C. Uji Pendahuluan
1. Spektroskopi inframerah
Gugus-gugus fungsional pada senyawa hasil sintesis dapat dianalisis
dengan spektroskopi inframerah. Gambar 28 dan 30 menunjukkan hasil elusidasi
senyawa 5-nitro-2-furfural diasetat dan senyawa hasil sintesis dengan
spektroskopi inframerah. Tabel IV memaparkan perbandingan spektrum senyawa
5-nitro-2-furfural diasetat sebagai starting material dan senyawa hasil sintesis.
Dari spektrum inframerah senyawa 5-nitro-2-furfural diasetat didapatkan
6 profil pita representatif yang menunjukkan gugus-gugus fungsional pada
senyawa tersebut. Pita A yang melebar di sekitar 3400 cm-1 menunjukkan adanya
vibrasi dari gugus O-H, sedangkan pada senyawa 5-nitro-2-furfural diasetat tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terdapat gugus O-H. Kemungkinan munculnya pita vibrasi ini disebabkan oleh
adanya H2O yang terikat pada pelet KBr pada saat preparasi.
Cincin furan ditunjukkan dengan adanya serapan dari vibrasi ulur C-H
yang berada dalam gugus aromatis pada 3132 cm-1 (pita B). Kesimpulan tentang
adanya cincin furan diperkuat dengan adanya serapan yang tajam dan kuat pada
1226 cm-1 dari vibrasi ulur gugus eter (C-O-C) dalam cincin beranggota lima (pita
D). Pita C menunjukkan vibrasi ulur gugus karbonil pada ester dengan serapan
yang tajam dan kuat pada 1759 cm-1. Sedangkan pita vibrasi ulur gugus asetat
(C-C(=O)-O) tumpang tindih dengan pita vibrasi gugus eter (pita D). Pada gambar
tampak bahwa pita D (1226 cm-1) tersebut sedikit melebar ke arah bilangan
gelombang yang lebih kecil. Gugus nitro ditunjukkan oleh pita E1 dan E2. Gugus
nitro memang memberikan dua serapan karena memiliki dua tipe vibrasi ulur
39
A
B
C D
Gambar 28. Spektrum inframerah senyawa 5-nitro-2-furfural diasetat Keterangan :
A = pita vibrasi ulur gugus O-H sekitar 3448 cm-1
B = pita vibrasi ulur gugus C-H dalam cincin furan sekitar 3132 cm-1 C = pita vibrasi ulur gugus C=O ester sekitar sekitar 1759 cm-1
D = pita vibrasi ulur gugus CC(=O)O sekitar 1226cm-1 yang tumpang tindih dengan pita vibrasi ulur gugus eter (C-O-C) dalam cincin furan sekitar 1200 cm-1
E1 = pita vibrasi ulur asimetris gugus NO2 sekitar 1512 cm-1 E2 = pita vibrasi ulur simetris gugus NO2 sekitar 1334 cm-1
Dari data hasil analisis spektrum inframerah senyawa hasil sintesis,
didapatkan 6 profil pita representatif yang menginformasikan gugus-gugus
fungsional pada senyawa hasil sintesis. Pita A (ungu) sekitar 3433 cm-1
membuktikan adanya serapan dari gugus N-H pada amida primer. Pita vibrasi ini
tumpang tindih dengan vibrasi ulur interaksi hidrogen intramolekuler atom O dan
H dari nitrofurazon sehingga pita yang tampak menjadi melebar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
O HC N N C NH2 O O2N H
Gambar 29. Interaksi hidrogen intramolekul antara atom O dan H pada nitrofurazon
Adanya pita B (hijau tua) pada 3271-3194 cm-1 semakin membuktikan
keberadaan gugus N-H dari amida, yaitu gugus N-H amida sekunder. Kesimpulan
tentang adanya gugus amida ini diperkuat dengan adanya vibrasi tekuk N-H amida
primer pada profil pita C (hijau muda) yang tumpang tindih dengan vibrasi ulur
gugus C=O dan amida sekunder pada pita D (biru) yang tumpang tindih dengan
vibrasi ulur -NO2. Vibrasi N-H kibasan ke luar bidang juga ditemukan pada
bilangan gelombang 732 cm-1 (pita G).
