KEPENTINGAN YANG DI DAPAT DALAM PELAKSANAAN SAMELAN
4.3. Membangun Solidaritas Suku Bangsa Punjabi
Suku bangsa Punjabi mempunyai hubungan yang sangat baik dan sangat kompak dengan sesama mereka. Kekompakan itu dapat dilihat dari ikatan darah, marga, daerah asal kampung dan daerah tempat tinggal serta keterlibatan mereka dalam perkumpulan di Gurdwara atau kegiatan-kegiatan ajaran sikh. Kebersamaan yang mereka miliki dalam perkumpulannya, setiap acara yang mereka laksanakan menunjukkan betapa kuatnya rasa solidaritas13
Garang (2007:23) menjelaskan solidaritas dapat dimaknakan sebagai bentuk dari senasib sependeritaan di antara sesama suku bangsa Punjabi maupun bentuk dari empati rasa kemanusiaan. Keadaan ini membuat mereka lebih giat dan bekerja keras, disiplin, serta meningkatkan rasa solidaritas dan identitasi kelompok.
mereka di tengah-tengah kemajemukan masyarakat Kota Medan.
Dari kebersamaan suku bangsa Punjabi, mereka dapat membangun rumah ibadah yang menjadi tempat perkumpulan suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh. Melalui tempat ibadah yang mereka bangun sehingga membuat mereka semakin sering berinteraksi dan berkumpul untuk melaksanakan ibadah. Hal ini menciptakan kebersamaan yang semakin kuat untuk menjaga kebudayaan dan kepercayaan yang mereka anut. Melalui adanya Gurdwara ini mereka semakin menguatkan antarsesama suku bangsa. Dari kebersamaan yang mereka miliki, sehingga memunculkan rasa solidaritas antarsesama suku bangsa Punjabi.
13
Solidaritas kelompok/group solidarity merupakan rasa bersatu antar warga suatu
kelompok dalam suatu masyarakat. Lihat suyono & Aminuddin Siregar 1985. Kamus Antropologi. Akademika pressindo; Jakarta.
Dari rasa solidaritas suku bangsa Punjabi yang tinggi terhadap sesama, dapat dilihat dari antarsesama suku bangsa menghadiri acara perkawinan, dimana acara perkawinan ini dilaksanakan di Gurdwara dan seluruh jemaat sikh ikut serta dalam merayakan dan membantu melengkapi keberlangsungan acara tersebut. Memberi berupa sumbangan untuk pembagunan sekolah sikh yang didirikan di lingkungan Gurdwara Arjundev di Sari Rejo. Mengunjungi jemaat sikh yang sedang mengalami duka cita, mereka memberikan penghiburan dan doa. Fenomena kepedulian suku bangsa Punjabi terhadap sesama juga tampak nyata. Hal ini dapat dilihat pada reaksi mereka pada saat adanya jemaat sikh yang sakit dan tidak mampu membiayai pengobatan, dengan iklas mereka mau membantu biaya pengobatan. Sebagaimana diungkapkan oleh seorang informan :
“Ada seorang jemaat sikh, dia bekerja di dalam Gurdwara. Dia menderita suatu penyakit yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Dilihat dari ekonominya mereka tidak mampu. Tapi para jemaat kita mau membantu meringankan biaya pengobatannya sampai sembuh (Wawancara, Tanggal 10 Maret 2010)”.
Tindakan ini dilakukan secara timbal balik oleh para suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh. Kenyataan tersebut juga dapat mengambarkan suatu gejala saling menunjungi antar sesama suku baik berupa duka maupun suka dan saling tolong menolong. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Malinowski (dalam Koentjataningrat, 1972:165) bahwa sistem tukar-menukar benda maupun tenaga dan sistem penyumbang yang dilakukan oleh penduduk Kepulauan Trobriand merupakan upaya untuk menimbulkan kewajiban untuk membalas. Marcel Mauss juga menegaskan (1992:XVIII-XIX) bahwa pemberian dan saling memberi yang berlaku dalam masyarakat kuno menghasilkan adanya sistem tukar-menukar
pemberian yang melibatkan kelompok-kelompok yang bersangkutan secara menyeluruh.
