Thailand 1.719 Taiwan 6.326 Belanda2.554 Rusia2.621 Selandia
ELABORASI TEMA
Pendekatan tema perancangan bangunan Kasino Hotel di Bintan adalah sustainable
architecture dimana issue mengenai pemanasan global yang semakin parah, sehingga dituntut
pembangunan yang memperhatikan ekosistem dan bumi.
4.1 Latar Belakang Sustainable
Keperdulian terhadap ekosistem yang telah menurun dan perubahan dalam keseimbangan siklus alam telah membawa dampak negatif pada manusia dan ekosistem lainnya.
Pemanasan global atau global warming menyebabkan proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan darata-ratan bumi. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Dampak pemanasan global tersebut mengakibatkan iklim mulai tidak stabil, peningkatan permukaan laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekologis, perubahan cuaca, pergeseran ekosistem, dan sebagainya.
Daerah bagian utara dari belahan bumi utara (northern hemisphere) akan memanas lebih dari belahan bumi lainnya. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil sehingga akan lebih sedikit es yang terapung di perairan utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung
127
Suwanti 060406028
meningkat. Dan daerah beriklim panas akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari laut sehingga beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dengan pola yang berbeda. Topan/badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih
besar. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Perubahan ketinggian permukaan air laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100cm akan menenggelamkan 6% daerah Belanda, 17,5% daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau lainnya. Ketika ketinggian air laut mencapai muara sungai, akan mengakibatkan banjir di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Perubahan cuaca dan laut dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas yang dapat mengakibatkan kematian. Perubahan cuaca yang ekstrim dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit seperti demam berdarah, diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain. Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai dan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit-penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Sehingga beberapa tipe spesies yang tidak mampu bertahan akan musnah.
Permasalahan penting yang dihadapi pembangunan pada masa ini adalah bagaimana menghadapi pemenuhan kebutuhan pembangunan di satu sisi dan upaya mengurangi dampak terhadap lingkungan di sisi lain. Pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif terhadap lingkungan itu sendiri, karena pada dasarnya lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang
128
Suwanti 060406028
terbatas. Dengan kata lain, pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan akan menyebabkan permasalahan pembangunan di kemudian hari.
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini dan tidak mengesampingkan generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan (sustainable) telah menjadi suatu istilah dalam jangkauan yang luas sehingga dapat diterapkan pada setiap aspek kehidupan di bumi dari skala lokal sampai skala global.
4.2 Tujuan Sustainable Development
Tujuan pembangunan berkelanjutan pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteran dan kemakmuran masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.
4.3 Pengertian Sustainable
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah suatu bentuk gabungan dari berbagai disiplin ilmu yang bertanggung jawab dimana berkaitan dengan model tiga kolom yang setara untuk keberlanjutan pada lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam pembangunan berkelanjutan, sustainable development berintegrasi pada:
Environment sustainability
Economic sustainability
Social sustainability
Berikut ini dapat dilihat bagaimana hubungan dari lingkungan, ekonomi dan sosial akan menghasilkan suatu kesetimbangan dimana tercapainya suatu kehidupan yang sejahtera.
129
Suwanti 060406028
Pokok-pokok dari proses dimana bangunan mengurangi penggunaan sumber daya alam, dan pengurangan polusi dan dampak lingkungan lainnya. Dalam kebijaksaannya,
sustainable development berlandas pada:
Pengelolaan energi dan sumber air yang efisien Perlindungan terhadap kualitas lingkungan
Perlindungan terhadap kualitas kesehatan manusia
Definisi pembangunan sustainable bersumber dari pemikiran-pemikiran dalam upaya menopang ide ekologi global agar dapat direalisasikan dengan penuh tanggungjawab secara ekologi, ekonomi dan etika, sebagai bagian dari ukuran alam yang berevolusi agar dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini dan masa mendatang.
