5.6. Koefisien Elastisitas dan Parameter Lainnya
5.6.1. Elastisitas Armington
Armington telah mengemukakan teori mengenai permintaan barang dalam aktivitas perdagangan internasional. Pada teori yang dikembangkannya, Armington memperkenalkan asumsi bahwa produk yang diperdagangkan secara internasional berbeda berdasarkan lokasi produksinya (differentiation of product). Armington lebih jauh mengasumsikan bahwa dalam suatu negara, setiap industri hanya menghasilkan satu produk dan bahwa produk ini berbeda dari produk industri yang sama dari negara lain. Dilihat dari sudut pandang konsumen, produk suatu industri yang berasal dari berbagai negara merupakan sekelompok barang yang dapat saling bersubstitusi. Menurut Armington (1969) diacu dalam Kapuscinski dan Warr (1999), tingkat substitusi diantara barang yang dihasilkan oleh industri domestik dan industri di negara lain besifat tidak sempurna (imperfect of substitution). Derajat substitusi diantara kedua barang tersebut selanjutnya dikenal secara luas sebagai elastisitas substitusi Armington atau disingkat elastisitas Armington.
Asumsi Armington terhadap produk yang terdeferensiasi secara nasional telah diadopsi secara luas dalam model CGE untuk mendefenisikan permintaan barang-barang domestik dan barang-barang impor. Pada penyusunan data dasar dalam penelitian ini, elastisitas Armington telah diestimasi dengan menggunakan data runut waktu yang tersedia. Secara umum, hasil estimasi koefisien elastisitas Armington untuk sebagian besar komoditi atau sektor pada perekonomian Indonesia relatif kecil. Pada kelompok produk pertanian, koefisien elastisitas yang
cukup besar ditemukan pada komoditas tanaman pangan. Produk sektor perkebunan dan kehutanan koefisiennya sedikit di atas satu, sementara koefisien produk peternakan dan perikanan kurang dari satu atau tidak elastis.
Produk sektor pertambangan dan penggalian juga memiliki koefisen elastisitas di atas satu, namun sebagian besar komoditas industri justru memiliki koefisien elastistas yang relatif lebih kecil. Pada kelompok produk industri manufaktur, hanya industri barang kayu, rotan dan bambu dan industri semen yang memiliki koefisien elastisitas sedikit di atas satu, selebihnya kurang dari satu. Tanda koefisien yang positif berarti bahwa peningkatan harga domestik relatif terhadap harga impor akan meningkatkan permintaan produk impor relatif terhadap produk domestik. Pengguna domestik (konsumen, industri dan pemerintah) akan mensubstitusi barang domestik dengan barang impor dalam merespon kenaikan harga domestik relatif terhadap harga barang impor. Angka-angka koefisien elastisitas yang relatif kecil memperlihatkan bahwa pengguna domestik kurang responsif terhadap perubahan harga produk domestik relatif terhadap harga produk impor. Jadi, peningkatan harga barang-barang domestik relatif terhadap barang-barang impor tidak akan direspon oleh pengguna domestik dengan mensubstitusi barang domestik ke barang impor pada tingkat yang cukup besar.
Hal yang cukup menarik dari temuan di atas adalah, bahwa responsivitas pengguna domestik justru cukup tinggi terhadap komoditas dimana Indonesia berperan sebagai produsen utama yaitu tanaman bahan makanan; perkebunan; kehutanan; industri barang kayu, rotan dan bambu; dan industri semen. Sebagai negara produsen utama, kebergantungan Indonesia terhadap impor kelompok
komoditas ini relatif rendah sehingga proporsi impornya juga tidak begitu besar bila dibandingkan dengan impor barang-barang antara khususnya bahan baku dan peralatan kapital yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industri domestik. Khusus untuk produk tanaman bahan makanan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kebergantungan pengguna domestik yang masih cukup tinggi terhadap beberapa produk bahan pangan impor seperti komoditas kedelai, jagung, dan gandum termasuk besarnya volume impor beras untuk menutupi kekurangan produksi beras domestik. Responsivitas pengguna domestik yang cukup tinggi terhadap perubahan harga domestik untuk komoditas tersebut berimplikasi pada munculnya persoalan dilematis dalam kebijakan peningkatan penghasilan petani domestik melalui peningkatan harga pangan domestik. Kebijakan peningkatan harga domestik, akan direspon oleh pengguna domestik melalui penurunan permintaan dan mensubstitusinya dengan produk impor sehingga kesejahteraan petani tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Hasil estimasi elastisitas Armington seperti yang dikemukakan di atas, tidak jauh berbeda dengan studi Kapuscinsky dan Warr (1999) yang mengkombinasikan model LRM, PAM dan ECM untuk perekonomian Philipina. Pada 33 komoditi pertanian, pertambangan dan industri pengolahan yang diestimasi, nilai koefisien elastisitas yang cukup besar hanya ditemukan pada komoditas jagung dan produk penggilingan tebu dan minyak masing-masing sebesar 4.798 dan 3.866 untuk model PAM. Nilai elastisitas komoditas lainnya relatif kecil yaitu berkisar antara -0.170 untuk produk peternakan babi, sampai dengan 1.881 untuk produk pengolahan hasil laut.
