UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan Oleh:
Nama : Eva Yanthi Manurung Nim : 050905008
Judul : SAMELAN
Pembimbing Ketua Departemen
Drs. Ermansyah, M. Hum
NIP. 19660304 199203 1 002 NIP 19640123 199003 1 001 Drs. Zulkifli Lubis, MA
Pembantu Dekan 1 FISIP USU
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas berkat kasih anugerahnya maka penulis dapat melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Samelan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat sarjana S-1 bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas perhatian dan peranserta kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Zulkifli B Lubis, M.A., sebagai Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU yang telah banyak membantu mulai awal perkuliahan hingga penulisan skripsi.
3. Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum., sebagai Pembimbing Utama, yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi penulis.
4. Ibu Dra. Mariana Makmur, M.A., dan Ibu Dra. Ryta Tambunan M.Si., sebagai penguji, yang memberikan masukan guna perbaikan hasil penulisan ini.
FISIP USU yang membimbing penulis selama dalam perkuliahan serta staf Administrasi FISIP USU.
6. Ibu Frem dan Bapak Pritam serta seluruh suku bangsa Punjabi yang ada si Sari Rejo, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 7. Khusus kepada bapak dan mama tercinta, terima kasih atas kesabaran dan
dukungan serta doa kepada penulis sampai skripsi ini selesai.
8. Buat Abang saya yakni Bang Ahmat dan Benny serta adik-adik Tika, Asda (Askol), Faisal, Markus, Tom, dan Iin yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
9. Keluarga Amang boru Jetti dan Yenni, serta seluruh keluarga terima kasih atas dukungan doa dan memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
10.Senior-senior saya yang baik hati dalam membantu dan memberikan semangat kepada penulis Bang Sandrak Manurung, Kakak Aulia (Kekem), Kakak Marta, Kakak Nanik, terima kasih atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
12.Adik-adikku Berty Manurung, Sari Manurung, Vina, Marda Ginting, Carles Gultom, Helena Damanik, Yani, Elmanuala, Sari S, serta kepada kerabat Antropologi yang tidah dapat penulis sebutkan, terima kasih atas semangat yang diberikan kepada penulis.
13.Terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman kumpulan muda-mudi di Gereja HKBP (NHKBP) Padang Bulan yang memberikan semangat dan doa saat penyelesaian skripsi.
14.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan pada kesempatan ini, yang telah membantu penulisan dan proses studi.
Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.
Menyadari akan keterbatasan penulis, maka skripsi atau hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 7
1.3.Lokasi Penelitian ... 7
1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8
1.5.Tinjauan Pustaka ... 8
1.6.Metodologi Penelitian ... 13
1.6.1. Tipe Penelitian ... 13
1.6.2. Teknik Analisa Data ... 16
BAB II. GAMBARAN UMUM SUKU BANGSA PUNJABI DI SARI REJO 2.1. Heterogenitas Masyarakat Kota Medan ... 17
2.2. Sejarah Kedatangan Suku Bangsa Punjabi di Kota Medan, Khususnya di Sari Rejo ... 21
2.3. Sejarah Singkat Gurdwara di Sari Rejo ... 24
2.4. Sistem Mata Pencaharian ... 28
2.5. Sistem Religi dan Bahasa ... 31
2.5.1. Sistem Religi...31
BAB III. PELAKSANAAN SAMELAN PADA SUKU BANGSA PUNJABI
DI SARI REJO
3.1. Latar Belakang Lahirnya Samelan di Sari Rejo ... 39
3.2. Persiapan Pelaksanaan Samelan ... 41
3.3. Pelaksanaan Samelan ... 44
3.4. Penutupan Samelan ... 51
BAB IV. KEPENTINGAN YANG DAPAT DALAM PELAKSANAAN SAMELAN 4.1. Pendalaman Ajaran Sikh. ... 55
4.2. Keterikatan sebagai Sesama Suku Bangsa Punjabi ... 60
4.3. Membangun Solidaritas Suku Bangsa Punjabi ... 64
4.4. Ekspresi Identitasi dan Kesinambungan Budaya ... 68
BAB V. KESIMPULAN Kesimpulan ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR ISTILAH
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1: Perbandingan Suku Bangsa Punjabi di Kota Medan ... 31
2. Tabel 2: Komposisi Berdasarkan Jumlah Penduduk di Kota Medan ... 32
3. Tabel 3: Komposisi Berdasarkan Profesional ... 32
4. Tabel 4: Toko Sports Milik Suku Bangsa Punjabi ... 30
5. Tabel 5: Jadwal Kegiatan Samelan Hari Kedua sampai Kelima ... 50
6. Tabel 6: Jadwal Kegiatan Samelan Hari Keenam ... 37
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1: Gurdwara Sikh di Sari Rejo ... 27
2. Gambar 2: Simbol Ajaran Sikh ... 51
3. Gambar 3: Amret Chak ... 52
4. Gambar 4: Dua Orang Membawa Guru Granth Sahib ... 53
ABSTRAK
Eva Yanthi Manurung, 2010. Judul skripsi: Samelan. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 84 halaman, 7 daftar tabel dan 5 daftar gambar.
Keheterogenitasan di Indonesia dicerminkan dari keberagaman suku bangsa, baik dari pribumi maupun bangsa asing. Salah satu bangsa asing tersebut adalah suku bangsa Punjabi. Di Kota Medan, suku bangsa Punjabi sangat sedikit, sehingga suku bangsa Punjabi tinggal dan menetap secara mengelompok dan memperkuat identitasi maupun tradisi budaya mereka. Suku bangsa Punjabi mempunyai solidaritas yang sangat kuat sehingga mereka tetap eksis dalam berbagai kegiatan. Kegiatan samelan di Kelurahan Sari Rejo merupakan salah satu identitasi yang dibawa dari daerah asal usul mereka yaitu India.
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan secara mendalam tentang hal yang mendasari dilaksanakan samelan, keterlibatan dan syarat-syarat keterlibatan dalam samelan, proses pelaksanaan samelan dan kepentingan yang dicerminkan dari kegiatan samelan. Samelan di Sari Rejo dikaji melalui pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif yang melihat proses pelaksanaan serta kepentingan yang dicerminkan dari kegiatan samelan. Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan observasi tanpa partisipasi dan wawancara kepada 16 informan. Observasi dilengkapi dengan kamera foto. Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. Instrumen yang digunakan, selain peneliti juga dibantu pedoman wawancara yang dilengkapi tape recorder dan catatan lapangan. Analisa data dilakukan dari awal hingga penelitian berlangsung yang diurutkan ke dalam pola, tema dan kategori-kategori.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa samelan merupakan kegiatan kaum muda-mudi guna memperdalam ajaran sikh. Hal ini dilatarbelakangi kurangnya perhatian dan pengetahuan muda-mudi mengenai ajaran sikh. Syarat keterlibatan dalam kegiatan samelan adalah usia anak-anak dimulai 5 (lima) tahun sedangkan muda-mudi diharapkan yang belum menikah. Untuk menjadi ketua panitia haruslah memenuhi persyaratan yaitu harus taat beragama, tidak memotong rambut, berjenggot, sopan, bertanggung jawab penuh dan bersikap tegas pada anggota samelan. Proses pelaksanaan samelan terdiri dari persiapan samelan, pelaksanaan samelan, penutupan samelan. kepentingan yang dicerminkan melalui kegiatan samelan adalah sebagai pendalaman ajaran sikh, keterikatan sebagai sesama suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh, membangun solidaritas suku bangsa Punjabi dan juga sebagai ekspresi identitasi dan kesinambungan budaya. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa setiap tahun suku bangsa Punjabi selalu melaksanakan samelan. Hal ini untuk melestarikan kebudayaan di tempat yang baru. Samelan direproduksi kembali dari daerah asal untuk tetap menjaga kebersamaan dan memperkuat identitasi suku bangsa Punjabi.
ABSTRAK
Eva Yanthi Manurung, 2010. Judul skripsi: Samelan. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 84 halaman, 7 daftar tabel dan 5 daftar gambar.
Keheterogenitasan di Indonesia dicerminkan dari keberagaman suku bangsa, baik dari pribumi maupun bangsa asing. Salah satu bangsa asing tersebut adalah suku bangsa Punjabi. Di Kota Medan, suku bangsa Punjabi sangat sedikit, sehingga suku bangsa Punjabi tinggal dan menetap secara mengelompok dan memperkuat identitasi maupun tradisi budaya mereka. Suku bangsa Punjabi mempunyai solidaritas yang sangat kuat sehingga mereka tetap eksis dalam berbagai kegiatan. Kegiatan samelan di Kelurahan Sari Rejo merupakan salah satu identitasi yang dibawa dari daerah asal usul mereka yaitu India.
