• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Identitasi dan Kesinambungan Budaya

Dalam dokumen Samelan (Halaman 78-89)

KEPENTINGAN YANG DI DAPAT DALAM PELAKSANAAN SAMELAN

4.4. Ekspresi Identitasi dan Kesinambungan Budaya

Keberangaman setiap suku bangsa mempertahankan budaya masing-masing dan menjaga serta menegaskan identitasi14

14

Identitasi/identity merupakan tanda khas yang menerapkan dan sesuai dengan

kesadaran diri sendiri, komunitas sendiri dan golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri tau negara sendiri. Lihat Sayono, Ariyono & Aminuddin Siregar 1985. Kamus Antropologi. Akademika Pressido; Jakarta.

suku tersebut. Dapat dilihat terhadap suku bangsa Punjabi yang ada di Kota Medan khususnya di Sari Rejo yang bukan penduduk lokal melainkan pendantang. Suku bangsa Punjabi datang ke Sari Rejo sejak tahun 1940-an dengan tujuan memelihara sapi. Hal ini dibantu oleh Belanda. Sejak saat itu arus kedatangan suku bangsa Punjabi dari negara asalnya ke Sari Rejo semakin pesat.

Sebagai pendatang, suku bangsa Punjabi dihadapkan dengan lingkungan sosial budaya yang berbeda dari daerah asalnya. Oleh karena itu, agar dapat bertahan hidup (survive) suku bangsa Punjabi yang ada di Sari Rejo membentuk kelompok baru dengan tinggal bersama warga kelompok asalnya yang lebih dulu datang dan tinggal di Kota Medan khususnya Sari Rejo. Dari hal ini mereka dapat menunjukkan identitasi mereka melalui Gurdwara yang didirikan di tengah-tengah masyarakat Sari Rejo. Jemaat juga melengkapi isi Gurdwara serta lokasi Gurdwara dilengkapi dengan simbol-simbol ajara sikh. Dalam Gurdwara dapat dilihat adanya Guru granth sahib yang diletakkan ditengah pintu masuk, sedangkan di lokasi Gurdwara didirikan sebuah tiang bendera dan bengibarkan bendera yang melambangkan pedang dan perisai yang digambarkan di kain warna kuning, gelang yang terbuat dari besi putih yang selalu dipakai oleh jemaat sikh umumnya dan setiap Gurdwara dilengkapi dengan adanya langger hall atau tempat makan. Dengan keberadaan Gurdwara ini, maka dapat menggantikan sebagai kampung halaman dana sebagai wahana mengekspresikan budaya dan agamanya dihadapan lingkungan hidupnya.

Agama menurut Geertz (1992:49) merupakan suatu operasi dua tahap; pertama, suatu analisis atas sistem makna-makna yang terkandung dalam simbol-simbol yang meliputi agama tertentu dan kedua mengaitkan sistem-sistem tersebut pada struktur sosial dan proses psikologi dengan merumuskan konsep-konsep mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan membungkus konsep itu dengan faktualitas sehingga suasana hati dan motifasi-motifasi itu tampak khas realistik. Dalam agama juga harus menjalankan ibadah kepada pendukung otoritas hukum

generasi yang lebih tua, dalam mendefinisikan kewajiban-kewajiban hubungan kekerabatan dan peranan ritus-ritus inisiasi yang merupakan sarana-sarana untuk penetapan identitasi seksual dan status orang dewasa, bahwa pegelompokan ritual mencerminkan oposisi-oposisi politik atau mitos-mitos memberikan dasar-dasar bagi pranata-pranata sosial dan rasionalisasi-rasionalisasi hak-hak sosial yang istimewa.

Dengan berjalannya waktu, jumlah suku bangsa Punjabi yang ada di Sari Rejo juga semakin bertambah banyak sehingga antar mereka menjalin hubungan yang lebih baik. Bahkan dalam memperkuat identitasi tersebut mereka mendirikan organisasi-organisasi yang bercirikan suku bangsa. Seperti halnya suku bangsa Punjabi yang demi mempertahankan identitasinya mereka mempererat hubungannya di dalam kehidupan sehari-hari antarsuku bangsa Punjabi. Suku bangsa Punjabi umumnya menganut ajaran sikh. Dalam ajaran sikh suku bangsa Punjabi mempunyai sub organisasi sosial di dalam Gurdwara (sebagai organisasi sosial induk) yaitu sukhmani. Sukhmani merupakan kegiatan pembacaan ayat-ayat suci untuk mencapai kehidupan yang lebih baik yang diikuti kaum ibu-ibu. Adapun tujuan dari sukhmani ini untuk mempererat silaturahmi antar-anggota sesama suku bangsa Punjabi khususnya yang menganut ajaran Sikh. Sukhmani dilakukan setiap hari jumat di Gurdwara. Kaum ibu-ibu sukhmani ini juga membahas keperluan-keperluan barang yang dibutuhkan dalam Gurdwara (Lubis, 2005:139) .