Jika dilihat lebih khusus, pengertian sustainable itu sendiri berasal dari kata sustain yaitu suatu kemampuan untuk bertahan agar tercapainya keseimbangan. Sedangkan pembangunan adalah esensial untuk pemenuhan kebutuhan manusia dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Jadi, sustainable development merupakan suatu pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini tetapi tidak mengesampingkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu dengan berlandaskan pada efisiensi dan penggunaan lingkungan yang bertanggungjawab dari seluruh sumber daya masyarakat yang langka baik alam, manusia, dan sumber daya ekonomi.
Diagram 4.1 Hubungan Lingkungan, Sosial dan Ekonomi
Kehidupan yang sejahtera bagi manusia
130
Suwanti 060406028
Penjelasan mengenai segala aktivitas yang berkenaan dan terjadi dalam pembangunan
131
Suwanti 060406028
Desain
Material & System Waste Manag
Operasi & Pemeliharaan Konstruksi
Energy issue Water con
Pre-buil
Kontraktor Desainer
132
Suwanti 060406028
4.4 Kebutuhan akan Penerapan Konsep Sustainable
Industri bangunan merupakan salah satu aktifitas manufaktur terbesar di dunia. Desain, konstruksi dan perawatan dari bangunan-bangunan tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manusia dan lingkungan, Aktifitas tersebut juga memberikan pengaruh ke areal di luar lokasi, yaitu pengaruh terhadap sumber-sumber air, kualitas udara, dan pola transportasi dalam suatu komunitas.
Menurut Integrated Waste Management Board CA, konsumsi sebuah bangunan akan menghabiskan:
40% dari energi terpakai di seluruh dunia 25% dari pemotongan kayu
16% dari pemakaian air bersih
50% dari lapisan ozon karena CFC (Cholorofluorocarbon) banyak digunakan 30% dari bahan mentah
35% dari buangan CO2 di dunia 40% dari sampah padat
Melihat fakta yang diuraikan di atas, pemikiran untuk menerapkan konsep sustainable dalam bangunan Kasino Hotel di Bintan menjadi pemikiran utama.
4.5 Keuntungan dari Penerapan Konsep Sustainable
Beberapa keuntungan yang didapat dengan penerapan konsep sustainable di dalam perancangan adalah:
a) Meningkatkan produktivitas dan kesehatan manusia
Dengan meningkatkan nilai suatu lingkungan dalam ruangan maka dapat meningkatkan produktivitas karyawan dimana karyawan yang bekerja di dalam lingkungan yang sehat cenderung tidak akan absen.
133
Suwanti 060406028
US Environmental Protection Agency (EPA/USEPA) menilai bahwa polusi udara di dalam ruangan, termasuk dalam kategori faktor yang membahayakan kesehatan. Sindrom “bangunan sakit” atau penyakit oleh bangunan diperkirakan memakan biaya sebesar ratusan juta rupiah per tahun dan penurunan jumlah produktivitas pekerja.
Kondisi ruang dalam yang sehat dapat mengurangi resiko bahaya akibat pengaplikasian material yang tidak baik. Contoh kasus: sebuah bangunan di Amerika Serikat pernah dituntut oleh seorang karyawan yang menjadi sakit akibat pemasangan karpet baru, karyawan tersebut memenangkan kasusnya dan mendapat ganti rugi sebesar USD 1 juta.
b) Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan
Merencanakan dan merancang bangunan yang akan mengurangi konsumsi energi dan material dalam proses konstruksi dan pengoperasian bangunan, sehingga dapat mengurangi konstribusi terhadap perubahan cuaca.
c) Kualitas lingkungan yang baik.
d) Mengurangi penggunaan biaya sehingga biaya tersebut dapat digunakan untuk tujuan yang lebih baik.
4.6 Bangunan Hemat Energi
Tujuan bangunan hemat energi adalah:
Menghemat biaya operasional dan perawatan.
Mengurangi tingkat ketergantungan energi dan beban penggunaan energi yang harus disuplai oleh institusi pembangkit listrik, yaitu PLN.
Mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca.