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan secara mendalam tentang hal yang mendasari dilaksanakan samelan, keterlibatan dan syarat-syarat keterlibatan dalam samelan, proses pelaksanaan samelan dan kepentingan yang dicerminkan dari kegiatan samelan. Samelan di Sari Rejo dikaji melalui pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif yang melihat proses pelaksanaan serta kepentingan yang dicerminkan dari kegiatan samelan. Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan observasi tanpa partisipasi dan wawancara kepada 16 informan. Observasi dilengkapi dengan kamera foto. Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. Instrumen yang digunakan, selain peneliti juga dibantu pedoman wawancara yang dilengkapi tape recorder dan catatan lapangan. Analisa data dilakukan dari awal hingga penelitian berlangsung yang diurutkan ke dalam pola, tema dan kategori-kategori.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa samelan merupakan kegiatan kaum muda-mudi guna memperdalam ajaran sikh. Hal ini dilatarbelakangi kurangnya perhatian dan pengetahuan muda-mudi mengenai ajaran sikh. Syarat keterlibatan dalam kegiatan samelan adalah usia anak-anak dimulai 5 (lima) tahun sedangkan muda-mudi diharapkan yang belum menikah. Untuk menjadi ketua panitia haruslah memenuhi persyaratan yaitu harus taat beragama, tidak memotong rambut, berjenggot, sopan, bertanggung jawab penuh dan bersikap tegas pada anggota samelan. Proses pelaksanaan samelan terdiri dari persiapan samelan, pelaksanaan samelan, penutupan samelan. kepentingan yang dicerminkan melalui kegiatan samelan adalah sebagai pendalaman ajaran sikh, keterikatan sebagai sesama suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh, membangun solidaritas suku bangsa Punjabi dan juga sebagai ekspresi identitasi dan kesinambungan budaya. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa setiap tahun suku bangsa Punjabi selalu melaksanakan samelan. Hal ini untuk melestarikan kebudayaan di tempat yang baru. Samelan direproduksi kembali dari daerah asal untuk tetap menjaga kebersamaan dan memperkuat identitasi suku bangsa Punjabi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat majemuk. Geertz (dalam Suparlan, 1999), menjelaskan bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dalam masing-masing sub sistem yang terikat dalam satu ikatan primodial seperti suku-bangsa, agama, adat-istiadat, golongan atau kelompok dan sebagainya. Lebih lanjut, Rudito (1991) menjelaskan bahwa masyarakat majemuk terdiri dari berbagai golongan suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem politik yang terdapat pada masyarakat itu sendiri. Masing-masing suku bangsa tetap mempertahankan identitasinya, meskipun harus mengikuti aturan-aturan yang berkenaan dengan peranannya dalam masyarakat.
seperti bangsa India dan Cina. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan mereka sampai di Indonesia, sehingga dalam suatu daerah yang semula hanya dihuni oleh suatu suku bangsa tertentu saja akhirnya daerah tersebut dihuni oleh beberapa suku bangsa yang hidup saling berdampingan dengan latar belakang budaya yang berbeda. Soemardjan (1988) menjelaskan bahwa manusia dalam melakukan perpindahan mempunyai beberapa alasan-alasan tertentu yang pada dasarnya tidak akan terlepas dari alasan ekonomi. Alasan ekonomi merupakan alasan utama manusia dalam melakukan suatu perpindahan untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah asalnya.
Salah satu bangsa asing yang datang ke Indonesia yaitu masyarakat India. Masyarakat India di Indonesia mempunyai sub kelompok yakni Punjabi, Tamil, Sindhi, Telegu, Gujarat. Suku bangsa1
Di Indonesia, suku bangsa Punjabi tidak hanya terpaku dalam satu wilayah saja melainkan menyebar ke berbagai wilayah. Umumnya suku bangsa Punjabi tersebar di wilayah Jawa seperti; Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan di wilayah Sumatera Utara seperti; Medan, Binjai, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, maupun Kisaran. Persebaran tersebut disebabkan kedatangan mereka tidak dengan cara berkelompok melainkan dengan cara sendiri-sendiri, sehingga pola
Punjabi adalah kelompok suku bangsa Indo-Arya dari Asia Selatan. Kelompok ini berasal dari wilayah Punjab yang juga menjadi tempat beberapa peradaban tertua di dunia termasuk peradaban pertama dan tertua dunia yaitu Peradaban Lembah Indus (htp://id.wikipedi.org/wiki/Punjabi).
1
pemukiman mereka tersebar di berbagai sudut kota. Walaupun suku bangsa Punjabi datang tidak secara berkelompok, hal ini tidak membuat mereka terpecah belah melainkan membentuk hubungan yang baik guna mempererat atau memperkuat hubungan antarsesama suku seperti halnya suku bangsa Punjabi di Kota Medan.
Menurut Lubis (2005:140) suku bangsa Punjabi telah ada di Kota Medan sejak pertengahan abad ke 19. Lebih lanjut Lubis menjelaskan bahwa kebanyakan mereka datang dengan tujuan berdagang, ada juga yang bekerja sebagai penjaga rumah ataupun gudang dan pengawas bagi orang-orang belanda pada zaman perkebunan tembakau dibuka. Di Kota Medan suku bangsa Punjabi juga tersebar keberbagai wilayah seperti Marelan, Marendal, Polonia, Tengku Umar, dan Sari Rejo. Di Kota Medan suku bangsa Punjabi yang paling banyak berdomisili di wilayah Sari rejo.
Penduduk suku bangsa Punjabi di Kota Medan sangat sedikit jika dibandingkan dengan suku bangsa Melayu, Minang, Batak, Tionghoa atau lainnya. Hal tersebut membuat suku bangsa Punjabi tinggal dan menetap secara mengelompok dan memperkuat identitasi maupun tradisi budaya mereka. Suku bangsa Punjabi mempunyai solidaritas yang sangat kuat sehingga mereka tetap eksis dalam berbagai kegiatan di Kota Medan seperti dalam bidang ekonomi, pendidikan dan keagamaan (Veneta,1998:37).
Medan. Kesuksesan ini dapat dilihat dari berdirinya toko-toko sport yang sudah ditekuni sejak tahun 1930-an. Hingga saat ini telah ada kurang lebih 20 toko sport di Kota Medan yang pemiliknya berasal dari suku bangsa Punjabi. Dalam bidang pendidikan, suku bangsa Punjabi membuka tempat-tempat kursus bahasa Inggris yang dibuka untuk umum. Sedangkan dalam bidang keagamaan suku bangsa Punjabi sangat taat terhadap ajaran yang dianutnya yaitu ajaran sikh (Veneta,1998:37).
Secara harafiah sikh dapat diartikan sebagai murid atau pengikut. Orang sikh adalah murid dari pendiri mereka yaitu Guru Nanak dan para pengikut ajarannya.2
Suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh tidak menghilangkan jati dirinya. Hal ini disebabkan mudahnya mereka untuk dikenal melalui sorban
Ajaran sikh merupakan bagian dari agama Hindu yang didirikan pada abad ke-16 di Punjab. Guru Nanak merupakan pembawa ajaran sikh. Guru Nanak mengambil yang terbaik dari agama Hindu dan Islam selanjutnya menggabungkan kedua agama tersebut, sehingga terbentuk ajaran sikh. Dari kedua agama tersebut, ajaran sikh mengikuti sisi teologi dari agama Islam yaitu tentang keyakinan satu Tuhan serta percaya kepada Allah Yang Maha Esa dan melarang penggunaan berhala. Selain itu, ajaran sikh mengikut i sisi ritual dari agama Hindu yaitu pengaruh tradisi Hindu yang sangat kental.
3
2
Guru Nanak seorang yang pada asalnya beragama Hindu tradisional, dia yang
menggabungkan ciri-ciri agama Hindu dan Islam menjadikan ajaran sikh yang percaya kepada adanya satu Tuhan. Ada 9 pengikut ajaran Guru Nanak yaitu; Guru Angad Dev, Guru Amar Das,
Guru Ram Das, Guru Arjun Dev, Guru Har Gobind, Guru Har Rai, Guru Har Krishan, Guru Tegh
Bahadur dan Guru Gobind Singh.
3
Sorban merupakan Penutup kepala pada kaum laki-laki suku bangsa Punjabi.
ada yang berwarna biru4, putih5 dan hitam6
Umumnya suku bangsa Punjabi di Kota Medan menganut ajaran sikh. Dalam ajaran sikh, suku bangsa Punjabi mempunyai sub organisasi sosial di dalam Gurdwara (sebagai organisasi sosial induk) yaitu sukhmani. Sukhmani memiliki berbagai kegiatan yang terkait dengan ajaran Sikh. Sukhmani merupakan kegiatan pembacaan ayat-ayat suci untuk mencapai kehidupan yang lebih baik yang diikuti kaum ibu-ibu. Adapun tujuan dari sukhmani ini untuk mempererat silaturahmi antar-anggota sesama suku bangsa Punjabi khususnya yang menganut ajaran sikh. Sukhmani dilakukan setiap hari jumat di Gurdwara. Kaum ibu-ibu , sedangkan untuk warna-warna lain hanya sebagai selera saja. Sorban ini harus dipakai sebagai bagian praktek ajaran kepercayaan yang sangat penting.
