• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Rangkuti (2006) ada beberapa elemen yang harus ada dalam perizinan, yaitu sebagai berikut :

a. Wewenang

Sebagaimana negara hukum didasarkan kepada bagaimana menegakan peraturan perundang-undangan. Setiap tindakan harus sesuai dengan fungsi dan wewenang yang ada. Menurut willink, untuk dapat melaksanakan dan menegakan ketentuan hukum positif perlu wewenang. Tanpa weweng tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang konkret.

b. Izin Sebagai bentuk Ketetapan

Izin dapat di golongkan sebagai ketetapan yang bersifat konsitutif, artinya krtrtapan yang dapat memberikan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan itu, atau dapat juga di artikan sebagai ketetapan yang memperkenankan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan. Aspeyang biasanya remuat dalam regulasi perizinan diantaranya : persyaratan, hak dan kewajiban, tata cara, jangka waktu keberlakuan, waktu pelayanan, biaya, mekanisme komplain dan penyelesaian sengketa, dan sanksi.

c. Lembaga Pemerintah

Menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berger, keputusan yang memberikan izin harus diambil oleh lembaga yang berwenang, dan yang selali terkait adalah lembaga-lembaga pemerintah atau administrasi negara. Dalam hal ini adalah lembaga-lembaga pada tingkat nasional maupun pada tingkat daerah.

Beragam lembaga yang memiliki wewenang ini dapat menyebabkan tujuan dari kegiatan usaha yang mengharapkan efesiensi dalam pengurusan izin tertentu menjadi terhambat. Artinya campur tangan dari pemerintah dapat memberikan kejenuhan dalam regulasi perizinan yang dilakukan pelaku usaha. Menurut Soehardj, pada tingkat tertentu regulasi ini menimbulkan kejenuhan dan timbul gagasan yang mendorong untuk menyederhanakan pengaturan, prosedur dan birokrasi. Keputusan- keputusan pejabat sering membutuhkan waktu lama, misalnya pengeluaran izin memakan waktu berbulan-bulan, sementara dunia usaha perlu berjalan cepat, dan terlalu banyak mata rantai dalam prosedur perizinan yang memakan banyak waktu dan biaya.

d. Peristiwa Konkret

Izin digunakan oleh pemerintah untuk mengatasi peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkret disini adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat tertentu dan fakte hukum tertentu. Karena peristiwa konkret beragam sesuai dengan perkembangan masyarakat, izin yang dikeluarkan pun menjadi beragam jenisnya.

e. Proses dan Prosedur

Proses dan prosedur dalam regulasi perizinan meliputi prosedur pelayana perizinan, proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses intrenal yang dilakukan oleh aparat atau petugas. Dalam setiap tahapannya, masing-masing pegawai harus dapat mengetahui peran masing-maing dalam proses pelayanannya.

Pada umumnya proses perizinan harus melalui prosedur tertentu yang telah ditetapkan serta harus melengkapi persyaratan- persyaratan tertentu untuk dapat memiliki suatu izin. Prosedurnya sendiri berbeda-beda sesuai dengan jenis, tujuan dan instansi pemberi izin.

Dalam proses pelaksanaan perizinan, lack of comprtrncies sangat mudah untuk dijelaskan. Pertama, proses perizinan membutuhkan adanya pengetahuan tidak hanya sebatas aspek legal dari proses perizinan, tetapi lebih jauh dari aspek tersebut. Kedua, proses perizinan memerlukan dukungan keahlian aparatur tidak hanya dalam mengikuti tata cara urutan prosedurnya, tetapi hal-hal lain yang sangat mendukung kelancaran proses perizinan itu sendiri.Ketiga, proses perizinan tidak terlepas dari interaksi antar pemohon dengan pemberi izin.

Inti dari regulasi dan deregulasi proses perizinan adalah tata cara dan prosedur perizinan. Untuk itu, regulasi dan deregulasi haruslah memenuhi nilai-nilai berikut : sederhana, jelas, tidak melibatkan banyak pihak, meminimalkan kontak fisik antarpihak yang

melayani dengan yang dilayani, memiliki SOP yang jelas, dan wajib dikomunikasikan secara luas.

f. Persyaratan

Persyaratan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh izin yang dimohonkan. Persyaratan perizinan tersebut berupa dokumen kelengkapan atau surat-surat.menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitusif dan kondisional. Bersifat konstitusif karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah langku tertentu yang harus di penuhi, artinya dalam hal pemberian izin itu ditentukan suatu perbuatan konkret, dan bila tidak dipenuhi dapat kena sanksi. Bersifat kondisional karena penilian tersebut baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tigkah laku yang disyaratkan itu terjadi.

Arah perbaikan sitem perizinan ke depannya, paling tidak memenuhi kriteria berikut :

i. Tertulis dengan jelas.

ii. Memungkinkan untuk dipenuhi. iii. Berlaku universal.

iv. Memperhatikan spesifikasi teknis dan aspek lainnya yang terkait (termasuk memenuhi ketentuan internasional).

g. Waktu Penyelesaian Izin

Waktu penyelesaian harus ditentukan oleh instansi yang bersangkutan. Waktu penyelesaian ditetapkan sejak pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan. Setidaknya regulasi dan deregulasi harus memenuhi kriteria :

i. Disebutkan dengan jelas.

ii. Waktu yang ditetapkan sesingkat mungkin.

iii. Diinformasikan secara luas bersama-sama dengan prosedur dan persyaratan.