134
Suwanti 060406028
Menurut SNI 03-6389-2000, bangunan dikatakan hemat energi apabila nilai OTTV
(Overall Thermal Transfer Value) dan RTTV (Roof Thermal Transfer Value) tidak
melebihi 45 Watt/meter². Adapun rumus untuk menghitung nilai OTTV adalah:
OTTV = a.[(Uw x (1 – WWR)] x TDEk + (SC x WWR x SF) + (Uf x WWR x DT)
OTTVi =
. . … .… dimana:
OTTV = nilai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki arah atau orientasi tertentu (Watt/m2)
a = absorbtansi radiasi matahari
Uw = transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (Watt/m2.K)
WWR = perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang ditentukan
TDEk = beda temperatur ekuivalen (K)
SC = koefisien peneduh dari sistem fenestrasi SF = faktor radiasi matahari (W/m2)
Uf = transmitansi termal fenestrasi (W/m2.K)
DT = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil 5K)
RTTV = a (Ar x Ur x TDek) + (As x Us x DT) + (As x SC x SF) / Ao
dimana :
RTTV = nilai perpindahan termal menyeluruh pada atap (Watt/m2) a = absorbtansi radiasi matahari
Ur = transmitansi termal atap tak tembus cahaya (Watt/m2.K) Ar = luas atap yang tidak tembus cahaya (m2)
As = luas skylight (m2)
TDEk = beda temperatur ekuivalen (K)
135
Suwanti 060406028
SF = faktor radiasi matahari (W/m2)
DT = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil 5K)
Kriteria OTTV untuk dinding fasad diatas dapat dipergunakan sebagai tolak ukur efisiensi energi pada bangunan tinggi. Penelitian mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai OTTV, semakin besar pula penggunaan energi yang diperlukan oleh sistim tata udara (pendinginan) pada bangunan tersebut. Disini diperlukan peran para perancang bangunan untuk menampilkan komposisi material masif maupun transparan, warna, tekstur dengan karakter termalnya masing masing, silhoute terang dan gelap, pembayangan dan ratio kaca-dinding untuk memenuhi kriteria tersebut disamping pertimbangan pertimbangan estetika umumnya.
4.7 Sistem LEED-NC (Leadership in Energy and Environmental Design-New Construction)
Sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menciptakan, mengoperasikan, dan mengisi ulang level infrastruktur/bangunan adalah sangat besar. Akan tetapi sumber-sumber yang tersedia untuk kegiatan tersebut semakin berkurang, untuk tetap kompetitif dan terus mendapat keuntungan di masa depan maka sebuah bangunan harus mengetahui konsekuensi baik lingkungan, sosial maupun dampak ekonomi dari bangunan tersebut.
Penerapan konsep sustainable berdasarkan LEED pada bangunan dimana merupakan panduan dan kriteria sistem green building (bangunan yang ramah lingkungan), faktor-faktor tersebut diantaranya efisiensi air dan kualitas lingkungan di dalam ruangan.
Pemanfaatan air hujan
Pemanfaatan air hujan dimaksudkan agar air hujan dapat kembali ke tanah (tidak terjadi erosi) ataupun digunakan untuk keperluan tertentu. Tabel berikut merupakan penjelasan mengenai tujuan pemanfaatan air hujan, persyaratan yang memenuhi LEED, dan strategi yang dapat dilakukan adalah:
136
Suwanti 060406028
Tujuan Untuk mengurangi gangguan hidrologi alami dengan mengurangi penutup tanah, dan aliran air hujan yang terkontaminasi.
Persyaratan LEED
Kriteria LEED Penerapan pada site
Menerapkan strategi perencanaan pengawasan kuantitias air hujan dimana melindungi area yang mendapat limpasan air hujan dari erosi.
Air hujan dimanfaatkan untuk
keperluan toilet (flushing) dan irigasi
Efisiensi Air
Berikut mengenai tujuan efisiensi air khususnya pada lansekap, persyaratan menurut LEED adalah:
Tujuan Untuk membatasi atau mengeliminasi penggunaan air bersih pada lansekap yaitu keperluan irigasi.
Persyaratan LEED
Kriteria LEED Penerapan pada site
Mengurangi penggunaan air bersih untuk keperluan air bersih untuk spesies tanaman, irigasi dengan menggunakan air hujan, air daur ulang air kotor.
Menerapkan sistem daur ulang air kotor dan air hujan untuk keperluan irigasi.