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai suku bangsa, dimana semuanya dapat disebut sebagai suku bangsa minoritas. Kota Medan terletak di daerah Melayu, namun budaya Melayu tidak menjadi budaya dominan karena masing-masing suku bangsa lainnya mempertahankan identitasinya. Bahkan dalam memperkuat identitasi tersebut masing-masing suku bangsa mendirikan suatu organisasi yang bercirikan suku bangsanya. Sebagai contoh, dalam mempertahankan identitasi suku bangsa Punjab, mereka saling mempererat hubungannya di dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai aktivitas keagamaan atau aktivitas sosial.
4
Sorban biru menggambarkan pikiran yang luas seperti langit, tidak ada tempat untuk
prasangka.
5
Sorban putih menggambarkan orang suci yang menempuh kehidupan sebagai teladan. 6
sukhmani ini juga membahas keperluan-keperluan barang yang dibutuhkan dalam Gurdwara.
Suku bangsa Punjabi juga mempunyai kegiatan-kegiatan yang menganut ajaran sikh, seperti memperingati “hari guru” dan samelan. Samelan merupakan suatu bentuk acara seperti kegiatan belajar guna memperdalam ajaran sikh yang ditujukan terhadap kaum muda-mudi. Samelan ini mempunyai bagi kelompok kelas yaitu Maitis dan Jetha serta dalam pelaksanaan kegiatan ini mempunyai kriteria anggota dari 5 tahun sampai belum menikah. Maitis terdiri dari satu kelas dan mereka mempelajari sekaligus mengenal para guru (pahlawan) melalui cerita-cerita dan gambar, sedangkan jetha terdiri dari beberapa kelas yang ditentukan oleh guru mereka. Jetha mempelajari cara menggunakan benda-benda yang dianggap suci di dalam Gurdwara, contohnya cara menggunakan buku besar, cara mengucapkan doa sembahyang dan lain-lain. Biasanya setiap hari sabtu muda-mudi kumpul jam 5 sore di Gurdwara7
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penting untuk mengkaji pelaksanaan kegiatan samelan sebagai salah satu kegiatan keagamaan suku bangsa Punjab di Kota Medan. Kegiatan tersebut diperuntukkan bagi kaum muda-mudi untuk mewujudkan tanda eksistensi suku bangsa Punjabi dari heterogenitas masyarakat Kota Medan selain sebagai wujud eksistensi ajaran sikh
untuk memperdalam ajaran yang mereka anut. Hal ini dapat diketahui sebagai pendidikan di luar sekolah karena mereka tidak mendapatkan pendidikan agama di sekolah.
7
Gurdwara adalah sebutan tempat ibadah bagi yang menganut ajaran sikh (sering disebut
dihadapan ajaran-ajaran lainnya. Di samping itu, juga sebagai wujud pelestarian budaya suku bangsa Punjabi di luar daerah asalnya.
1.2 Ruang Lingkup Permasalahan
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud samelan sebagai kegiatan dalam pemahaman dan pelestarian ajaran sikh, serta menyatuhkan suku bangsa Punjabi dan mengespresikan kehadirannya di tengah-tengah heterogenitas masyarakat Kota Medan ? Permasalahan ini dituangkan ke dalam 4 (empat) pertanyaan penelitian yakni:
1. Apa yang mendasari dilaksanakan samelan ?
2. Siapa saja yang terlibat dan bagaimana syarat-syarat keterlibatan dalam kegiatan samelan ?
3. Bagaimana proses pelaksanaan samelan ?
4. Kepentingan apa saja yang dicerminkan dari kegiatan samelan tersebut ?
1.3 Lokasi Penelitian
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang kegiatan yang terkait dengan ajaran sikh, khususnya pada kaum muda-mudi yang disebut dengan samelan. Lebih rincinya menggambarkan tentang apa yang mendasari dilaksanakan samelan, siapa saja yang terlibat dan bagaimana syarat-syarat keterlibatan dalam kegiatan samelan, bagaimana proses pelaksanaan samelan, kepentingan apa saja yang dicerminkan dari kegiatan samelan tersebut.
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis. Secara akademis dapat menambah pemahaman tentang wujud samelan sebagai kegiatan dalam pemahamandan pelestarian ajaran sikh, khususnya pelaksanaan kegiatan samelan yang dilihat dari sudut pandang penelitian Antropologi. Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat berbagai kebijakan yang terkait dengan suku bangsa Punjabi ataupun yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan samelan di Kota Medan.
1.5 Tinjauan Pustaka
Fenomena perpindahan penduduk sudah sejak dahulu kala dan bukan suatu hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Dari hasil penelitian Naim (1984:9) bahwa ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai mobilitas perpindahan yang cukup tinggi seperti halnya orang Minangkabau, Banjar, Bugis, dan Batak. Di tempat yang baru, orang pendatang akan beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak menghilangkan budayanya dengan sendirinya.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ermansyah (2005:25) bahwa keberadaan seseorang atau sekelompok orang di tempat yang baru dengan latar sosial budaya yang berbeda mewujudkan 3 (tiga) proses sosial yang saling berkaitan yaitu:
Pertama, pengelompokan kembali di dalam latar belakang sosial budaya yang baru. Proses ini merupakan proses penting dalam hubungannya dengan proses adaptasi atau adanya kecenderungan dari seseorang atau sekelompok orang untuk tetap berhubungan dan menetap bersama warga kelompok asalnya di tempat yang baru. Kedua, proses rekonstruksi sejarah kehidupan yang baru terbentuk. Hal ini memiliki arti yang sangat berbeda bagi seseorang atau sekelompok orang, karena latar belakang budaya yang berbeda dengan latar budaya dimana mereka menjadi bagian sebelumnya. Ketiga, proses rekonfigurasi ’proyek-proyek” etnik mereka. Seseorang atau sekelompok orang yang berbeda di tempat baru akan meyusun kembali dan menegaskan identitasi kelompok atau kebudayaannya.
Perubahan konteks atau latar sosial budaya menimbulkan kesadaran seseorang atau sekelompok orang untuk menegaskan kembali asal usul dan identitasi kebudayaannya. Hal ini menunjukkan suatu proses reproduksi kebudayaan yang dapat dipahami dari 3 (tiga) aspek (Abdullah dalam Ermansyah, 2005:26), yaitu:
seseorang atau sekelompok orang akan dikaji untuk melihat sistem kosmologis dalam rangka menjelaskan bentuk-bentuk reproduksi kebudayaan. Kedua, aspek evaluatif, yang merupakan standar nilai yang masih direproduksi dan digunakan untuk menilai kehidupan di tempat yang baru. Hal ini mengarah kepada analisis norma-norma dan nilai-nilai yang masih berperan di dalam kehidupan seseorang atau sekelompok orang, meskipun di dalam latar sosial budaya yang berbeda. Aspek evaluatif sangat penting diperhatikan karena berkaitan erat dengan pemberian makna terhadap suatu kehidupan. Ketiga, aspek simbolik, yang merupakan bentuk-bentuk ekspresi kebudayaan yang dapat dilihat dari berbagai upacara dan kegiatan yang berlangsung. Keberadaan berbagai upacara dan kegiatan kebudayaan tersebut merupakan tanda penting dari pelestarian kebudayaan. Secara langsung, hal tersebut menjelaskan bentuk-bentuk reproduksi kebudayaan yang diwujudkan seseorang atau sekelompok orang di dalam latar sosial budaya yang berbeda.
tertentu, dan kedua, mengaitkan sistem-sistem itu pada struktur sosial dan proses-proses psikologis.
Secara umum kebudayaan berada dalam pikiran manusia yang didapat dari proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan yang berasal dari pengalaman individu atau masyarakat yang pada akhirnya terorganisir dalam pikiran individu atau masyarakat tersebut. Geertz (dalam Kuper, 1999:98) juga menjelaskan kebudayaan adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya; suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan mengembangkan pengetahuan dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan; suatu kumpulan peralatan simbolik untuk mengatur prilaku, sumber informasi yang ekstrasomatik.
Sebagai sistem budaya, ajaran sikh merupakan jaringan makna-makna yang dirajut oleh suku bangsa Punjabi. Dalam hal ini, jaringan makna-makna yang dirajut suku bangsa Punjabi di luar daerah asalnya yakni di Kota Medan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seperti pelaksanaan kegiatan samelan. Berbagai aktivitas tersebut sesunggungnya merupakan simbol yang bermakna bagi suku bangsa Punjabi khususnya kaum muda-mudi di Kota Medan.
unsur yakni simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar dari semua makna simbolik. Makna yang melibatkan simbolik dan rujukan tersebut makna referensial. Walaupun penting makna referensial, namun tidak terlalu jauh mengarahkan pada suatu makna kebudayaan. Makna referensial hanya mulai menggores permukaan makna yang disandikan dalam simbol-simbol yang digunakan masyarakat. Untuk lebih memahami makna dari suatu simbol, maka harus dilihat kontekstual yang menyertainya.
