°-140° Kurang Terserap 130°-165° Kurang Terserap 150°-180° Agak Terserap 165°-192° Terserap Catatan :

1. Percobaan selalu diawali dengan tes suhu yang tepat dengan penggunaan durasi yang paling lama yaitu 8 menit (durasi ditentukan dari uji eksperimen yang dilakukan penulis sebelumnya).

2. Suhu start terbesar diturunkan menjadi 165°C dari yang sebelumnya (170 °C) untuk meminimalisir kerusakan permukaan karena penggunaan media sintetis yang tipis.

Kesimpulan sementara :

1. Penggunaan suhu start yang terbaik adalah 165°C.

2. Penggunaan serat kain satin yang mengkilap memiliki efek yang lebih bagus dan seratnya yang halus terserap dengan baik ke dalam permukaan sintetis.

29

Gambar 38. Eksperimen 1 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis A Sumber : Firdhausyah, 2015

Tabel 7. Eksperimen 2 Media Sintetis Tipis

Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil

sateen Padat, halus Sintetis Tipis B 95°-140° 8 menit Kurang Terserap 130°-165° Kurang Terserap 150°-180° Terserap 165°-192° Sangat Terserap Kecil, padat 95°-140° Kurang Terserap 130°-165° Kurang Terserap 150°-180° Agak Terserap 165°-192° Terserap Catatan :

1. Eksperimen dilakukan menggunakan kain sateen dengan perlakuan serat yang tebal dan halus diuraikan terlebih dahulu.

2. Serat ditata jarang dan tidak menumpuk untuk menghindari adanya serat yang tidak terserap permukaan sintetis.

Kesimpulan sementara :

1. Serat dengan karakter yang padat dan halus lebih mudah terserap ketika diurai hingga tipis.

2. Serat sateen yang halus dapat terserap pada suhu start 150°C dengan durasi 8 menit dan pada suhu start 165°C serat tampak menghilang karena benar-benar terserap.

3. Serat sateen yang kecil dan tebal dapat terserap baik bila ditata jarang dan tidak menumpuk.

30

Gambar 39. Eksperimen 2 dengan Indikator Suhu Pada Kulit Sintetis Tipis B Sumber : Firdhausyah, 2015

Tabel 8. Eksperimen 3 Media Sintetis Tipis

Perca Tipe Serat Media Suhu Durasi Hasil

Satin Tebal Halus Mengkilap Kulit Tipis A

161°-164° 2 menit Kurang Terserap 161°-170° 4 menit Kurang Terserap 161°-177° 6 menit Terserap 161°-183° 8 menit Terserap

Padat, halus

161°-164° 2 menit Kurang Terserap 161°-170° 4 menit Kurang Terserap 161°-177° 6 menit Agak Terserap 161°-183° 8 menit Terserap Sateen Padat, halus Kulit Tipis B

161°-164° 2 menit Kurang Terserap 161°-170° 4 menit Kurang Terserap 161°-177° 6 menit Agak Terserap 161°-183° 8 menit Terserap

Kecil, Padat

161°-164° 2 menit Kurang Terserap 161°-170° 4 menit Kurang Terserap 161°-177° 6 menit Kurang Terserap 161°-183° 8 menit Terserap

Catatan :

1. Eksperimen dengan suhu start 161°C yang diturunkan dari suhu eksperimen sebelumnya dengan pembanding durasi press yang berbeda-beda.

31 2. Media yang digunakan adalah sintetis yang bertekstur dan tipis (oscar).

Kesimpulan sementara :

1. Suhu yang baik digunakan adalah dimulai dari 161° dan berakhir pada suhu 183°c dengan durasi 6 hingga 8 menit.

2. Penggunaan sintetis tipis lebih baik dari sintetis tebal, namun ketika area yang digunakan luas beberapa area rusak (terdapat lubang-lubang udara).

3. Permukaan yang awalnya bertekstur akan menjadi licin dan mengkilap.

Gambar 40. Eksperimen 3 dengan Indikator Suhu dan Waktu Pada Kulit Sintetis Tipis Sumber : Firdhausyah, 2015

Dari beberapa percobaan yang dilalukan di atas, didapatkan rangkuman hasil awal bahwa suhu start yang baik digunakan adalah 161°C selama 6 hingga 8 menit. Media sintetis tipis memiliki resiko rusak lebih kecil dibandingkan sintetis tebal, namun perlu dilakukan uji terhadap beberapa jenis sintetis untuk mendapatkan hasil yang lebih rapi baik dalam media dengan area luas dan kecil. Sedangkan untuk jenis serat yang baik untuk digunakan adalah serat dengan karakter yang halus dan tipis seperti pada kain satin.

Dokumen terkait