Dalam ajaran sikh juga mempunyai berbagai kegiatan-kegiatan atau upacara-upacara seperti upacara perkawinan, kematian dan kelahiran sedangkan

kegiatannya seperti samelan, pelaksanaan samelan ini memiliki berbagai kegiatan yang terkait dengan ajaran sikh. Adapun manfaat dari kegiatan tersebut merupakan suatu rangkaian usaha untuk saling tolong menolong di antara sesama anggota ajaran sikh di Kota Medan Khususnya di Sari Rejo.

Suku bangsa Punjabi di Sari Rejo dikatakan minoritas karena mereka tinggal di antara suku-suku bangsa yang berbeda. Dalam minoritas tersebut suku bangsa Punjabi mempererat hubungan antar sesamanya. Dengan demikian, apabila suku bangsa Punjabi bertemu dengan sesama suku bangsanya merasakan hal yang sangat menyenangkan sehingga hubungan suku bangsa tersebut harus tetap dijaga. Oleh karena itu, suku bangsa Punjabi yang ada di Sari Rejo mengembangkan dan mempertahankan kebudayaan-kebudayaan yang ada di dalam Gurdwara.

Suku bangsa Punjabi mulai menegaskan identitasi kelompoknya di Sari Rejo melalui kebudayaannya yang dapat dilihat dari pelaksanaan acara samelan. Hal tersebut ditegaskan oleh pendapat Koentjaraningrat (1974:104) bahwa religi (dalam hal ini proses belajar dalam acara samelan) merupakan salah satu unsur kebudayaan dari tujuh unsur kebudayaan universal yang dapat menonjolkan sifat khas (identitasi) dan mutu.

Selain sebagai penegasan identitasi, pelaksanaan samelan juga menunjukkan suatu proses reproduksi kebudayaan yang oleh Irwan Abdullah (dalam Ermansyah, 2005:26) dapat dipahami dari 3 (tiga) aspek, yakni: pertama, aspek kognitif. Dalam hal ini, suku bangsa Punjabi yang ada di Sari Rejo melihat kebudayaan atau pelaksanaan samelan sebagai sistem gagasan yang merupakan

pedoman hidup mereka di tempat yang baru. Hal ini, tercermin melalui pelaksanaan samelan oleh suku bangsa Punjabi yang ada di Sari Rejo dalam rangka pelestarian budaya India yakni suku bangsa Punjabi yang dibawa dari negara asal.

Kedua, aspek evaluatif. Aspek evaluatif merupakan standar nilai yang masih di reproduksi dan digunakan untuk menilai kehidupan di tempat yang baru. Melalui aspek evaluatif ini dapat dipahami bahwa suku bangsa Punjabi di Sari Rejo masih mereproduksi nilai-nilai budaya yang terdapat pada pelaksanaan samelan. Artinya dalam pelaksanaan samelan nilai gotong royong masih tetap diterapkan dalam kehidupan suku bangsa Punjabi dari Sari Rejo. Nilai gotong royong tersebut tercermin pada saat para panitia membutuhkan dana dan para jemaat yang mampu memberikan sumbangan dana kepada panitia.

Ketiga, aspek simbolik yang merupakan bentuk-bentuk ekspresi kebudayaan yang dapat dilihat dari berbagai upacara. Aspek simbolik ini, dapat dipahami bahwa melalui pelaksanaan samelan suku bangsa Punjabi yang ada di Sari Rejo ingin menunjukkan/mengekspresikan kehidupannya kepada kelompok suku bangsa lainnya yang ada di Kota Medan khususnya di Sari Rejo. Pada saat samelan dilaksanakan para peserta mengikuti kegiatan-kegiatan yang dibuat panitia dan juga tetap menggunakan sorban dan pakaiaan suku bangsa Punjabi. Di sana para peserta hidup dengan anak yang taat kepada guru (dimana mereka harus menjalankan ibadah dengan teratur dan horman kepada yang lebih tua) dan juga para peserta bernyanyi dengan diiringi musik yakni piano. Suku bangsa Punjabi mau mengekspresikan identitasi dihadapan kelompok etnik lain yang ada di

lingkungan tempat tinggal mereka. Melalui pelaksanaan samelan tersebut suku bangsa lain akhirnya dengan mudah mengetahui bahwa samelan adalah suku bangsa Punjabi yang tetap melestarikan kebudayaannya.