Pita C yang memiliki intensitas tajam pada 1689 cm-1 menunjukkan
vibrasi ulur C=O dari gugus amida. Adanya gugus –NO2 pada senyawa hasil
sintesis ditunjukkan dengan serapan pita E (oranye) pada bilangan gelombang
1543 cm-1 (asimetris) dan 1350 cm-1 (simetris). Adanya ikatan imina pada
senyawa hasil sintesis ditunjukkan pada pita F (merah) yang memberikan serapan
dengan intensitas cukup tajam pada 1473 cm-1. Pita G (merah muda)
menunjukkan vibrasi ulur gugus eter dalam suatu sistem siklik. Hal ini
41
B
C
D
E
F
G
H
Gambar 30. Spektrum inframerah senyawa hasil sintesis Keterangan :
A = pita vibrasi ulur gugus N-H amida primer yang tumpang tindih dengan interaksi hidrogen gugus O-H sekitar 3433 cm-1
B = pita vibrasi ulur gugus N-H amida sekunder sekitar 3271-3194 cm-1 C = pita vibrasi ulur gugus C=O amida sekitar 1689 cm-1
D = pita vibrasi tekuk gugus N-H amida sekunder sekitar 1600-1620 cm-1 E = pita vibrasi ulur gugus NO2 sekitar 1543cm-1 dan 1350 cm-1
F = pita vibrasi ulur gugus C=N sekitar 1473 cm-1 G = pita vibrasi ulur gugus eter siklis sekitar 1149 cm-1
H = pita vibrasi kibasan ke luar bidang gugus N-H sekitar 732 cm-1
Hasil elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi
inframerah menunjukkan bahwa gugus-gugus fungsi tertentu yang terdapat pada
senyawa hasil sintesis seperti amida dan imina tidak terdapat pada
5-nitro-2-furfural diasetat. Hal ini berarti senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang
berbeda dengan senyawa awal. Dari hasil elusidasi struktur tersebut juga
menunjukkan bahwa gugus-gugus fungsi yang terdapat pada nitrofurazon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditemukan dalam senyawa hasil sintesis. Hal ini mengarahkan kesimpulan bahwa
senyawa hasil sintesis adalah nitrofurazon.
Tabel IV. Perbandingan interpretasi spektrum 5-nitro-2-furfural diasetat dan senyawa hasil sintesis
Gugus fungsi 5-Nitro-2-furfural diasetat Senyawa hasil sintesis
karbonil ada ada
cincin furan ada ada
nitro ada ada
amida tidak ada ada
imina tidak ada ada
2. Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI)
Keberadaan tipe-tipe proton yang berbeda dari senyawa hasil sintesis
dapat diidentifikasi dengan spektoskopi resonansi magnet inti. Nitrofurazon
memiliki 5 tipe proton dengan pencacahan tipe proton (gambar 32) sebagai
berikut: proton metinil pada ikatan imina (A) akan menunjukkan puncak singlet
pada spektrum dan akan memberikan serapan di bawah medan karena merupakan
proton yang terikat pada karbon yang berhibridisasi sp2.
O HC O2N N N C O N H H H H H A B C D E
Gambar 31. Pencacahan tipe proton nitrofurazon
Dua proton pada cincin furan (B dan C) merupakan dua proton yang
43
proton berbeda. Gugus NO2 pada posisi cis terhadap proton B bersifat menarik
elektron sehingga karena pengaruh induksi tersebut, kerapatan elektron pada
proton B lebih rendah daripada proton C. Hal ini mengakibatkan proton B lebih
tidak terperisai dan akan menyerap lebih di bawah medan dibanding proton C.
Proton B dan C akan memberikan puncak doublet karena terikat pada gugus
metinil yang saling berikatan secara langsung. Proton pada amina sekunder pada
gugus hidrazin (D) akan menunjukkan puncak singlet. Dua proton pada amida (E)
merupakan proton yang ekivalen, pada spektrum akan ditunjukkan dengan puncak
singlet. Proton E akan memberikan serapan di atas medan karena kedua proton
tersebut paling terperisai. Hasil elusidasi dengan spektroskopi RMI ditunjukkan
pada gambar 32 dan tabel V.
Hasil integrasi luas area di bawah kurva merepresentasikan perbandingan
jumlah proton yang dimiliki senyawa hasil sintesis. Sesuai dengan hasil elusidasi
senyawa hasil sintesis, perbandingan proton A:B:C:D:E senyawa hasil sintesis
adalah 1:1:1:1:2. Data ini sesuai dengan profil proton senyawa nitrofurazon.