Dengan demikian, kegiatan samelan yang dirajut di dalam Gurdwara merupakan salah satu simbol bagi ajaran sikh yang diekspresikan guna mewujudkan suatu identitasi yang membedakan dengan suku bangsa lainnya. Menurut kamus etimologi Van Dale (dalam Nainggolan 2006:7) identitasi berasal dari kata Latin ‘identitasi’ yang artinya sama dengan dirinya sendiri. Identitasi mempunyai dua pengertian. Pengertian yang pertama adalah pengertian akan kesamaan absolut. Dengan demikian, orang dapat melihat kesamaan dalam mempersatukan diri mereka. Pengertian yang kedua adalah keunikan kelompok etnik tertentu yang membuat mereka berbeda dari kelompok lain. Keunikan kelompok merupakan unsur identitasi kelompok yang istimewa.
Kegiatan samelan yang dilaksanakan oleh suku bangsa Punjabi di Kota Medan merupakan suatu identitasi yang dibawa oleh suku bangsa Punjabi yang berada di Malaysia. Hal tersebut direproduksi sesuai nilai yang masih dipertahankan sebagai aktivitas simbolik ajaran sikh. Sekaligus sebagai wujud pelestarian ajaran sikh maupun mempertahankan identitasi suku bangsa Punjabi di lingkungan yang baru, seperti halnya di Kota Medan.
Adapun kegiatan-kegiatan kebudayaan yang masih dilakukan suku bangsa Punjabi antara lain; upacara kematian, kelahiran dan perkawinan serta sebagai sarana komunikasi suku bangsa Punjabi dengan Guru, leluhurnya. Selain itu suku bangsa Punjabi juga tetap mempertahankan tari-tarian dari daerah asalnya, pakaian yang digunakan di dalam Gurdwara sebagai bentuk identitasi sukunya. Dalam hal ini, kepercayaan dan kebudayaan suku bangsa Punjabi saling terkait dan saling mendukung. Kenyataan tersebut dikuatkan oleh pendapat Geertz (1992:4) bahwa simbol-simbol sakral berfungsi mensintesiskan suatu etos bangsa yaitu nada, ciri dan kualitas kehidupan, moral dan gaya estetis.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Tipe penelitian
sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu dari berbagai buku ilmiah, jurnal, media massa serta internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi tanpa partisipasi.8
8
Observasi tanpa partisipasi adalah si peneliti atau si pengamat melakukan pemeriksaan tanpa melibatkan diri dengan yang diamatinya. Dalam hal ini si peneliti bertindak sebagai orang luar yang melihat gejala yang diamati tersebut dengan menggunakan kacamata atau referensi dengan standard tertentu (seorang peneliti/ahli ilmu social misalnya dengan menggunakan konsep dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian).
Dalam observasi tanpa partisipasi, peneliti hanya mengamati dari luar tanpa melibatkan diri dalam segala kegiatan sosial suku bangsa Punjabi. Observasi tanpa partisipasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan pada saat samelan. Dapat dilihat benda-benda apa saja yang ada di dalam Gurdwara, cara berpakaian para anggota samelan, benda-benda apa yang digunakan pada saat kegiatan samelan, cara berkomunikasi antara anggota samelan dengan guru begitu juga dengan sesama anggota samelan dan memutar ulang video pasa saat acara samelan. Hasil pengamatan dituangkan ke dalam catatan lapangan. Hal tersebut dapat memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang sudah diberikan informan di lapangan.
Informan pangkal adalah orang yang pertama sekali ditemui di lapangan. Dalam hal ini, informan pangkal yakni pengurus Gurdwara. Informan kunci atau pokok adalah orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai permasalahan yang diteliti yang dalam hal ini yakni Guru, pengurus Gurdwara, panitia samelan, dan orang tua dari kaum muda-mudi, sedangkan informan biasa adalah kaum muda-mudi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan samelan. Jumlah informan akan ditentukan di lapangan. Dalam penelitian, jika seluruh informasi yang dibutuhkan belum lengkap maka pencarian informan berlangsung dan jika informasi sudah lengkap maka pencarian informan dihentikan.
memperlancar proses wawancara, terlebih dahulu dibangun hubungan baik dengan informan. Dalam hal ini, peneliti membangun hubungan dengan informan dengan cara datang berkunjung ke rumah untuk menjalin hubungan yang lebih baik dan mengikuti beberapa kegiatan sehari-hari dari para informan.
1.6.2 Teknik Analisa data
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KOTA MEDAN DAN
SUKU BANGSA PUNJABI
2.1. Heterogenitas Masyarakat Kota Medan
Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia setelah merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian Barat dan sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisat dataran tingg Di samping itu, Kota Medan juga sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka. Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan
bentuk kota metropolitan. Sebagai hari lahir Kota Medan adalah 1 Juli 15909
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Kota Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan suku bangsa , sampai saat sekarang ini usia Kota Medan telah tercapai 419 tahun.
perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan suku bangsa Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan suku bangsa Jawa sebagai kuli perkebunan. Suku bangsa Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan suku bangsa Mereka datang ke Kota Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi
Keanekaragaman suku bangsa di Kota Medan terlihat dari jumlah Penduduk Kota Medan sekarang ialah keturunan memiliki populasi suku bangsa Tionghoa cukup banyak. Secara historis, pada tahun
9
409 orang berketurunan berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.
Tabel 1
Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000 Suku bangsa Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000
Jawa 24,9% 29,41% 33,03%
Sumber: 1930 dan 1980: Sumut
Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai salah satu suku bangsa, namun total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak, (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93%.
Adapun jumlah penduduk Kota Medan yang sampai saat ini diperkirakan berjumlah 2,083 juta lebih, dan diproyeksikan mencapai 2,167 juta penduduk pada tahun 2010, ditambah beban arus penglaju juga menjadi beban pembangunan yang harus ditangani secara terpadu dan komprehensif. Di samping itu, pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, sangat diperlukan pada masa datang.
Tabel 2
Komposisi Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Biasanya pengusaha di Kota Medan banyak yang menjadi pedagang
komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh suku bangsa Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh suku bangsa Mandailing, Batak. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh suku bangsa Minangkabau, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3
Komposisi Suku Bangsa Berdasarkan Profesional
Suku Bangsa Pengacara Dokter Notaris Wartawan
36,8% 20,6% 29,7% 37,7%
kalangan suku bangsa Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati.
2.2. Sejarah Kedatangan Suku Bangsa Punjabi di Kota Medan Khususnya di
Sari Rejo
Suku bangsa Punjabi yang berasal dari daerah Amritsar dan Jullundur di kawasan Punjab-India Utara sudah ada di Indonesia dan telah menyebar ke berbagai daerah, seperti halnya di Sumatera Utara. Datangnya suku bangsa Punjabi dalam jumlah yang cukup besar, sehingga sekarang menetap dan membentuk suatu komunitas di berbagai wilayah di Sumatera Utara.
Sejarah kedatangan suku bangsa Punjabi di Sumatera Utara mempunyai dua versi. Versi pertama menyatakan bahwa kedatangan suku bangsa Punjabi ke Sumatera Utara dimulai pada akhir abad ke 19, untuk bekerja sebagai buruh kontrak pada perkebunan tembakau raya milik Belanda (Sandhu dan Mani 1993:85). Lebih lanjutnya, Veneta (1998:23) juga menjelaskan bahwa suku bangsa Punjabi yang datang ke Indonesia khususnya ke Sumatera Utara adalah para pria yang belum menikah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan bekerja di perkebunan milik Belanda.
perkebunan. Hal ini disebabkan, karena sistem yang digunakan adalah sistem kontrak. Setelah masa kontrak mereka habis, para buruh dapat menentukan hidup mereka sendiri dan ada juga membuat pilihan untuk tetap tinggal di Sumatera Utara atau kembali ke negara asal mereka. Banyak di antara mereka kembali ke negara asalnya dan menikah dengan wanita satu sukunya. Banyak juga di antara mereka yang merasa betah tinggal di Indonesia, sehingga dari antara mereka kembali lagi ke Indonesia dengan membawa keluarga dari negara asalnya.
Versi kedua menyatakan bahwa kedatangan suku bangsa Punjabi ke Sumatera Utara dimulai sejak abad ke 18 melalui Aceh atau Sabang, dengan tujuan berdagang dan selanjutnya menetap dan menyebar di berbagai tempat di Sumatera Utara. Penyebaran suku bangsa Punjabi di Sumatera Utara di antaranya di Kota Medan, Pematang Siantar, Tebingtinggi, Kisaran, Binjai dan lain sebagainya. Di Kota Medan, suku bangsa Punjabi menyebar ke berbagai wilayah seperti halnya di Sari Rejo (Wawancara, Tanggal 7 Maret 2010).
