• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elusidasi struktur suatu molekul organik dapat menggunakan

spektroskopi. Dalam hal ini dapat digunakan spektroskopi ultra violet (UV),

spektroskopi infra merah (IR), resonansi magnet inti (NMR proton dan karbon),

dan spektrometri massa. Dalam hal ini, spektrum UV menguji susunan sistem

kromofor dari suatu zat. Spektrum IR dapat memberikan informasi tentang

gugus-gugus fungsional yang penting. Berdasarkan spektrum NMR, dapat diketahui

penyusunan atom-atom hidrogen dan akhirnya spektrum massa tidak hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membantu menentukan berat molekul di samping perhitungan rumus molekul

saja, tetapi juga petunjuk bagi gugus-gugus fungsional dan penyelidikan kerangka

molekul. Dengan demikian penggunaan keempat metode spektroskopi dengan

referensi menyempurnakan pemantapan struktur molekul (Samhoedi cit., Jung,

2001).

1. Spetroskopi inframerah

Bila sinar inframerah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik,

maka sejumlah frekuensi diserap sedang frekuensi yang lain

diteruskan/ditrans-misikan tanpa diserap. Jika persen transmisi atau persen absorbansi diplotkan

terhadap frekuensi maka akan dihasilkan suatu spektrum inframerah

(Sastrohamidjojo, 2007).

Energi dari kebanyakan vibrasi molekuler akan mengacu pada daerah

inframerah pada spektrum elektromagnetik. Vibrasi molekuler bisa dideteksi dan

diukur pada spektrum inframerah. Posisi dari suatu gelombang serapan pada

spektrum dapat diekspresikan dalam mikron (μm) atau yang lebih sering dijumpai dalam bentuk resiprokal dari panjang gelombang (cm-1). Daerah spektrum

inframerah berada pada 4000 cm-1 pada akhir frekuensi tinggi dan 625 cm-1 pada

akhir frekuensi rendah (Williams dan Fleming, 1980). Daerah antara 1400-4000

cm-1, bagian kiri spektrum inframerah, merupakan daerah yang khusus berguna

untuk identifikasi gugus-gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang

disebabkan oleh modus uluran atau rentangan. Daerah di kanan 1400 cm-1

seringkali sangat rumit karena bank modus rentangan maupun modus tekukan

15

gugus fungsional spesifik tak dapat ditarik dengan cermat, namun tiap senyawa

organik mempunyai serapan yang unik di sini. Oleh karena itu, bagian spektrum

ini disebut daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun bagian kiri spektrum

nampaknya sama untuk senyawa-senyawa yang mirip, daerah sidikan haruslah

pula cocok antara dua spektrum, agar dapat disimpulkan bahwa kedua senyawa itu

sama (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Molekul yang tersusun dari banyak atom mempunyai sangat banyak

frekuensi vibrasi. Setiap ragam vibrasi yang berbeda mungkin dapat memberikan

pita serapan yang berbeda. Sejumlah vibrasi yang mempunyai frekuensi sama

maka pita-pita serapannya akan saling tumpang tindih (Sastrohamidjojo, 2007).

Korelasi antara vibrasi beberapa gugus fungsi dan frekuensi (bilangan gelombang)

ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel I. Korelasi antara gugus fungsi dengan frekuensi

Jenis vibrasi Frekuensi (cm-1) Intensitas C-H ulur (stretch) 3000 – 2850 tajam

-CH3 (bending) 1450 – 1375 sedang

-CH2 (bending) 1465 sedang Alkena (stretch) 3100 – 3000 sedang

(keluar bidang) 1000 – 650 tajam Aromatik (stretch) 3150 – 3050 tajam (keluar bidang) 900 – 690 tajam

Alkuna (stretch) ± 3300 tajam Aldehid 2900 – 2800 lemah

2800 – 2700 lemah C=C Alkena 1680 – 1600 sedang-lemah Aromatik 1600 – 1475 sedang-lemah C≡C Alkuna 2250 – 2100 tajam C=O Aldehid 1740 – 1720 tajam Keton 1725 – 1705 tajam Asam karboksilat 1725 – 1700 tajam Ester 1750 – 1730 tajam Amida 1670 – 1640 tajam Anhidrida 1810 – 1760 tajam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Klorida asam 1800 tajam C-O Alkohol, eter, ester asam 1300 – 1000 tajam Karboksilat, anhidrida

O-H Alkohol, fenol

bebas 3650 – 3600 sedang Ikatan –H 3500 – 3200 sedang Asam karboksilat 3400 – 2400 sedang