Sedikit berbeda dengan hasil estimasi produk pertanian di Indonesia dan komoditas jagung di Philipina, studi Nganou (2004) untuk perekonomian Leshoto
justru menemukan koefisien elastisitas yang kecil untuk sektor pertanian dan industri pengolahan pangan masing-masing sebesar 0.898 dan 1.37. Koefisien elastisitas yang kecil juga ditemukan pada sektor transportasi dan industri pengolahan lainnya dengan angka 1.696, dan 0.486. Koefisien yang cukup besar dalam studi ini ditemukan pada sektor pertambangan dan industri tekstil masing-masing sebesar 4.01 dan 4.23.
Koefisien elastisitas Armington yang relatif kecil juga diperlihatkan oleh studi Reinert dan Roland-Holst (1992) untuk sektor pertambangan dan industri manufaktur Amerika Serikat yang mencakup 162 komoditi. Pada hasil estimasi keseluruhan produk tersebut, hanya enam produk yang memiliki koefisien cukup tinggi yaitu kanvas, tas tekstil dan perkakas rumah tangga (2.18); kaus kaki (2.53); baterai penyimpan energi (2.65); peralatan memasak rumah tangga (2.69); industri pengecoran besi dan logam (3.08); dan komoditi anggur, brandy dan brandy spirits (3.49). Koefisien elastisitas untuk produk lainnya berkisar antara 0.01 (produk karet lainya) sampai dengan 1.99 (produk keju mentah dan olahan). Pada kasus negara yang sama, Bilgic et al. (2002) telah mengestimasi koefisien elastisitas substitusi impor yang mencakup 21 kelompok komodi. Besaran koefisien elastisitas yang dihasilkan berkisar antara 0.290 (pakaian dan produk tekstil jadi lainnya) sampai dengan 2.872 (bahan bakar dan produk batubara).
Pada data dasar model Global Trade Analysis Project (GTAP), nilai koefisien elastisitas Armington berkisar sekitar 2. Koefisien yang cukup besar ditemukan pada produk industri pakaian dan kulit yang mempunyai elastisitas substitusi 4.4. Nilai koefisien elastisitas tersebut untuk barang antara, konsumsi, dan investasi yang digunakan Dixon et al. (1982) dalam model ORANI perekonomian Australia juga berkisar sekitar 2.
Berdasarkan studi-studi yang dikemukakan di atas, hasil estimasi koefisien elastisitas Armington yang diperoleh untuk perekonomian Indonesia tidak terlalu jauh berbeda dengan kasus pada beberapa negara lainnya baik sesama Negara sedang berkembang (NSB) maupun negara maju. Oleh sebab itu, koefisien elastisitas yang diperoleh dipandang cukup valid dan relevan untuk digunakan dalam mengkonstruksi data dasar pada penelitian ini.
Tabel 6. Koefisien Elastisitas Armington dan Permintaan Ekspor untuk Masing-Masing Sektor Penelitian.
No. Jenis Komoditas Armington Permintaan Ekspor
1 Padi 4.87 -1.40
2 Tanamanan pangan lainnya 4.87 -1.40
3 Perkebunan dan tanaman lainnya 1.74 -0.98
4 Peternakan dan hasilnya 0.06 -0.96
5 Kehutanan 1.79 -0.36
6 Perikanan 0.06 -1.11
7 Pertambangan dan penggalian 1.20 -0.58
8 Ind. makanan dan minuman 0.59 -1.39
9 Ind. Tekstil, pakaian dan kuli 0.50 -0.56 10 Ind. barang kayu, rotan dan bambu 1.05 -1.19
11 Ind. pulp dan kertas 0.67 -1.92
12 Ind. karet, kimia dan plastik 0.53 -0.13
13 Ind. pengilangan minyak bumi 0.72 -0.65
14 Ind. semen 1.13 -1.07
15 Ind. dsr besi, logam non besi, dan brg logam 0.54 -0.78 16 Ind. mesin listrik dan peralatan listrik 0.71 -0.08
17 Ind. alat pengangkutan 0.71 -2.05
18 Ind. Lainnya 0.72 -0.56
19 Listrik, gas dan Air Bersih 2.80 -5.60
20 Jasa-jasa lainya 1.90 -3.78
Sumber: Kerjasama Bank Mandiri dan FEM-IPB, Oktaviani et al. (2007b)
Catatan: Koefisien Elastisitas Sektor 18-19 Diambil dari Database Model GTAP Versi 6.2.