Gambar berikut merupakan ilustrasi penggunaan kembali air kotor dari air mandi dan air cuci untuk didaur ulang pada treatment area, sehingga dapat digunakan kembali untuk keperluan irigasi dan penyiraman pada toilet (flushing).
Tabel 4.1 Tujuan dan Persyaratan LEED Mengenai Pemanfaatan Air Hujan
137
Suwanti 060406028
Berikut penerapan sistem daur ulang air adalah:
Air buangan didaur ulang agar dapat digunakan kembali untuk kebutuhan tertentu merupakan cara yang sangat efisien, karena selain dapat menghemat tagihan air
Gambar 4.2 Ilustrasi Air dari Penggunaan Air sampai Penggunaannya Kembali
Pompa
Air Hujan Air Mandi dan Air
C i
Treatment Area
Tempat penampungan air
Irigasi Keperluan ruang Flushing
luar
138
Suwanti 060406028
dari segi ekonomi, dapat juga memberi dampak positif terhadap ekosistem di dalam tanah.
Berikut penjelasan mengenai tujuan pengurangan kebutuhan air dimana dapat mengefisiensikan pasokan air terhadap bangunan, persyaratan yang memenuhi LEED, dan Strategi yang dilakukan adalah:
Tujuan Memaksimalkan efisiensi air dalam bangunan untuk mengurangi pasokan air dari pemerintah lokal baik untuk kebutuhan air minum maupun air buangan.
Persyaratan LEED
Kriteria LEED Penerapan pada bangunan Menggunakan strategi
dimana pengurangan penggunaan air pada lansekap air kloset, urinoir, lavatory faucet25,
shower dan wastafel.
Penggunaan elemen dimana
mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi, misalnya pemisahan tombol untuk air buangan pada kloset.
Penggunaan synthetic grass pada area tertentu
Synthetic Grass
Untuk meningkatkan efisiensi air pada lansekap, maka area rumput alami diganti dengan synthetic grass (rumput buatan). Synthetic Grass/rumput buatan merupakan permukaan dari serat sintetis yang tidak memerlukan pemeliharaan dan irigasi.
Synthetic grass terlihat alami dan membentuk lapangan rumput yang indah
sepanjang tahun. Keuntungan dari pengaplikasian synthetic grass adalah synthetic
grass tidak mengandung pestisida atau bahan kimia lainnya, tidak memerlukan
irigasi, tidak meningkatkan biaya irigasi, area rumput yang indah sepanjang tahun, tidak memerlukan pemeliharaan lansekap, aman untuk digunakan khususnya anak-anak, tidak memerlukan bahan bakar untuk keperluan pemeliharaan, tidak memerlukan sprinkler khusus untuk pengirigasian, tidak mengeluarkan gas beracun, sehingga sangat ramah lingkungan.
25
Lavatory faucet merupakan sebuah tombol atau keran dimana tombol tersebut mengontrol kapasitas aliran air. Tabel 4.3 Tujuan dan Persyaratan LEED Mengenai Efisiensi Air
139
Suwanti 060406028
Berikut perbandingan efisien dari siklus pembiayaan rumput buatan dan rumput alami adalah:
Rumput buatan
Biaya per unit Total
Biaya material (misal 93 meter²) Rp 44.000 Rp 4.092.000
Biaya penginstalasian Rp 16.000 Rp 1.488.000
Biaya selama pakai Rp 5.580.000
Rumput alami
Biaya per tahun Total (3 tahun)
Biaya sprinkler (93 meter²) Rp 1.144.000 Rp 1.144.000
Biaya persiapan lapisan atas dan rumput Rp 984.000 Rp 984.000 Biaya pemotongan rumput (25 kali per tahun) Rp 100.000 Rp 300.000 Biaya irigasi (12 kali per tahun) Rp 920.000 Rp 2.760.000 Biaya penyuburan (4 kali per tahun) Rp 960.000 Rp 2.880.000 Biaya pemberantasan rumput liar Rp 400.000 Rp 1.200.000 Biaya pemeliharaan sprinkler Rp 800.000 Rp 2.400.000
Biaya awal Rp 5.308.000
Biaya per tahun Rp 3.180.000
Biaya selama 3 tahun Rp 11.668.000
Tabel 4.4 Ilustrasi Biaya Untuk Rumput Buatan
Tabel 4.5 Ilustrasi Biaya Untuk Rumput Alami
140
Suwanti 060406028
Material Merupakan Produk Dalam Negeri
Berikut adalah tabel mengenai tujuan menggunakan material dalam negeri, kriteria berdasarkan LEED mengenai material diproses dan diproduksi dalam negeri, dan strategi yang dilakukan diantaranya:
Tujuan Untuk meningkatkan permintaan produk dan material bangunan yang diproses dan diproduksi di dalam negeri. Selain itu, mendukung penggunaan sumber daya dalam negeri, dan mengurangi dampak lingkungan khususnya pada pengangkutan material.