N-H Amida primer & sekunder dan

amina (stretch) 3500 – 3100 sedang (bending) 1640 – 1550 sedang-tajam C-H Amina 1350 – 1000 sedang-tajam C=N Imina dan oksim 1690 – 1640 lemah-tajam C≡N Nitril 2260 – 2240 sedang X=C=Y Allena, keten, isosianat, 2270 – 1450 lemah-tajam isotiosianat

NO2 Nitro 1550 & 1350 tajam S=O Sulfon, sulfonilklorida 1375 – 1300 tajam Sulfat, sulfonamida 1200 – 1140 tajam C-X Florida 1400 – 1000 tajam Klorida 800 – 600 tajam Bromida, iodida 667

2. Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI)

Spektroskopi resonansi magnet inti (RMI) didasarkan pada penyerapan

gelombang radio oleh inti-inti tertentu dalam molekul organik, apabila molekul ini

berada dalam medan magnet yang kuat.

Dalam suatu spektrum RMI, posisi serapan oleh sebuah proton

bergantung pada kuat netto medan magnet lokal yang mengitarinya. Medan lokal

ini merupakan hasil medan terapan H0 dan medan molekul terimbas yang

mengitari proton itu dan berlawanan dengan medan terapan. Jika medan imbasan

di sekitar proton itu relatif kuat maka medan itu melawan H0 dengan lebih kuat

dan diperluas medan terapan yang lebih besar untuk membawa proton itu agar

17

absorbsinya terletak di atas medan dalam spektrum. Atau sebaliknya jika medan

imbasan di sekitar proton itu relatif lemah, maka medan yang dipakai juga lemah

dan membawa proton ini ke dalam resonansi. Proton itu dikatakan tidak terperisai

(deshielded) dan absorbsinya muncul di atas medan.

Terperisai dan tak-terperisai merupakan istilah relatif. Untuk

memperoleh pengukuran yang kuantitatif diperlukan suatu titik rujukan

(referensi). Senyawa yang dipilih sebagai rujukan adalah tetremetilsilana (TMS),

yang proton-protonnya menyerap pada ujung kanan spektrum RMI.

Atom hidrogen dalam suatu senyawa organik selalu terikat dengan ikatan

sigma, baik pada atom karbon, oksigen, atau atom lain.Medan magnet luar akan

menyebabkan elektron-elektron sigma ini beredar, akibatnya adalah timbulnya

medan magnet molekular kecil yang melawan H0.

Karena medan imbasan melawan medan luar, maka proton yang terikat

secara sigma ini terperisai. Diperlukan kuat medan luar sedikit lebih besar untuk

mengalahkan efek medan imbasan, agar dapat membawa proton tersebut ke dlam

resonansi; oleh karena itu, proton itu menyerap di atas medan dibandingkan

dengan suatu proton hipotesis yang telanjang. Kuat medan imbasan bergantung

pada rapatan elektron di dekat atom hidrogen di dalam ikatan sigma. Makin besar

rapatan elektron, akan makin besar medan imbasan.

Medan magnet yang terimbas oleh elektron pi bersifat berarah

(directional, yakni tak simetris). Karena efek medan molekular yang diimbas oleh

lektron pi bergantung pada arah, maka efek ini disebut efek anisotropik. Efek

anisotropik terjadi sebagai tambahan pada medan-medan molekular yang selalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ada, yang diimbas oleh elektron-elektron ikatan sigma. Adanya medan imbasan

dari elektron pi yang searah dengan medan magnet luar H0 akan membuat proton

menjadi lebih tak terperisai dan menyerap lebih jauh di bawah medan.

Proton yang berada dalam lingkungan magnetik dalam sebuah molekul,

mempunyai geseran kimia yang sama dalam spektrum RMI. Proton-proton

semacam itu disebut proton ekivalen secara magnetik. Proton yang berada dalam

lingkungan magnetik yang berbeda, akan mempunyai geseran kimia yang berbeda

dan dikatakan proton tak ekivalen.

Proton yang ekivalen secara magnetik secara spektroskopi RMI biasanya

sama seperti proton ekivalen secara kimia. Dalam kloroetana, ketiga proton metil

adalah ekivalen secara magnetik dan juga ekivalen secara kimia. Apabila

disubstitusi dengan atom lain, misalnya brom, akan didapatkan satu produk yaitu

1-bromo-2-kloroetana, tidak peduli proton mana yang disubstitusi (Fessenden dan

Fessenden, 1986). H C H CH2Cl H Br C H H CH2Cl ekivalen

Jika H sembarang digantikan oleh Br, hanya diperoleh satu senyawa bromo

Gambar 14. Proton-proton yang ekivalen secara magnetik dan kimia pada kloroetana

Dokumen terkait