• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elemen tambahan yang harus dicantumkam pada laporan akhir

Dalam dokumen HUMAN RIGHTS CITIES DOKUMEN REFERENSI (Halaman 45-50)

Perserikatan Bangsa-Bangsa

X. Elemen tambahan yang harus dicantumkam pada laporan akhir

Dokumen ini berisi analisis awal dari masalah-masalah yang terkait dengan peran pemerintah daerah dalam memajukan dan melindungi hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, Komite telah merekomendasikan kepada Dewan HAM untuk menyerahkan laporan akhir kepada Dewan pada sidang ketiga puluh (lihat tindakan Komite Penasehat 13/4). Hal ini mengingat bahwa laporan akhir ini akan menguraikan lebih lanjut beberapa masalah, termasuk tantangan utama yang dihadapi pemerintah daerah dalam melindungi dan memajukan HAM, operasionalisasi konsep “kota yang ramah HAM”, serta praktek terbaik untuk memastikan pelaksanaan HAM di tingkat lokal serta inisiatif internasional dan regional yang relevan.

Endnotes

1 Lihat Council of Europe, European Charter of Local Self-Government and Explanatory Report (Strasbourg, 2010). Tersedia di www.ccre.org/img/

uploads/piecesjointe/filename/charter_sgi_EN.pdf. 2 Tersedia di www.au.int/en/content/african-charter-democracy-elections-and-governance. 3 Tersedia di www.coe.int/t/congress/texts/conventions/conventions_ en.asp?mytabsmenu=6. 4 Ibid. 5 Tersedia di http://conventions.coe.int/Treaty/Commun/QueVoulezVous. asp?NT=176&CL=ENG. 6 Tersedia di https://wcd.coe.int/ViewDoc.jsp?id=887405. 7 Tersedia di https://wcd.coe.int/ViewDoc.jsp?id=1302971. 8 Tersedia di http://conventions.coe.int/Treaty/Commun/QueVoulezVous. asp?NT=207&CM=1&CL=ENG. 9 Tersedia di www.coe.int/T/CM/adoptedTexts_en.asp. 10 Tersedia di http://unhabitat org/?wpdmact=process&did=NjkxLmhvdGxpbms=. 11 Tersedia di www.ccre.org/docs/charter_municipal_liberties.pdf. 12 Tersedia di www.ccre.org/docs/charte_egalite_en.pdf. 13 Tersedia di www.ccre.org/docs/charter_sgi_en.pdf. 14 Lihat bagian VI dari laporan ini.

15 Dalam hal ini, dapat merujuk secara mutatis mutandis kepada pasal 50 dari Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik, dimana ketentuan-ketentuan “akan mencakup seluruh bagian dari Negara federal tanpa batasan atau pengecualian apapun”.

16 Resolusi Majelis Umum 56/83, dengan judul “Tanggungjawab Negara terhadap tindakan yang melanggar secara internasional”, lampiran. 17 Catatan atas rancangan pasal tentang tanggungjawab Negara terhadap

tindakan yang melanggar secara internasional diadopsi oleh Komisi Hukum Internasional pada sesi ke 53-nya (2001), Official Records of the General

Assembly, Fifty-sixth session, Supplement No. 10 (A/56/10), Bab. IV.E.2,

hlm. 82.

18 Pasal 7 dari lampiran Resolusi Majelis Umum 56/83 (lihat catatan kaki 16 di atas).

19 Piagam Eropa tentang Pemerintah Otonomi Daerah (lihat catatan 1 di atas) menetapkan bahwa pemerintah daerah “dalam kebijakan ekonomi nasional berhak untuk mempunyai sumberdaya keuangannya sendiri yang memadai yang dapat dimanfaatkan dengan bebas dalam batas kekuasaannya,” dan sumberdayanya “akan sebanding dengan tanggungjawab yang ditetapkan

oleh konstitusi dan undang-undang” (pasal 9, alinea 1 dan 2). 20 Assanidze v. Georgia, application No. 71503/01, judgment of 8 April

2004. Tersedia di http://hudoc.echr.coe.int/sites/eng/pages/search. aspx?i=001-61875.

21 Lihat Council of Europe, Congress of Local and Regional Authorities, Strasbourg, 25–27 Maret 2014, sesi ke 26, dokumen CG(26)5FINAL, “Best practices of implementation of human rights at local and regional level in member states of the Council of Europe and other countries (Rapporteur: O. Molin), Resolution 365 (2014), Explanatory Memorandum”, alinea 8 dan 14. Tersedia di www.coe.int/t/congress/texts/RESOLUTIONS_ en.asp?mytabsmenu=6.

22 International Council on Human Rights Policy, “Local Government and Human Rights: Doing Good Service” (Versoix, Switzerland, 2005), hlm. 6. Tersedia di www.ichrp.org/files/reports/11/124_report.pdf.

23 Peraturan HAM yang diterapkan di sejumlah kota di Amerika Serikat, yaitu mulai dari peraturan San Francisco mengenai Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, dapat disebut secara khusus karena merupakan contoh yang baik dari pencantuman HAM ke dalam kebijakan dan tindakan di tingkat lokal. 24 Program Human Rights Cities yang dijalankan oleh People’s Movement for

Human Rights Education (PDHRE) atau Gerakan Rakyat untuk Pendidikan

HAM mencakup pengembangan 30 kota yang ramah HAM dan pelatihan 500 pemimpin muda masyarakat di empat lembaga pendidikan regional untuk pendidikan HAM.