Persyaratan LEED
Kriteria LEED Penerapan pada bangunan
Menggunakan material dan produk yang berasal dari dalam negeri, baik asal material; proses maupun produksinya dalam jarak 804 km dari lokasi untuk meminimalkan biaya pengangkutan material.
Material berada dalam jangkauan 804 km dari site.
Kualitas Udara di Dalam Ruangan
Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 Rumput Buatan
Tabel 4.6 Tujuan dan Persyaratan LEED Mengenai Material yang Diaplikasikan merupakan Produk dalam Negeri
141
Suwanti 060406028
Mempertimbangkan material yang akan diaplikasikan khususnya pada kasino dimana para pengunjung dan karyawan berada di dalam kasino selama 24 jam sehingga kandungan material yang digunakan tidak akan menghasilkan zat racun, ataupun kandungan yang membahayakan/memberi dampak buruk terhadap lingkungan di dalam ruangan.
Emisi/Zat Racun yang Terkandung dalam Material Rendah : Perekat dan Pengisi
(adhesive and sealant)
Tujuan poin ini adalah mengurangi kontaminasi kualitas udara di dalam ruangan dimana bau/zat racun/emisi akan mengganggu kenyamanan komunitas yang berada di dalam bangunan.
Persyaratan mengenai perekat dan pengisi ruangan di dalam bangunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Bahan VOC limit (g/L less water)
Indoor carpet adhesive 50
Carpet pad adhesive 50
Wood flooring adhesive 100
Rubber floor adhesive 60
Subfloor adhesive 50
Ceramic tile adhesive 65
VCT & Asphalt adhesive 50
Drywall & Panel adhesive 50
Cove Base adhesive 50
Multipurpose construction adhesive 70
Structural glazing adhesives 100
Spesifik Substrate Voc Limit (g/L less water)
Logam 30
142
Suwanti 060406028
Plastic foams 50
Spesifik Substrate Voc Limit (g/L less water)
Porous material 50
Kayu 30
Fiberglass 80
Sealant Primers Voc Limit (g/L less water)
Architectural Non Porous 250
Architectural Porous 775
Other 750
Specialty application Voc Limit (g/L less water)
PVC welding 510
CPVC welding 490
ABS welding 325
Plastic Cement Welding 250
Adhesive Primer for Plastic 550
Contact Adhesive 80
Special purpose contact adhesive 250
Structural wood member adhesive 140
Sheet applied rubber lineing operations
850
Top & Trim adhesive 250
Perekat Voc Limit (g/L less water)
Architectural 250
Nonmembrane Roof 300
Roadway 250
Tabel 4.8 Kriteria Bahan Ruangan
Tabel 4.9 Kriteria Pengisi Utama Ruangan
143
Suwanti 060406028
Single-Ply Roof Membrane 450
Perekat Voc Limit (g/L less water)
Other 420
Perekat aerosol VOC Weight (g/L minus water) General purpose mist spray 65% VOCs by weight General purpose web spray 55% VOCs by weight Special purpose aerosol adhesives
(all types)
70% VOCs by weight Tabel 4.11 Kriteria Perekat Ruangan
BAB V
ANALISA
5.1 Analisa Tapak
5.1.1 Lokasi
Gambar 5.1 Peta Posisi Kepulauan Riau Terhadap Negara Tetangga