• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi kekesalan ( Annoyance )

Dalam dokumen TINDAK TUTUR MENGELUH DALAM RUBRIK (Halaman 52-56)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Strategi Tindak Tutur Mengeluh

2. Ekspresi kekesalan ( Annoyance )

Strategi „ekspresi kekesalan (annoyance)‟ menurut Trosborg (1995) dan

Dian D. Muniroh (2011) yaitu penutur dapat mengungkapkan

kekesalan/kekecewaan dengan menunjuk langsung situasi yang dianggap buruk. Secara eksplisit penutur menegaskan keadaan menyedihkan di hadapan mitra tutur tersebut, tanpa menyebutkan bahwa mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab. Hal ini dapat dilihat pada data (03) berikut.

(03) Konteks Tuturan :

Tuturan disampaikan oleh Rini dari Solo menyampaikan keluhannya mengenai warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan.

Bentuk Tuturan :

Saya warga sanggir, Paulan, Colomadu. Saya sangat prihatin dengan

banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke utara, dan masih banyak lagi jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga melempar sampah dari dalam mobilnya ke pinggir jalan. Mau menyalahkan siapa, kalau di lingkungan kita.

(RB/12 Januari 2012/04) Tuturan data (03) di atas disampaikan oleh Rini dari Solo. Rini menyampaikan keluhannya mengenai warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Rini di

atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif

„mengeluh‟ tampak pada tuturan Rini yang menuturkan “Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke utara, dan masih banyak lagi jalan yang beralih fungsi menjadi tempat

commit to user

pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga

melempar sampah dari dalam mobilnya ke pinggir jalan”.

Tindak tutur yang disampaikan Rini di atas dilatarbelakangi oleh perasaan prihatin dan kesal terhadap warga perumahan yang membuang sampah di sepanjang pinggir jalan. Kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan itu menyebabkan banyak jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah. Akibatnya, jalan tersebut menjadi tidak enak dipandang dan aromanya tidak sedap. Oleh karena itu, Rini menyampaikan kekesalannya dengan mengungkapkannya kepada publik melalui rubrik di media massa agar warga perumahan sadar akan keadaan tersebut.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Rini di atas tergolong dalam strategi

keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟. Strategi keluhan „ekspresi kekesalan

(annoyance)‟ tampak pada tuturan“Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke utara, dan masih banyak lagi jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga melempar sampah dari dalam

mobilnya ke pinggir jalan”. Rini juga tidak menyebutkan siapa mitra tutur yang

harus bertanggung jawab. Hal itu tampak pada tuturan “Mau menyalahkan siapa,

kalau di lingkungan kita”. Penutur mengekspresikan keluhan dengan

menyampaikan kekesalannya dengan menunjuk langsung situasi yang buruk yaitu jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah.

Bentuk tuturan yang termasuk ke dalam strategi keluhan „ekspresi kekesalan

commit to user

(04) Konteks Tuturan :

Tuturan disampaikan oleh Lala di Sragen yang mengeluhkan kondisi Jalan Raya Grompol Jambangan yang rusak parah.

Bentuk Tuturan :

Hai sahabat yang baik, saya minta tolong untuk dimuat jln raya grompol

jambangan rusak parah tiada instalasi dari mana pun yang memperhatikan

padahal itu jalan ramai. Jalan kok seperti di tengah hutan, becek dan

berlobang-lobang.

(RB/ 20 Januari 2012/05) Tuturan data (04) di atas disampaikan oleh Lala di Sragen. Lala menyampaikan keluhannya mengenai kondis jalan raya Grompol Jambangan yang rusak parah. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Lala di atas tergolong

dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Lala yang menuturkan “jln raya grompol jambangan rusak parah tiada instalasi dari mana pun yang memperhatikan padahal itu jalan ramai.

Jalan kok seperti di tengah hutan, becek dan berlobang-lobang”.

Tindak tutur yang disampaikan Lala di atas dilatarbelakangi oleh perasaan tidak puas terhadap kondisi Jalan Raya Grompol Jambangan yang rusak parah. Menurut Lala, tidak ada instansi pemerintah yang memperhatikan dan membenahi kondisi jalan tersebut. Keadaan jalan yang ramai dengan kendaraan seharusnya menjadi perhatian Dinas Pekerjaan Umum (DPU) karena kondisi jalan yang rusak parah sangat mengganggu aktifitas pemakai jalan. Hal inilah yang membuat Lala mengeluh.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Lala di atas tergolong dalam strategi

keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟. Penutur mengekspresikan kekesalannya dengan menunjuk langsung situasi yang buruk. Hal itu tampak pada

tuturan “Jalan kok seperti di tengah hutan, becek dan berlobang-lobang”. Lala

commit to user

Bentuk tuturan yang termasuk ke dalam strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (05) berikut.

(05) Konteks Tuturan :

Tuturan disampaikan oleh Ahmad di Solo menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya tarif parkir di Pasar Klithikan Notoharjo.

Bentuk Tuturan :

MAHALNYA TARIF PARKIR DI PASAR KLITHIKAN NOTOHARJO. Hari minggu kemarin saya pergi ke pasar klithikan notoharjo., betapa kagetnya saya waktu pulang ternyata tarif parkir motor di notoharjo Rp 2000, kalau para pedagang klithikan di pinggir jalan dipindah ke sana, tapi di pungut tarif parkir segitu, apa ada pengunjungnya?

(RB/25 Januari 2012/06) Tuturan data (05) di atas disampaikan oleh Ahmad di Solo. Ahmad menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya tarif parkir di Pasar Klithikan Notoharjo. Jenis tindak tutur yang disampaikan Ahmad di atas tergolong dalam

tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Ahmad yang menuturkan “MAHALNYA TARIF PARKIR DI PASAR

KLITHIKAN NOTOHARJO”. Penggunaan huruf besar pada tuturan tersebut juga

untuk menyangatkan keluhan Ahmad.

Tindak tutur yang disampaikan Ahmad di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap tarif parkir di Pasar Klithikan Notoharjo yang mahal. Pasar Klithikan Notoharjo merupakan pasar yang menjual segala macam barang antik dan barang bekas. Ada pula barang baru yang harganya lebih murah daripada harga di toko. Setiap pengunjung pasar yang membawa kendaraan baik itu mobil, sepeda motor dan sepeda diwajibkan untuk membayar biaya parkir yang mahal. Ahmad berpendapat jika tarif parkir pasar itu mahal, tidak akan ada pengunjung yang datang.

commit to user

strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟. Penutur mengekspresikan keluhan dengan menyampaikan kekesalannya dengan menunjuk langsung situasi

yang buruk yaitu tampak pada tuturan “MAHALNYA TARIF PARKIR DI

PASAR KLITHIKAN NOTOHARJO”. Ahmad juga tidak menyebutkan siapa

mitra tutur yang harus bertanggung jawab. Penutur menyebutkan dampak perilaku mitra tutur yaitu Dinas Perparkiran yang tidak mengenakkan baginya.

Dalam dokumen TINDAK TUTUR MENGELUH DALAM RUBRIK (Halaman 52-56)

Dokumen terkait