Belanda memberi tanah kepada suku bangsa Punjabi khususnya yang memelihara sapi. Dengan persyaratan yaitu suku bangsa Punjabi yang memelihara sapi harus memberi susu sapi ke orang Belanda dan ke rumah sakit Elisabet. Rumah sakit Elisabet merupakan rumah sakit yang pertama didirikan oleh Belanda di Kota Medan (Wawancara, Tanggal 7 Maret 2010). Tanah yang diberikan Belanda itu juga dekat dengan lokasi rumah sakit tersebut yakni Sari Rejo.
Pada tahun 1940-an, Sari Rejo merupakan lahan kosong dan masih ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Oleh karena itu, Belanda memberikan lahan kosong ini untuk ditempati suku bangsa Punjabi dan juga memelihara sapi. Dari kemampuan berternak sapi inilah yang membuat kalangan suku bangsa Punjabi dapat tinggal di daerah dekat dengan perkotaan seperti Sari Rejo. Hal ini dikarenakan pada masa penjajahan Belanda, suku bangsa Punjabi yang berternak sapi dengan mudah mengantarkan susu sapi tersebut kepada orang Belanda yang umumnya tinggal di dekat daerah perkotaan. Inilah yang menyebabkan suku bangsa Punjabi dapat tinggal di kawasan perkotaan.
pengaruh islam sangat besar. Dapat dilihat dari kemiripan bentuk tempat ibadah yang sama-sama menggunakan kubah dan juga dalam memasuki rumah ibadah harus dalam keadaan bersih dan menggunakan penutup kepala (Wawancara, Tanggal 10 April 2010).
Sementara dari identitasi namanya, pria Punjabi dapat dengan mudah dikenal karena menggunakan kata “singh” di belakang namanya, sedangkan wanita Punjabi menggunakan kata “kaor” di belakang nama mereka. Dalam menggunakan tanda pengenal pria Punjabi lebih banyak memakainya dari pada para wanita Punjabi. Keberadaan tanda pengenal ini tidak banyak diketahui suku bangsa lainnya, sehingga muncul anggapan bahwa kata singh di belakang nama seorang pria India adalah marga.
Kelurahan Sari Rejo terdiri dari 9 (sembilan) lingkungan. Setiap lingkungan terdiri dari berbagai suku, salah satunya adalah suku bangsa Punjabi. Di antara kesembilan lingkungan ini, suku bangsa Punjabi lebih dominan berada di lingkungan 4, 5 dan 6. Hal ini disebabkan, pada zaman dahulu para nenek moyang mereka sudah tinggal di tempat tersebut.
2.3. Sejarah Singkat Gurdwara Sari Rejo
1. Gurdwara Nanak Dev Ji atau Central Sikh Temple yang berada di jalan Karya Murni.
2. Gurdwara Tegh Bahadur yang berada di jalan Polonia.
3. Gurdwara Perbandhak yang berada di jalan Zainul Arifin simpang jalan Tengku Umar.
4. Gurdwara Shree Guru Arjundev ji yang berada di Jalan Mawar Sari Rejo. Gurdwara ini merupakan Gurdwara (kuil) terbesar di Indonesia.
Gurdwara yang ada di Sari Rejo didirikan pada tahun 1953 di atas lahan kosong yang dibangun atas kerja sama, dan kekompakan antar sesama suku bangsa Punjabi yang ada di Kota Medan. Dulunya Gurdwara dibangun hanya berupa tepas-tepas dan sangat kecil. Lambat laun Gurdwara ini diperluas karena jumlah suku bangsa Punjabi semakin banyak. Kerja sama yang dilakukan para jemaat sikh berhasil mengumpulkan sepetak demi sepetak tanah hingga akhirnya terkumpul satu hektar tanah. Dengan gotong royong pula jemaat sikh berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 3.5 miliar untuk memindahkan sekaligus memugar Gurdwara menjadi megah.
Bentuk bangunan yang nampak seperti masjid ini mengikuti bentuk Gurdwara di India sebagai asal suku sikh itu sendiri.
Kemegahan itulah yang tampak pada Gurdwara Shree Guru Arjundev Ji yang terletak di Sari Rejo. Di bagian depan bangunan ini tampak lukisan Guru Arjundev dengan memakai kostum prajurit. Guru Arjundev adalah satu dari kesepuluh guru besar dalam ajaran sikh. Di dalam Gurdwara nampak hamparan karpet lembut di lantai yang memberi kesan nyaman kepada jemaat yang beribadah. Begitu juga dengan 10 unit kipas angin terpasang di tiap tiang Gurdwara. Tampak pula di sana sebuah altar10 kubah kecil tempat kitab suci sikh, yang disebut dengan Guru granth sahib yang langsung didatangkan dari India, yang dilengkapi dengan pernak pernik di sekelilingnya. Adapun guna dari pernak pernik tersebut agar Guru granth sahib terlihat indah. Di sebelah kiri altar terdapat level11
Kemegahan lainnya dari Gurdwara, tampak dilihat dari lampu kristal besar yang tergantung di bagian tengah di bawah darbar utama. Lampu kristal tersebut didatangkan langsung dari Chekosloavia dengan harga Rp. 78 juta pada tahun 2003. Begitu pula pada satu sisi dinding terpampang logo sikh dan aksara Hindi, ‘Ik Kwuangkar’ yang berarti ‘Tuhan itu Satu’ dalam ukuran besar. Empat tempat pendeta dan pemusik saat melaksanakan ritual keagamaan. Begitu juga dengan dua podium di kiri-kanan altar. Podium di sebelah kanan altar adalah tempat kue berkah yang mana setelah ibadah selesai, guru dan pengurus Gurdwara membagi kue tersebut kepada para jemaat.
10
Altar adalah tempat suci yang dijadikan sebagai tempat Guru Granth Sahib yang berada
di depan berada di tengah-tengah darbar atau tempat ibadah.
11
pintu yang ada menunjukkan simbol bagaimana sikh dengan ajaran keterbukaannya. Adapun simbol atau lambang dari ajaran sikh disebut dengan Khenda Kerpan Perisai yang artinya bahwa pada saat berperang para guru menggunakan alat seperti pedang dan penangkisnya. Di setiap pintu terdapat kotak sumbangan sebagai rasa syukur jemaat setiap selesai memasuki Gurdwara untuk beribadah. Keluar dari pintu kanan, akan menuju langger atau tempat makan. Bangunan langger ini digunakan jemaat untuk menikmati menu vegetarian sebagai ajaran dari sikh itu sendiri.
Gambar I
Gurdwara Sikh di Sari Rejo
Gurdwara harus benar-benar bersih, hal ini dilakukan oleh setiap umat yang menganut ajaran sikh saat memasuki tempat ibadah.
2.4. Sistem Mata Pencaharian
Pekerjaan yang ditekuni suku bangsa Punjabi di Kota Medan yaitu beternak sapi perah, membuka toko sport dan kursus bahasa Inggris, yang sekalian juga menjadi guru privat les bahasa Inggris. Ketiga jenis mata pencaharian ini merupakan pekerjaan yang ditekuni secara turun temurun dan merupakan keahlian mereka. Meskipun banyak juga di antara suku bangsa Punjabi yang menggeluti profesi lain seperti dokter, dosen, akuntan dan lain sebagainya (Lubis, 2005:146).
Beternak sapi perah merupakan sistem mata pencaharian yang pertama ditekuni oleh suku bangsa Punjabi, setelah mereka tidak bekerja lagi sebagai buruh di perkebunan milik belanda. Pekerjaan ini ditekuni mereka sebagaimana kebiasaan di daerah asalnya dan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan susu dan minyak sapi. Peternak sapi perah ini menjual susu sapi tersebut ke rumah sakit negri, swasta, pabrik, sesama suku bangsa Punjabi dan suku bangsa lain juga yang membutuhkan dan minyak sapi tersebut berguna untuk campuran dalam makanan yang dibuat dalam Gurdwara dan untuk minyak membakar jenazah suku bangsa Punjabi yang meninggal dunia.
di hutan, resiko ternak mati, dicuri, sakit dan biaya pengobatan, jumlah susu berkurang karena kurangnya rumput. Dengan hal ini, suku bangsa Punjabi tidak banyak lagi yang menekuni jenis usaha ini karena lahan untuk beternak sapi sudah sangat sedikit dan juga disebabkan oleh banyaknya resiko-resiko.
Lokasi-lokasi pemukiman suku bangsa Punjabi yang masih bekerja memelihara ternak sapi antara lain ada di kawasan Percut Sei Tua, di kawasan Sari Rejo. Pada masa sekarang ini, banyak suku bangsa Punjabi tidak lagi langsung memelihara sapi. Hal ini disebabkan, sulitnya mereka mendapat surat izin dari pemerintah sehingga para pemilik sapi perah ada yang menjual sapinya dan ada juga yang menitip kepada orang lain.
sampai sekarang di Kota Medan. Tabel di bawah ini adalah nama sejumlah toko sports yang ada di Kota Medan, yang sebagian besar dimiliki oleh suku bangsa Punjabi.