Samelan juga dilaksanakan dalam rangka kesinambungan budaya. Oleh karena itu, untuk dapat memahami pelaksanaan samelan sebagai kesinambungan budaya seorang informan menjelaskan bahwa dulunya samelan merupakan kumpulan kecil muda-mudi yang dilaksanakan di Gurdwara tepatnya di lantai (2) dua. Samelan ini dilaksanakan setiap hari sabtu jam 18.00 - 20.00. acara ini merupakan proses belajar untuk memperdalam ajaran yang dianutnya.

Lambat laun kebersamaan dan kekompakan suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh semakin erat dan kuat, dapat dilihat dari pelaksanaan samelan yang diadakan di Kota Medan. Pelaksanaan samelan ini sudah ada 6 (enam) kali diadakan di Kota Medan. Pelaksanaan samelan diadakan pada tahun 2002, 2003, 2004 di daerah Sibolangit, 2005 di daerah Rantau Parapat, 2007 di daerah Sibolangit dan pada tahun 2008 di daerah Gundaling- Berastagi. Pada tahun 2008 terakhir dilaksanakan samelan di Kota Medan.

Para orang tua yang ada di Kota Medan khususnya di Sari Rejo juga mengharapkan bahwa dengan dilaksanakannya kegiatan samelan tersebut, diharapkan kepada muda-mudi yang mengikuti kegiatan samelan tidak hanya ikut-ikutan atau bermain karena berjumpa dengan teman-teman dan mendapat teman baru. Melainkan melalui kegiatan samelan ini secara khusus para orang tua juga mengharapkan agar muda-madi terhindar dari larangan-larangan ajaran sikh

seperti merokok, penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang, praktek seks bebas serta tindakan kriminal lainnya.

BAB V KESIMPULAN

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang bersifat heterogenitas. Keheterogenitas tersebut dicerminkan dari keberagaman suku bangsa yang ada di Indonesia, baik itu dari pribumi maupun bangsa asing. Kehadiran bangsa asing tersebut, dikarenakan kepulauan Indonesia pernah menjadi salah satu tempat singgah perdagangan berbagai bangsa asing. Salah satu suku bangsa asing yang datang ke Indonesia adalah suku bangsa Punjabi. Adapun tujuan datangnya suku bangsa Punjabi ke Indonesia adalah untuk berdagang dan ada juga untuk mencari pekerjaan.

Di Indonesia, suku bangsa Punjabi menyebar ke berbagai wilayah salah satunya ialah Kota Medan. Jumlah suku bangsa Punjabi yang ada di Kota Medan sangat minoritas, sehingga suku bangsa Punjabi mengelompok berdasarkan identitasi suku dan memperkuat tradisi budaya sendiri. Walaupun dengan jumlah minoritas, tetapi suku bangsa Punjabi tetap melestarikan budaya yang dibawa dari daerah asal. Di daerah yang baru, suku bangsa Punjabi dihadapkan dengan suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Suku bangsa Punjabi tetap memelihara budaya dan agamanya yang dijadikan sebagai pedoman hidup di tempat yang baru.

Penelitian ini telah menjawab 4 (empat) pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelumnya. Pertanyaan pertama dapat dijawab bahwa hal yang mendasari dilaksanakan samelan adalah untuk memperdalam ajaran sikh.

Dilaksanakannya samelan di Kota Medan khusunya Sari Rejo dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan dan perhatian muda-mudi mengenai ajaran yang dianutnya yakni sikh. Akhirnya, para orang tua membentuk suatu kegiatan yang disebut dengan samelan. pelaksanaan samelan ini disambut hangat oleh para muda-mudi serta didukung oleh orang tua.

Kegiatan seperti samelan dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali. Hal ini dapat dikatakan bukan hanya sekedar musiman, melainkan menjadi alternatif bagi upaya pembinaan dan pengembangan generasi muda suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh. Kegiatan ini tidak dapat dipandang sebelah mata, akan tetapi merupakan bagian dari sistem pendidikan yang ada di tengah-tengah suku bangsa Punjabi.