25 Tersedia di www.uclg-cisdp.org/sites/default/files/Gwangju_Declaration_on_ HR_City_final_edited_version_110524.pdf.

26 PDHRE mendefinisikan kota yang ramah HAM sebagai “suatu kota atau masyarakat dimana warga dengan itikad yang baik, di pemerintahan, organisasi atau lembaga, berupaya menerapkan kerangka kerja HAM yang mengarahkan upaya pembangunan masyarakat” (lihat “Human Rights Learning and Human Rights Cities: Achievements Report”, 2007; tersedia di www.pdhre.org/achievements-HR-cities-mar-07.pdf). Kota yang ramah HAM juga didefinisikan sebagai “suatu masyarakat, dimana semua anggotanya – dari warga biasa dan pegiat masyarakat hingga pembuat kebijakan dan pejabat daerah – memperjuangkan dialog di tingkat masyarakat dan meluncurkan aksi untuk meningkatkan kehidupan dan keamanan kaum perempuan, laki-laki dan anak-anak berdasarkan norma dan standar HAM”. Lihat Stephen P. Marks dan Kathleen A. Modrowski dengan Walther Lichem,

Human Rights Cities: Civic Engagement for Social Development.

(UN-Habitat-PDHRE, 2008), hlm. 45. Tersedia di www.pdhre.org/Human_Rights_ Cities_Book.pdf.

27 Gwangju Declaration on Human Rights City (lihat catatan 25 di atas). 28 B. Oomen dan M. Baumgärtel, “Human Rights Cities”, hlm. 4. Tersedia

di http://mensenrechten.verdus.nl/upload/documents/Oomen%2

Baumgartel%20Human%20Rights%20Cities%20v2%20March%202013.pdf. 29 Tersedia di www.uclg-aspac.org/uploads/Gwangju_Guiding_Principles_for_

Human_Rights_City_adopted_on_17_May_2014.pdf.

30 Diantara lain: Rosario (Argentina), yang merupakan kota ramah HAM pertama yang dimulai pada tahun 1997; Bandung (Indonesia); Barcelona (Spanyol); Bihac (Bosnia dan Herzegovina); Bogota (Kolombia); Bongo (Ghana); Kopenhagen (Denmark); Graz (Austria); Gwangju (Republik Korea); Kaohsiung (Taiwan, Provinsi Cina); Kati (Mali); Korogocho (Kenya); Kota Meksiko (Meksiko); Mogale (Afrika Selatan); Montreal (Kanada); Nagpur (India); Porto Alegre (Brasil); Prince George County (Amerika Serikat); Saint-Denis (Perancis); Sakai (Jepang); Thies (Senegal); Utrecht (Belanda); Victoria (Australia).

31 Henri Lefebvre, Le Droit à la ville (Paris, Éditions du Seuil, 1968). 32 Koalisi Habitat Internasional dan Jaringan Hak atas Pemukiman dan

Lahan telah berupaya selama dekade terakhir ini untuk memajukan dan mengembangkan definisi dari “hak atas kota”.

33 Tersedia di www.ifrc.org/docs/idrl/945EN.pdf.

34 Tersedia di http://ville.montreal.qc.ca/portal/page?_pageid=3036,3377687&_ dad=portal&_schema=PORTAL.

35 Tersedia di www.hic-net.org/articles.php?pid=3717. 36 Tersedia di http://portal.unesco.org and www.hic-net.org.

37 Dokumen penting ini adalah hasil dari kegiatan persiapan yang dimulai di Barcelona pada tahun 1998 dalam kerangka kerja Konferensi “Cities for

Human Rights”, yang diselenggarakan untuk memperingati tahun ke 50

dari Deklarasi Universal HAM. Ratusan walikota dan politisi ikut serta dalam kegiatan tersebut dan sepakat untuk mendorong pengakuan politik yang lebih kuat sebagai aktor utama dalam upaya untuk melindungi HAM di dunia yang mengalami tingkat urbanisasi yang tinggi. Untuk informasi lebih lanjut, lihat www.uclg-cisdp.org/en/right-to-the-city/european-charter#sthash. E5JeKdIt.dpuf.

38 Piagam ini dirancang oleh United Cities and Local Governments Committee

on Social Inclusion, Participatory Democracy and Human Rights (Komite

Asosiasi Kota dan Pemerintah Daerah untuk Inklusi Sosial, Demokrasi Partisipatif dan HAM). Piagam ini didiskusikan dan disetujui oleh perwakilan terpilih, pakar dan wakil dari masyarakat sipil di seluruh dunia pada tahun 2011. Nilai tambah dari Agenda Piagam Global tentang HAM di Kota adalah bahwa setiap hak asasi yang terkandung dalam dokumen ini diikuti oleh suatu rencana aksi sebagai bahan referensi untuk langkah-langkah spesifik

yang dapat diambil pemerintah daerah. Kota-kota yang menandatangani dokumen ini diajak untuk menyusun agenda lokal berikut tenggat waktu dan indikator untuk dapat menilai efisiensi dalam melaksanakan hak-hak tersebut. Teks lengkap dari Piagam ini tersedia di www.cdp-hrc.uottawa.ca/ uploads/Charter_Agenda_oct_2010_EN.pdf.

39 Lihat catatan 25 di atas.

40 International Council on Human Rights Policy, “Local Government and Human Rights”, hlm. 76.

AGENDA PIAGAM

Dalam dokumen HUMAN RIGHTS CITIES DOKUMEN REFERENSI (Halaman 45-50)