Tabel 4
Toko Sports milik suku bangsa Punjabi di Kota Medan No Nama Toko Nama
1969 Medan Punjabi Jl Palangkaraya 6 Gajahmada
Sports
Hrnam Singh
1978 Punjabi Jl Palangkaraya 7 Gajah Mada Toli 1997 Punjabi Jl Palangkaraya 8 Anil Sports Anil 1982 Bamen Kesawan 9 Sibal Sports Sibal 1984 Bamen Kesawan 10 Olympic Sports Amrick
Singh
1985 Surabaya Jl Palangkaraya 11 Sejahtera
1992 Punjabi Jl Palangkaraya
Sumber : Veneta 1998 (Toko Sport Orang Punjabi)
maju, karena mereka diakui dan dipercayai oleh masyarakat untuk mengajar bahasa Inggris dengan baik (Fachria, 2002:54). Usaha ini sangat menguntungkan bagi mereka, dapat dilihat dari jumlah siswa-siswinya yang belajar di kursus tersebut seperti kursus bahasa Inggris yang dibuka di jalan serdang yang bernama Standart English Course dan di jalan Iskandar Muda yang bernama Tropica.
Selain ketiga bidang usaha tersebut, suku bangsa Punjabi juga menekuni pekerjaan dalam bidang seperti pegawai swasta, satpam, dokter, dan tukang jahit dan lain sebagainya. Suku bangsa Punjabi sering melibatkan anggota keluarganya dalam usahanya, karena mempunyai beberapa usaha sekaligus. Hal ini membuat, di antara sesama suku bangsa Punjabi terjalin hubungan kerja sama dengan syarat dapat menguntungkan kedua belah pihak.
Suku bangsa Punjabi di daerah Sari Rejo, pada umumnya menekuni pekerjaan di bidang beternak sapi perah sampai mendapatkan susu untuk dijual. Suku bangsa Punjabi tersebut menjual susu kepada sesama Punjabi dan kepada suku bangsa lain yang mengkonsumsi susu sapi. Penduduk setempat menyebut mereka sebagai “orang Benggali” atau sebutan “susu Benggali” untuk produk susu yang mereka jual.
2.5. Sistem Religi dan Bahasa
2.5.1. Sistem Religi
Eropa. Dengan munculnya ajaran ini menyebabkan timbulnya gerakan bakti di India. Gerakan bakti mengajarkan bahwa etika pribadi merupakan inti dari agama dan tempat untuk bersembahyang atau untuk memuja Tuhan itu tidak berarti. Ajaran sikh mengenal konsep satu Tuhan dengan sepuluh orang guru yang mengajarkan ajaran sikh kepada umat sikh lainnya (Veneta, 1998:35)
Guru pertama ajaran sikh adalah Guru Nanak, dan Guru Nanak ini telah membuat tiga prinsip utama dalam ajaran sikh yaitu kiri kero yang artinya setiap seorang sikh harus bekerja mencari nafkah dengan jalan halal, nam jago artinya disepanjang hari setiap orang sikh harus menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa dan wand shako artinya setiap suku bangsa Punjabi harus memberi sedekah kepada sesama manusia. Guru terakhir adalah Guru Gobind Singh, yang mana Guru Gibind Singh mendirikan persaudaraan kaum yang disebut khalsa atau sering disebut babtisan. Bagi mereka yang sudah dibabtis harus mengikuti aturan sebagai berikut:
1. Kesh maksudnya rambut tidak dipotong yang melambangkan kerohanian, 2. Kangha maksudnya sebuah sisir dirambut melambangkan ketertiban dan
disiplin,
3. Kirpan maksudnya sebuah pedang menggambarkan martabat, keberanian dan rela berkorban,
5. Kachs maksudnya celana pendek sebagai pakaian dalam yang secara tidak langsung memperlihatkan kesederhanaan untuk melambangkan pengendalian moral (Wawancara, Tanggal 10 Oktober 2009).
Setiap hari minggu suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh, melaksanakan ibadah di Gurdwara. Mereka berkumpul di darbar, dalam darbar juga disediakan golak (tempat uang amal) sebanyak 2 (dua) buah. Nantinya hasil dari tempat uang amal tersebut akan digunakan oleh pengurus Gurdwara untuk keperluan dan perlengkapan Gurdwara. Golak-golak ini diletakkan di 2 (dua) tempat yang berbeda yaitu, satu untuk darbar kecil dan satu untuk darbar besar.
Dalam memasuki ruangan tersebut, mereka harus terhindar dari sesuatu yang tidak suci, misalnya orang yang sedang haid atau orang yang belum membersihkan diri setelah melakukan hubungan suami istri. Orang-orang yang masih dalam keadaan kotor tersebut dilarang masuk dan memegang Guru granth sahib karena Guru granth sahib itu suci. Banyak di antara suku bangsa Punjabi tidak menyediakan ruangan khusus untuk sembahyang karena banyak di antara jemaat yang tidak bisa membaca Guru granth sahib, melainkan mereka hanya memutar tape untuk mendengar suara-suara guru yang berupa nyanyian–nyanyian sehingga mereka dapat mengikuti suara dari tape tersebut.
Berbagai ragam upacara keagamaan yang diadakan di Gurdwara, yang salah satunya bagian terpenting adalah membaca Guru granth sahib. Para pengusaha atau pembisnis suku bangsa Punjabi juga cukup taat menjalankan upacara-upacara sebagai permintaan doa demi kesuksesan usahanya. Kegiatan pembacaan ayat-ayat suci oleh sekelompok wanita untuk mencari kebahagiaan hidup yang disebut dengan sukhmani. Begitu juga dengan samelan yang dikhususkan kepada kaum muda-mudi guna untuk memperdalam ajaran sikh yang dianut oleh suku bangsa Punjabi.
Sesuai dengan budaya lama, maka perkawinan pada suku bangsa Punjabi dipengaruhi oleh sistem klen dan sistem kasta. Perkawinan pada suku bangsa Punjabi bersifat endogami klen, misalnya seseorang yang berasal dari kaum jebal12
Bahasa merupakan sistem pelembagaan manusia baik secara lisan maupun tulisan untuk berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya. Suku bangsa Punjabi umumnya menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, baik antarsesama suku bangsa Punjabi maupun dengan suku bangsa di luar suku bangsa Punjabi. Hal ini, membuat mereka berbaur dengan suku bangsa yang berbeda dengan suku bangsanya. Namun, sebagian kecil
atau dilon yang merupakan kasta tertinggi pada suku bangsa Punjabi harus menikah atau mencari pasangan dari kaum yang sama. Para golongan muda suku bangsa Punjabi menyatakan pendapat tersebut tidak dipegang atau diikuti lagi, tetapi mereka tidak menyangkal dalam mencarian teman hidup orangtua masih berperan penting. Hal ini disebabkan, para orang tua mencarikan jodoh pada anak mereka untuk menghindari agar anaknya tidak mencari jodoh sendiri, karena mencari jodoh sendiri menurut mereka belum tentu akan sesuai dengan kualitas anak mereka dan juga untuk menghindari perbedaan kasta. Seorang anak yang melanggar aturan orangtua biasanya akan dikucilkan oleh keluarganya.
2.5.2. Bahasa
12
Jedal atau Dilon (yang disebut dengan marga) merupakan kasta tertinggi bagi suku
suku bangsa Punjabi tersebut masih menggunakan bahasa Punjabi khususnya dikalangan para orang tua dan juga diajaran-ajaran tertentu seperti keagamaan, perkawinan, kematian dan kelahiran.
Penggunaan bahasa Punjabi pada generasi muda pada saat ini mengalami kesulitan dalam hal berkomunikasi secara aktif, tetapi sebagian besar mereka mengerti arti dari percakapan yang didengarnya. Namun dalam pengucapan, mereka mengalami kesulitan karena semakin bertambahnya jenis bahasa yang diketahui. Hal ini disebabkan oleh sifat berinteraksi orang Punjabi terhadap masyarakat sekitarnya yang sangat kuat. Dapat dilihat suku bangsa Punjabi mampu berbicara dengan bahasa masyarakat setempat atau bahasa lokal.
Bahasa Punjabi terdiri dari dua jenis, yaitu yang pertama yaitu bahasa Punjabi yang digunakan dalam kitab suci suku bangsa Punjabi yang mempunyai kedudukan yang lebih suci dan yang kedua adalah bahasa Punjabi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di antara kedua bahasa suku bangsa Punjabi, bahasa yang kedua ini mempunyai kedudukan yang lebih rendah. Bahasa Punjabi yang terdapat di dalam kitab suci memiliki aksara tertentu, dengan demikian tidak semua orang-orang dari suku bangsa Punjabi dapat membaca dan memahaminya. Aksara Punjabi yang terdapat di kitab suci tersebut memiliki tiga puluh lima konsonan dan dua belas vokal.