Pertanyaan kedua dapat dijawab bahwa yang terlibat serta syarat keterlibatan dalam kegiatan samelan adalah peserta samelan yang terdiri dari anak-anak sampai muda-mudi. Usia anak-anak dimulai 5 (lima) tahun sedangakan muda-mudi diharapkan yang belum menikah. Kepanitiaan terdiri dari ketua panitia, bendahara, sekretaris dan juga seksi-seksi yang bertanggung jawab dengan tugas masing-masing. Untuk menjadi ketua panitia haruslah memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan. Adapun syarat tersebut yaitu harus taat beragama, tidak memotong rambut, berjenggot, sopan, bertanggung jawab penuh dan bersikap tegas pada anggota samelan. Pemilihan ketua samelan memiliki perbedaan dengan pemilihan panitia yang akan bertanggung jawab atas pelaksanaan samelan. Perbedaan itu, terdapat pada persyaratan calon ketua yang dijelaskan di atas, sedangkan para panitia dilihat dari ketaatannya pada ajaran sikh

dan bertanggung jawab pada tugas yang diembankan pada mereka. Dalam hal ini mereka juga harus memiliki kekompakan pada saat pelaksanaan samelan.

Pertanyaan ketiga dapat dijawab bahwa proses pelaksanaan samelan melalui 3 (tiga) tahapan. Tahapan pertama adalah persiapan samelan. Persiapan yang dimaksud adalah terlebih dahulu dibentuk satu kepanitiaan yang bertanggung jawab pada pelaksanaan samelan. Setelah itu dilanjutkan dengan persiapan menentukan lokasi dan waktu pelaksanaan samelan, penginapan untuk para peserta samelan, menyediakan peralatan medis, transportasi untuk para peserta samelan dan menempatkan security untuk menjaga tata tertib dan keamanan ketika pelaksanaan samelan. Tahapan kedua yakni pelaksanaan samelan, tahap ketiga adalah penutupan samelan.

Pertanyaan keempat dapat dijawab bahwa terdapat berbagai kepentingan yang dicerminkan melalui kegiatan samelan yang diselenggarakan Gurdwara Sari Rejo. Kepentingan tersebut adalah sebagai pendalaman ajaran sikh, keterikatan sebagai sesama suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh, membangun solidaritas suku bangsa Punjabi dan juga sebagai ekspresi identitasi dan kesinambungan budaya.

Melalui kegiatan samelan yang dikhususkan terhadap muda-mudi dapat menyampaikan rasa hormat dan sembah kepada Tuhannya dan sesamannya. Melalui kegiatan samelan ini, muda-mudi suku bangsa Punjabi diharapkan dapat menjaga dan menegaskan identitasinya terhadap suku bangsa lain yang ada di Kota Medan. Pelaksanaan kegiatan samelan juga dilaksanakan dalam rangka

kesinambungan budaya/pelestarian budaya suku bangsa Punjabi di luar daerah asalnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan samelan sesungguhnya merupakan suatu bentuk reproduksi kebudayaan suku bangsa Punjabi di daerah rantau. Reproduksi kebudayaan ini secara otomatis merupakan wujud pelestarian budaya suku bangsa Punjabi yang dibawa dari daerah asal. Pelaksanaan samelan dijadikan sebagai penegasan identitasi kelompoknya. Penegasan identitasi tersebut diupayakan karena suku bangsa Punjabi di Kota Medan khususnya di Sari Rejo merupakan pendatang dan merupakan kelompok suku bangsa yang minoritas.

Dalam perspektif ajaran sikh, samelan memang menjadi khas di tengah-tengah masyarakat suku bangsa Punjabi. Hal ini mempunyai karakteristik peserta khusus dimana mereka tergabung dalam satu kelompok organisasi. Dengan demikian kegiatan mempersiapkan generasi mendatang tidak terlepas dari adanya proses pengembangan sumber daya manusia yang bila ditata dengan makna ajaran sikh dengan baik maka akan membuahkan hasil yang baik. Memang kegiatan samelan tidak membuahkan hasil secara langsung. Namun sebagai sebuah kesadaran akan masa depan generasi, maka mungkin hasilnya akan nampak ketika ada pergantian pada generasi itu sendiri.

Dalam dokumen Samelan (Halaman 78-89)

Dokumen terkait