Selain itu, suku bangsa Punjabi ini juga mempunyai solidaritas yang tinggi terhadap mereka yang kurang mampu yaitu dengan disediakannya langger hall. Langger hall berupa tempat makan. Seluruh jemaat sikh diperbolehkan memakan makanan yang disediakan setiap harinya di sana. Sebagaiman diutarakan seorang informan :
“Setiap harinya kita menyediakan makanan dalam langger, bagi siapa saja yang membutuhkan. Baik itu yang tidak mampu maupun yang mampu seperti para tukang becak dan bagi orang yang tidak sempat memasak mereka dapat singgah di langger untuk makan (Wawancara, Tanggal 9 April 2010)”.
Rasa kemanusiaan seperti yang dijelaskan di atas, merupakan dasar terciptanya kesatuan suku bangsa Punjabi yang selama ini dijaga dan dipegang teguh oleh sesama mereka. Bagi mereka, hubungan kebersamaan antarsesama Punjabi sangat penting untuk menjaga keharmonisan sosial di antara mereka. mengingat mereka adalah kalangan minoritas di Kota Medan.
Rasa kebersamaan ini semakin terlihat dalam pelaksanaan acara samelan. yang mana para jemaat sikh yang mampu atau berada mempunyai keinginan untuk membantu terlaksananya acara tersebut melalui sumbangan dana dan tenaga. Sumbangan ini berasal dari luar maupun dari dalam negeri. Melihat kehadiran jemaat sikh dari berbagai daerah menunjukkan kebersamaan untuk rasa ingin berkumpul yang sangat tinggi. Hal ini terbukti dari kehadiran jemaat sikh dari Malaysia, India, Surabaya dan Jakarta di Kota Medan pada saat perayaan samelan.
Pada awalnya samelan ini dilakukan di Sari Rejo. Samelan ini dilaksanakan untuk menghidupkan budaya Punjabi di lingkungan yang baru. Seiring dengan berjalannya waktu jumlah suku bangsa Punjabi semakin bertambah, dengan pertambahan ini dari tahun ke tahun, pelaksanaan samelan pun semakin besar dan meriah. Menurut keterangan dari beberapa informan, samelan ini dilaksanakan pertama kali pada tahun 1980 di India yang merupakan daerah asal suku bangsa Punjabi tepatnya di daerah Punjab. Di daerah Punjab, suku bangsa Punjabi merupakan suatu kalangan mayoritas dan menganut ajaran sikh.
Melihat perkembangan suku bangsa Punjabi di Indonesia, khususnya di Kota Medan akhirnya pada tahun 2002 untuk pertama kalinya samelan dilaksanakan di Kota Medan, samelan dilaksanakan di Kota Medan sebanyak 6 (enam) kali. Untuk suku bangsa Punjabi di Kota Medan khususnya di Sari Rejo masyarakat dapat mengamati bahwa pelaksanaan samelan yang dilakukan suku bangsa Punjabi dapat berupa tanda pembeda identitasi mereka. dalam arti luas, samelan ini membentuk suatu ikatan dan kesatuan yang tetap dijaga kuat oleh mereka. Di Kota Medan khususnya di Sari Rejo suku bangsa Punjabi ini tetap mempertahankan kebudayaan dan kesatuan mereka, meski mereka dihadapkan dengan situasi baru di kota ini.
Di Kota Medan, suku bangsa Punjabi juga menyesuaikan diri untuk dapat hidup lebih baik dan berhasil dengan kemajuan ekonomi yang cukup baik. Tetapi biarpun telah mencapai kemajuan dalam hal ekonomi mereka tetap mempertahankan identitasinya sendiri baik seecara pribadi maupun kelompok yang diungkapkan oleh berbagai bentuk. Salah satunya dengan tetap mengikuti
acara keagamaan dan kebudayaan Punjabi seperti samelan ini. Dalam samalen ini mereka benar-benar diajari tentang ajaran sikh dan kebudayaan serta meningkatkan dan menerapkan rasa kebersamaan diantara mereka dan tetap mempertahankannya. Dalam acara ini juga anak-anak dan muda-mudi pun sudah diajari dan dikenalkan dengan rasa solidaritas dan kebersamaan serta bagaimana menerapkannya.
Dapat dilihat saat acara samelan ini kebersamaan di kalangan anak-anak semakin ditingkatkan, dengan dibentuknya kelompok jetha. Dalam kelompok jetha anak-anak dan muda-mudi dituntut untuk melakukan suatu hal yang membutuhkan kerja sama untuk mendapatkan hasil yang baik. Seperti menciptakan suatu karya berupa lukisan yang menggambarkan logo sikh, Guru granth sahib dan Gurdwara.