Punjabi memiliki logat yang sama di dalam berbahasa. Mereka berbahasa seperti sebuah irama dalam sebuah nyanyian (Veneta, 1998:24).
Untuk menjaga agar bahasa Punjabi tidak hilang, maka sekarang ini dibuka sekolah sikh milik suku bangsa Punjabi di Gurdwara Shree Arjundev Ji di Sari Rejo. Dimana setiap hari Sabtu, anak-anak diberikan pelajaran tentang ajaran sikh, tentang kebudayaan dan bahasa Punjabi. Hal ini, didukung para orang tua terhadap anak-anaknya karena muncul kekawatiran bahwa anak-anak muda sekarang enggan menggunakan bahasa Punjabi di lingkungannya.
Penggunaan bahasa Punjabi berkaitan erat dengan sistem religi, hal ini dapat dilihat dari simbol-simbol yang ada di dalam Gurdwara dan mantra-mantra yang berbahasa Punjabi dan sansekerta, mantra-mantra tersebut dilantunkan oleh seorang pendeta dalam berbahasa Punjabi, meskipun ada yang dialihkan ketulisan latin, hal tersebut dipakai pada nyanyian-nyanyian suci dengan tidak menghilangka n jati diri.
sehingga mereka cepat mengenal dan mempelajari bahasa masyarakat mereka tinggal.
Suku bangsa Punjabi yang berbahasa Indonesia mempunyai ciri khas yang dapat didengar dari logat (tutur kata) yang suara mereka terdengar berat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan dari suku bangsa Punjabi. Begitu juga dengan suku bangsa Punjabi yang ada di Sari Rejo, dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak lagi mengunakan bahasa Punjabi untuk berkomunikasi, melainkan menggunakan bahasa Indonesia dan bahkan di antara mereka ada yang mampu menggunakan berbahasa Jawa dan Batak.
BAB III
PELAKSANAAN SAMELAN PADA SUKU BANGSA PUNJABI
3.1. Latar Belakang Lahirnya Samelan di Sari Rejo
Pertambahan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan beranekaragamnya suku bangsa yang ada di Kota Medan, salah satunya adalah suku bangsa Punjabi. Suku bangsa Punjabi yang datang ke Kota Medan tinggal dan menetap bersama dengan orang yang berasal dari daerah asalnya atau dengan yang satu kelompok suku dengannya. Lambat laun jumlah mereka bertambah sehingga mereka mulai membentuk organisasi dalam ajaran sikh guna untuk mempererat hubungan antarsuku bangsa Punjabi dengan sesamanya.
Pada saat kegiatan-kegiatan ajaran sikh, biasanya yang berperan aktif adalah para orang tua sedangkan anak-anak atau muda-mudi ikut berperan tapi tidak terlalu aktif. Muda-mudi kurang mengetahui tentang ajaran-ajaran sikh dan budaya suku bangsa Punjabi secara mendalam. Hal ini disebabkan, bahasa yang digunakan dalam Gurdwara adalah bahasa Punjab, sedangkan muda-mudi tersebut tidak mengerti bahasa Punjab melainkan bahasa Indonesia. Akibatnya, salah satu dari orang tua mengusulkan agar dilaksanakan samelan di Kota Medan yang dikhususkan di Sari Rejo. Usulan tersebut diterima oleh para orang tua dan tokoh masyarakat dalam ajaran sikh, sehingga disepakati untuk melaksanakan kegiatan yang disebut dengan samelan.
sekolah para muda-mudi. Pendiri dari samelan adalah Dr. Charjit Singh. Samelan ini dilaksanakan di Kota Medan untuk memberikan pendidikan secara mendalam ajaran sikh kepada anak-anak maupun remaja dan orang tua yang ada di Kota Medan. Kegiatan ini sangat disambut hangat oleh para orang tua suku bangsa Punjabi guna untuk anak-anak mereka mendapat pengajaran mendalam mengenai ajaran sikh.
Melalui pelaksanaan kegiatan samelan, kebersamaan dan kekompakan suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh lambat laun semakin erat dan kuat. Dimana pelaksanaan samelan ini sudah 6 (enam) kali diselenggarakan oleh jemaat Sari Rejo. Pelaksanaan samelan diadakan pada tahun 2002, 2003 dan 2004 di daerah Sibolangit, tahun 2005 di daerah Rantau Parapat, tahun 2007 di daerah Sibolangit dan pada tahun 2008 di daerah Gundaling- Berastagi.
Para orang tua yang ada di Kota Medan khususnya di Sari Rejo juga mengharapkan bahwa dengan dilaksanakannya kegiatan samelan para muda-mudi dapat mengikuti dengan baik. Harapan orang tua juga agar muda-mudi terhindar dari larangan-larangan ajaran sikh seperti merokok, penyalahgunaan narkotika, obat-obatan terlarang, praktek seks bebas serta tindakan kriminal lainnya. Sehingga para muda-mudi yang mengikuti kegiatan samelan tidak hanya ikut-ikutan atau bermain karena berjumpa dengan teman-teman dan mendapat teman baru.
Melalui acara samelan dengan beberapa hari, diharapkan menjadi investasi masa depan, memberikan kesan yang baik dan berbekas bagi peserta betapa pentingnya pelatihan dalam hidup beragama yang lebih baik.
3.2. Persiapan Pelaksanaan Samelan
Sebelum pelaksanaan kegiatan samelan, terlebih dahulu dibentuk satu kepanitiaan yang bertanggung jawab pada saat pelaksanaan samelan. Kepanitiaan tersebut terdiri dari ketua panitia, bendahara, sekretaris dan juga seksi-seksi yang bertanggung jawab dengan tugas masing-masing. Untuk menjadi ketua panitia haruslah memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan. Adapun syarat tersebut yaitu harus taat beragama, tidak memotong rambut, berjenggot, sopan, bertanggung jawab penuh dan bersikap tegas pada anggota samelan. Pemilihan kepanitiaan tersebut dilaksanakan secara musyawarah oleh para jemaat yang menganut ajaran sikh.
Pemilihan ketua samelan memiliki perbedaan dengan pemilihan panitia yang akan bertanggung jawab atas pelaksanaan samelan. Perbedaan itu, terdapat pada persyaratan calon ketua yang dijelaskan di atas, sedangkan para panitia dilihat dari ketaatannya pada ajaran sikh dan bertanggung jawab pada tugas yang diembankan pada mereka. Dalam hal ini mereka juga harus memiliki kekompakan pada saat pelaksanaan samelan.
tinggal di sana selama mengikuti acara samelan dan sekaligus dapat menikmati pemandangan alam. Lokasi samelan yang dipilih oleh panitia yaitu di daerah Gundaling-Berastagi, yang dilaksanakan pada Desember 2008. Panitia juga yang menentukan biaya registrasi kepada para peserta yang ingin mengikuti acara samelan. Pada Desember 2008, panitian menentukan biaya registrasi 150.000/orang sedangkan kepada sewadar (tukang memasak/yang bekerja pada bagian dapur) dipungut biaya setengah dari biaya yang di tetapkan panitia.
Di lokasi tempat diadakannya samelan, panitia mendirikan tiang bendera (nerhan sahib) sebanyak 2 (dua) buah yakni tiang bendera merah putih yang menandakan samelan diadakan di Indonesia dan tiang bendera ajaran sikh yang berwarna kuning.
suara seperti piano dan dimainkan dengan cara menekan atau melepaskan pegangan jari pada alat musik. Apabila ditekan kuat dan bila dilepaskan maka tidak akan bersuara.
Tempat penginapan juga telah disediakan bagi para peserta. Begitu juga dengan langgar hall yaitu ruangan makan untuk para peserta dan disertai dengan dapur. Kebutuhan dapur disediakan seperti halnya peralatan logistik yang meliputi peralatan yang digunakan untuk makan, seperti sendok, piring, gelas, meja dan alat-alat memasak serta bahan-bahan makanan. Seluruhnya ini disediakan oleh panitia acara samelan, sedangkan orang yang bertugas untuk mengurus dapur atau memasak adalah orang-orang yang memang bersedia untuk memasak makanan bagi para peserta tanpa dibayar panitia. Para pemasak ini beramal.
Panitia juga menyediaan peralatan medis dan juga obat-obatan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bila ada peserta yang sakit saat pelaksanaan acara. Panitia juga menyediakan orang yang bertanggung jawab dalam tugasnya.
diberikan jemaat secara sukarela. Transport ini disebut dengan decorate dokar sedangkan guru yang membawa Guru granth sahib disebut guruji.
Di dalam darbar, telah disediakan palki (tempat Guru granth sahib) yang cantik dan dihiasi bunga, sehingga kelihatan indah dan menarik. Palki adalah tempat Guru granth sahib. Guru granth sahib ini juga ditutupi dengan menggunakan rumala. Rumala merupakan sebuah kain yang digunakan untuk menutup Guru granth sahib.