Pada data spektrum RMI terdapat 6 sinyal puncak, 5 sinyal merupakan
proton senyawa hasil sintesis dan 1 sinyal yang terletak di paling atas medan
merupakan sinyal proton dari TMS (tetrametilsilana). Jumlah sinyal ini sesuai
dengan pencacahan proton pada nitrofurazon secara teoritis. Data tersebut dapat
diinterpretasikan sebagai berikut : sinyal puncak A mewakili proton A, yaitu
proton yang terikat pada C=N. Proton ini menyerap di paling bawah medan yaitu
pada δ sekitar 7,9 ppm, karena terikat pada karbon yang berhibridisasi sp2. Adanya medan imbasan yang searah dengan medan magnet luar H0 dari elektron
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pi pada ikatan C=N akan membuat proton yang terikat atom karbon menjadi tak
terperisai oleh efek anisotropik dan menyerap lebih jauh di bawah medan. Hasil
integrasi luas area di bawah kurva sinyal A menunjukkan bahwa jumlah
protonnya adalah 1.
Gambar 32. Spektrum RMI senyawa hasil sintesis (DMSO d6, 60 Hz) Keterangan :
A = sinyal singlet pada δ sekitar 7,9 ppm menunjukkan 1 proton pada gugus C-H
B = sinyal doublet pada δ sekitar 7,8 ppmmenunjukkan 1 proton pada gugus C4-H furan C = sinyal doublet pada δ sekitar 7,2 ppm menunjukkan 1 proton pada gugus C3-H furan D = sinyal singlet pada δ sekitar 6,5 ppm menunjukkan 1 proton pada gugus N-H amida E = sinyal singlet pada δ sekitar 3,3 ppm menunjukkan 2 proton pada gugus NH2 amida
Sinyal doublet B (δ sekitar 7,8 ppm) dan C (δ sekitar 7,2 ppm) menunjukkan bahwa sinyal puncak tersebut merupakan proton-proton yang
45
proton B dan sinyal C menunjukkan proton C. Proton B menunjukkan geseran
kimia yang lebih besar (lebih jauh ke bawah medan) daripada proton C karena
adanya gugus penarik elektron nitro (NO2) yang terikat pada posisi cis sehingga
kerapatan elektron pada proton tersebut semakin kecil dan semakin tidak
terperisai. Proton-proton ini cenderung menyerap di bawah medan karena adanya
efek anisotropik. Karena berada pada cincin furan yang merupakan senyawa
aromatik, maka terjadinya delokalisasi elektron pada cincin menyebabkan adanya
medan magnet imbasan yang searah dengan medan magnet luar H0, sehingga
mengakibatkan proton-protonnya lebih tidak terperisasi dan menyerap di bawah
medan dibanding proton-proton alkil. Hasil integrasi luas area di bawah kurva B
dan C menunjukkan bahwa jumlah masing-masing proton B dan C adalah 1.
Sinyal D pada δ sekitar 6,5 ppm menunjukkan proton dari amida sekunder (proton D). Proton ini lebih menyerap di bawah medan dibandingkan dengan
proton amida primer (proton E) karena adanya atom dan gugus yang
elektronegatif yang terikat pada atom N. Hasil integrasi luas area di bawah kurva
sinyal D menunjukkan bahwa jumlah protonnya adalah 1.
Sinyal E padaδ sekitar 3,3 ppmmenunjukkan proton E yang menyerap di paling atas medan. Hal ini disebabkan karena atom N berhibridisasi sp3 dan
cenderung lebih terperisai dibandingkan proton-proton yang lain. Hasil integrasi
luas area di bawah kurva sinyal E menunjukkan bahwa jumlah protonnya adalah
2, hal ini membuktikan bahwa sinyal E memang merepresentasikan proton-proton
pada gugus amida primer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel V. Hasil elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi RMI
Jenis proton δ (jumlah proton, splitting) Proton atom C pada imina sekitar 7,9 ppm (1, singlet) Proton atom C no. 4 dalam cincin furan sekitar 7,8 ppm (1, doublet) Proton atom C no. 3 dalam cincin furan sekitar 7,2 ppm (1, doublet) Proton gugus amida sekunder sekitar 6,5 ppm (1, singlet) Proton gugus amida primer sekitar 3,3 ppm (2, singlet)
Hasil elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi RMI
menunjukkan bahwa profil tipe proton nitrofurazon sama dengan profil tipe
proton dari senyawa hasil sintesis. Hasil elusidasi dengan spektroskopi RMI ini
memperkuat kesimpulan dari hasil uji pendahuluan dan elusidasi dengan
spektroskopi inframerah, yaitu bahwa senyawa hasil sintesis merupakan
nitrofurazon.