h. Biaya Perizinan

Biaya perizinan termasuk dalam rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian izin. Penetapan ini harus memperhatikan hal-hal berikut :

i. Rincian biaya harus jelas untuk setiap perizinan, khususnya yang memerlukan tindakan seperti penelian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan.

ii. Ditetapkan oleh peraturan perundangan-undangan atau memperhatikan prosedur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembian menjadi dasar dari pengurusan izin. Namun, perizinan sebagian dari kebijkan pemerintah untuk mengatur aktivitas masyarakat yang sudah seharusnya memenuhi sifat-sifat sebagai penyedia pelayanan publik. Walaupun ada biaya yang di tetapkan, setidaknya harus memenuhi :

i. Disebutkan dengan jelas. ii. Ada satandar nasional.

iii. Tidak ada pengenaan biaya lebih dari sekali untuk setiap objek (syarat) tertentu.

iv. Perhitungan didasarkan pada tingkat real cost (biaya yang sebenarnya).

v. Besarnya biaya yang diinformasikan secara luas.

i. Pengawasan Penyelenggaraan Perizinan

Dalam keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik dikemukakan bahwa pengawasan pelayanan publik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan perizinan oleh aparatur pemerintah yang berdasarkan prinsip-prinsip pelayanan perizinan. Untuk menerapkan prinsip-prinsip pelayanan perizinan, tentunya memerlukan suatu dukungan pembuat kebijakan. Salah

satunya adalah dengan melaksanakan pengawasan melekat diseluruh unit kerja pemerintah.

Namaun, suatu kebijakan tidak begitu saja dapat di implementasikan dengan baik. Disisi lain, kenyataan bahwa masyarakat masih belum puas dengan kualiatas pelayanan perizianan terus meningkat.

Ombusdman hadir untuk menghadapi penyalahgunaan oleh aparatur pemerintah, juga membantu aparatur dalam pelaksanaan pemerintah secara efektif dan efesien serta memaksa pemerintah melaksanaan pertanggungjawaban yan baik.

j. Penyelesaian Pengaduan dan Sengketa

Setiap unit penyelenggara pelayanan perizinan setidaknya harus memeiliki sistem pengaduan untuk menampung pengaduan dari masyarakat. Mekanisme pengaduan merupakan mekanisme yang dapat ditempuh oleh pemohonan izin atau pihak yang dirugikan akibat dikeluarkannya izin. Mekanisme pengaduan merupakan hal yang sangat penting untuk memperbaiki kualitas pelayanan secara terus menerus. Untuk dapat menjadikan pengaduan sebagai sumber perbaikan pelayanan perizinan, maka pengaduan itu sendiri harus dikelola dengan baik dan benar.

Mekanisme penangan pengaduan yang baik dan benar harus memenuhi unsur sebagai berikut : penentuan prioritas pengaduan yang masuk ke loket atau kotak pengaduan dan berbagai sarana pengaduan lainnya, adanya prosedur penyelesaian pengaduan, adanya pejabat/petugas yang secara khusus beryanggung jawab atas pengaduan dan adanya standar waktu penyelesaian pengaduan.

Apabila penyelesaian pengaduan tersebut oleh pemohon atau puhak yang dirugikan akibat dikeluarkannya izin, maka dapat melakukan penyelesaian melalui jalur hukum, yakni melalui mediasi, ombusdman, atau ke pengadilan untuk menyelesaiakan

sengketa hukum perizinan. Berikut hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan penyelesaian sengketa :

i. Prosedur sederhana yang dapat diakses secara luas, ii. Menjaga kerahasian pihak yang mengajukan komplain, iii. Menggunakan berbagai media,

iv. Dilakukan penyelesaian sesegera mungkin,

v. Membuka akses penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan atau nonpengadilan.

k. Sanksi

Sebagai produk kebijakan publik, regulasi dan deregulasi perizinan di indonesia ke depan perlu memperhatikan materi sanksi dengan kriteria :

i. Disebutkan secara jelas dan terkait dengan unsur-unsur yang dapat diberi sanksi dan sanksi apa yang akan diberikan. ii. Janka waktu pengenaan sanksi disebutkan.

iii. Mekanisme pengguguran sanksi.

l. Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban antara pemohonan dan instansi pemberian izin harus tertuang dalam regulasi dan deregulasi perizinan di indonesia. Dalam hal ini juga harus diperhatikan hal-hal berikut :

i. Tertulis dengan jelas. ii. Seimbang antarpara pihak. iii. Wajib dipenuhi antar pihak.

Didalam UU No. 25 Tahun2009 tentang Pelayanan Publik juga dikemukakan Hak dan Kewajiban Masyarakat (yang memohon izin) dan instansi pemberian layanan perizianan. Hak-hak masyarakat :

i. Mendapatkan pelayanan perizinan yang berkualitas sesuai dengan asa dan tujuan pelayanan.

iii. Mendapat tanggapan atas keluhan yang diajukan secara layak.

iv. Mendapat advokasi, perlindungan dan pemenuhan pelayanan. Adapaun kewajiban masyarakat :

i. Mengawasi dan memberitahukan kepada instansi pemberi layanan perizinan untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku.

ii. Melaporkan penyimpangan pelaksanaan pelayanan kepada Ombusdman apabila penyelenggaraan tidak memperbaiki pelayanan seperti dalam angka 1 di atas.

iii. Mematuhi dan memenuhi persyaratan, sistem dan mekanisme prosedur pelayanan perizinan.

iv. Menjaga dan turut memelihara berbagai sarana dan prasarana pelayanan umum.

v. Berpartisipasi aktif dan mematuhi segala keputuan penyelenggaraan.

Dokumen terkait