Panitia juga tidak lupa menempatkan security untuk menjaga tata tertib dan keamanan ketika acara samelan berlangsung. Security ini tidak di bayar melainkan orang yang mau beramal tanpa meminta imbalan. Suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh menyebutnya sewadar security.
Beberapa dari peserta samelan, 2 (dua) hari sebelum dibuka acara samelan sudah hadir di tempat lokasi. Hal ini dikarenakan, adanya peserta yang datang dari India, Malaysia, dan Jakarta agar dapat melepaskan rasa lelah atau istirahat. Sehingga pada saat acara pembukaan samelan seluruh peserta kelihatan sehat dan segar. Para peserta yang dari Medan, mereka hadir satu hari sebelum acara samelan dibuka.
3.3. Pelaksanaan Samelan
Pada tahap berikutnya dapat dilihat melalui lokasi tempat pelaksanaan acara samelan tampak ramai oleh para peserta yang akan mengikuti acara tersebut. mereka mulai memasuki ruangan tempat acara samelan dilaksanakan dan acara tersebut dimulai ketika Guru granth sahib tiba di tempat pelaksanaan samelan. Pada waktu Guru granth sahib memasuki lokasi samelan para peserta menyambut meriah dengan nyanyian sembari menabur bunga di sepanjang jalan yang dilalui Guru granth sahib saat menuju ke depan darbar.
Setelah Guru granth sahib tiba dan disambut dengan hangat oleh para peserta. Para peserta juga mengambil tempat duduk di dalam darbar. Disaat para peserta sudah berada dalam darbar maka panitia atau pemimpin acara berdiri di depan memberi kata sambutan dan memberi pengarahan kepada para peserta. Dalam kata sambutan tersebut panitia acara juga menjelaskan tentang tujuan diadakannya acara samelan tersebut yakni untuk mempererat hubungan antarsuku bangsa Punjabi dan juga memperdalam ajaran sikh. Seperti halnya yang diutarakan oleh ketua panitia samelan yaitu:
“Tujuan dari samelan ini dilaksanakan adalah untuk menjadi lebih baik, menjadi lebih kuat, dan merasakan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya (Wawancara, Tanggal 12 Maret 2010)”.
Lebih lanjutnya seorang informan juga menyatakan bahwa
Setelah panitia acara memberi kata sambutan dan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat samelan. Acara tersebut dilanjutkan dengan menyanyi. Mereka menyanyikan lagu-lagu pujian sambil diiringi musik.
Setelah itu, acara diakhiri untuk sementara untuk makan siang dan istirahat. Pada saat pengambilan makanan mereka harus antri untuk mengambil makanan setelah itu mereka mengambil tempat yang nyaman di dalam langgar hall untuk menyantap makanan. Pola makanan yang ditetapkan pada saat samelan yakni vegetarian.
Usai makan siang acara dilanjutkan kembali. Kegiatan berikutnya adalah jatha ice breaker yang merupakan suatu kegiatan untuk belajar. Kegiatan ini di laksanakan di dalam ruangan yang telah disediakan oleh panitia acara. Dalam acara ini para peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok orang dewasa dipisahkan dengan kelompok anak-anak agar mereka bisa diajari sesuai dengan kemampuan dan penangkapan mereka. mereka belajar dengan menggunakan modul. Modul yang telah disediakan tim pengajar.
Modul tersebut berisikan tentang ajaran sikh, guru-guru yang mempertahankan ajaran sikh, tentang aturan-aturan ajaran sikh, dan juga tentang pahala yang didapat jika taat beribadah. Hal ini ditegaskan oleh seorang informan yang mengatakan bahwa modul tersebut berisi tentang:
“Iya, dalam modul kita diajarkan kalau kita merokok apa akibatnya, kejelekan apabila kita menggunakan narkoba, dan apa pahala yang kita dapat jika kita beribadah dan kita tidak beribadah (Wawancara, Tanggal 12 Maret 2010)”.
Usai proses belajar selesai, waktunya bagi para peserta untuk mandi sore sebelum mereka melanjutkan acara berikutnya yaitu jatha kirtan. Acara ini merupakan acara untuk menyanyikan lagu pujian dan berdoa meminta maaf apabila ada kesalahan pada waktu membawa Guru granth sahib (kitab suci) ke dalam darbar. Hal ini juga dibenarkan oleh seorang informan yang mengatakan:
“Kalau Guru granth sahib sangatlah kami junjung tinggi dan apabila kami melakukan kesalahan dalam pembawaan kitab suci atau kami kurang bersih dalam membawa kitab suci tersebut maka kami akan segera meminta maaf (Wawancara, Tanggal 7 Maret 2010)”.
mendengar pengarahan dari guru para peserta diperbolehkan meninggalkan darbar dan mereka bisa mencari kegiatan masing-masing sebelum tidur.
Sekedar bercengkeramah dengan teman-teman atau saling berkenalan dengan peserta lain yang berasal dari daerah yang berbeda sambil meminum milo yang dicampur dengan susu sapi yang berfungsi untuk menyegarkan dan memulihkan tenaga untuk melanjutkan kegiatan pada keesokan harinya. Pada pukul 11 para peserta sudah disarankan untuk kembali ke dorm (ruangan untuk tidur) untuk beristrahat agar mereka bisa bangun sesuai dengan waktu yang di tetapkan panitia. Hal ini dikarena, pada esok paginya mereka diharuskan atau dipaksa untuk bangun pada waktu subuh dan langsung mandi agar dapat mengikuti sholat pagi (simran) di darbar.
peserta samelan pada saat ice breaker (acara belajar). Setelah rapat jatha kembali inspirational session dilaksanakan yaitu penjelasan tentang kegunaan kegiatan yang telah mereka laksanakan, yang dijelaskan oleh seorang guru. Usai inspirational session tersebut mereka diberi waktu untuk istrahat. Setelah istrahat mereka melanjutkan acara mereka yaitu modul belajar yang diadakan di ruangan kelas, seperti modul belajar yang dilaksanakan sebelumnya dan setelah belajar mereka makan siang di langgar hall.
Acara kembali dilanjutkan dengan acara dynamic class yang disebut youth leader. Youth leader ini merupakan pemilihan ketua dalam ruangan kelas yang menjadi penanggung jawab dalam tiap kelompok dan setelah itu adalah acara break wash up, ini merupakan acara bagi para peserta untuk berbaur dengan kelompok lain, saling bercengkeramah untuk mempererat hubungan para peserta. Usai acara ini mereka melaksanakan jatha kirtan, sembahyang dengan menyanyikan lagu puji-pujian. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan. Setelah itu mereka melakukan rahraas atau sembahyang magrib seperti yang mereka lakukan pada hari sebelumnya dan dilanjutkan dengan acara makan malam.
kebebasan untuk melaksanakan kegiatan masing-masing dan tidak lupa meminum milo yang telah dicampur dengan susu sapi seperti hari sebelumnya. Kemudian setelah acara untuk satu hari telah selesai tibalah waktu yang telah di tentukan, mereka kembali ke dorm untuk istrahat dan tidur. Kegiatan inilah yang mereka laksanakan setiap harinya selama acara samelan dilakukan. Pada saat acara samelan, panitia sudah membuat jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti yang dilampirkan berikut ini :
Tabel 5
Jadwal Kegiatan Samelan Hari Kedua sampai Kelima
Waktu Kegiatan Acara Tempat 9:00 AM 10:30AM Inspirational Session
(IPS)
Darbar Sahib 10:30 AM 10:45 AM Break
10:45 AM 12:15 PM Module Belajar Classrooms 12:30 PM 1:30 PM Makan Siang Langger Hall
1:30 PM 3:30 PM “Dinamic class”/Youth Leader
3:30 PM 5:30 PM Break “Wash Up” Dorms 5:30 PM 6:00 PM Jahta Kirtan Darbar Sahib
6:00 PM 6:30 PM Rahraas Darbar Sahib
6:30 PM 7:30 PM Makan Malam Langger Hall 7:30 PM 9:00 PM Inspirational Session
(IPS), Ardas,
3.4. Penutupan Samelan
Setelah satu minggu melewati hari-hari dalam kegiatan samelan, maka pada tahap akhir dilaksanakan penutupan acara samelan. Para peserta samelan yang sudah berkumpul di darbar mendengarkan arahan-arahan dari para guru, Arahan tersebut mengingatkan agar para peserta samelan tetap mengingat dan melakukan hal-hal yang baik yang diajarkan pada saat samelan. Menjelang malam hari mereka mengadakan acara api unggun atau malam keakraban dan pada saat malam keakraban ini para peserta yang sudah dibagi dalam kelompok yang disebut dengan jetha menunjukkan hasil karya yang merupakan kerja sama dari kelompok-kelompok tersebut. Dapat dilihat dari gambar berikut :
Gambar 2 Simbol ajaran sikh
Karya ini merupakan hasil kerja sama para muda-mudi yang bergabung dalam kelompok jatha, dalam gambar ini mereka menunjukkan simbol ajaran sikh