• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grand total luas bangunan:

4.6.1 Massa Bangunan

4.6.1.1 Transformasi Bentuk Tradisional Timor Leste Dalam Perancangan Bangunan Perpustakaan yang Kontemporer

4.6.1.1.3 Elemen Ikonik

Salah satu ikon dari arsitektur Timor Leste adalah bentuk dan proporsi atap dari rumah adat Dagada (Lautem). Bentuk rumahnya berbeda dengan rumah adat lainnya dan memiliki dimensi atap yang tinggi. Atap rumah adat ini pada umumnya cukup sering digunakan sebagai konsep perancangan bangunan-bangunan vernakular di Timor Leste karena bentuknya yang unik dan memiliki citra tersendiri karena kesan monumental yang dimilikinya.

108 Sumber : google.com, 2015

Elemen ikonik lainnya yang cukup familiar adalah “arch”yang mencakup selasar yang sering terlihat pada bangunan-bangunan kolonial.

Gambar 4.31 Arch sebagai ciri khas bangunan-bangunan di Timor Leste Sumber : google.com, 2015

Walaupun bukan menjadi elemen dari arsitektur rumah tradisional Timor Leste, tetapi arsitektur kolonial tersebut menjadi sejarah perkembangan arsitektur Timor Leste sendiri. Masih banyak terlihat pada gedung-gedung pemerintah dan bahkan rumah-rumah warga penggunaan arch ini.

Beberapa paparan tentang elemen ikonik dalam arsitektur Timor Leste inilah yang menjadi pertimbangan perancangan bentuk dan fasad Perpustakaan dan Arsip Nasional sehingga pada aplikasinya nanti dapat terjadi sebuah “dialog” antar bangunan perpustakaan dengan sekitarnya sekaligus menciptakan kesan familiar dan rasa memiliki dan juga kebanggaan dari masyarakat lokal akan elemen ikonik mereka, yaitu perpustakaan nasional mereka sendiri.

Bentuk atap Dagada hadir dalam bentuk perpustakaan nasional melalui transformasi yang sederhana. Setelah mendapat bentuk geometris nya, kemudian di rotate 180 derajat yang membuat bagian paling ujung atap dagada terlihat seperti 3 barisan kolom penyangga. Desain perpustakaan nantinya tampak terlihat seperti bentuk atap dagada yang terbalik.

109 Gambar 4.32 Transformasi bentuk atap dagada pada bentuk bangunan perpustakaan

Penerapan unsur archkolonial dalam aplikasi nya mungkin bisa tidak terlihat secara frontal, misalnya pengaplikasiannya terletak pada desain jendela dan bukannya pada desain kolom kubah nya. Desain jendela-jendela perpustakaan dapat menggunakan proporsi dari arch tersebut dengan jarak pengulangan yang sama sehingga kesan familiar masih terlihat.

Gambar 4.33 Transformasi bentuk arch pada bentuk bangunan perpustakaan

Dalam proses menciptakan ikon/elemen kebangaan yang mencerminkan identitas nasional, digunakan konsep permeabilitas, yaitu terpisah tetapi tidak secara visual. Diharapkan secara visual orang melihat bangunan Perpustakaan dan Arsip Nasional bukan sebagai sebuah bangunan massive dengan 5 massa utama, tetapi sebagai sebuah representasi identitas Timor Leste sendiri.

Proses artikulasi bentuk tradisional ke dalam perancangan Perpustakaan dan Arsip Nasional Timor Leste ini layaknya sebuah gambar karikatur. Seorang artist menggambar sebuah karikatur berdasarkan seorang sosok/tokoh aktual yang dikenal oleh banyak orang dan lingkungan sekitar. Seperti pada contoh jika orang membuat karikatur dari seorang Abdurrahman Wahid atau yang biasa

110 dikenal dengan Gus Dur (Presiden RI ke-4). Yang terlintas di pikiran sang artist dan semua orang adalah ciri khas Gus Dur sendiri secara visual yaitu bentuk wajah nya yang bulat, dengan kacamata nya yang besar bersama dengan peci yang selalu digunakannya. Berdasarkan apa yang “familiar” dengan Gus Dur inilah yang harus ditunjukkan dalam gambar karikatur yang akan dibuat. Pengertian akan seorang sosok Gus Dur dalam bentuk karikatur jelas sangat berbeda jika disajikan dalam bentuk sebuah foto. Jika itu adalah foto Gus Dur, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat nyata. Berbeda jika disajikan dalam sebuah karikatur, bukanlah persis sama secara representasi visual, melainkan sebuah produk yang dikemas dari penggabungan apa yang menjadi khas dari Gus Dur dengan style menggambar yang hanya dimiliki oleh sang artist.

Dari contoh inilah yang menjadi bahan pemikiran bagaimana proses artikulasi arsitektur Timor Leste secara bentuk dapat “dituangkan” ke dalam desain perpustakaan nasional nantinya dan bukan merupakan sebuah produk foto yang sangat nyata yaitu penerapan secara ecletic (mentah) melainkan sebuah produk karikatur yang mengusung nilai-nilai khas dari arsitektur Timor Leste yang diketahui oleh banyak orang dan diolah dengan style sang arsitek sendiri dan intrepretasi sang arsitek itu sendiri.

4.6.2 Fasad

Zonasi perpustakaan nantinya akan terbagi ke dalam 5 zonasi utama yaitu zona perpustakaan, zona arsip, zona komersil, zona reading hall dan zona kultural. Pengolahan fasad bangunan akan lebih banyak dilakukan pada zona kultural dan zona conference reading hall dikarenakan letak kedua nya yang berada di tengah site sekaligus menjadi penghubung zona-zona yang lainnya. Fasad yang akan digunakan pada kedua zona ini bernuansa kearifan lokal dan budaya Timor Leste dan “tais” (kain tradisional Timor Leste) dianggap mencerminkan ciri khas kebudayaan bangsa. Motif-motif yang terletak pada “tais” dalam proses transformasinya menjadi geometri-geometri sederhana dengan diaplikasikan dalam material konstruksi di jaman modern saat ini, misalnya seperti baja, metal atau kaca. Fasad yang dinamis juga akan terlihat pada kedua zona di bagian tengah ini sesuai dengan fungsi kedua zona yang mengusung interaksi sosial yang tinggi di dalamnya.

Lain hal pada fasad bangunan di zona perpustakaan dan arsip. Kedua zona ini yg lebih bersifat formal sehingga fasad akan lebih terkesan massive dengan sedikit bukaan-bukaan yang asimetris. Faktor lain yang dipertimbangkan penggunaan fasad massive di kedua zona ini adalah fungsi yang diusung kedua nya dimana terletak koleksi buku dan kearsipan. Fasad yang terlalu transparan dan

111 terbuka akan membiarkan banyaknya sinar matahari masuk dan akan berdampak pada keamanan kualitas buku dan dokumen dimana terdapat standar-standar tertentu untuk proses konservasi dokumen kearsipan dan buku-buku.

Fasad pada bagian komersil yang terletak di area belakang site akan bersifat transparan dengan penggunaan material kaca. Hal ini dimaksudkan agar fokus visual para pengunjung tetap kepada bangunan perpustakaan dan arsip yang bersifat massive dan “heavy”. Fasad kaca memberi kesan transparansi, “ringan” dan luas.

Diagram 4.17 Konsep fasad pada bangunan perpustakaan

Dokumen terkait