• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

6. Emosi Positif

Melalui latihan dari meditasi mindfulness, para meditator memiliki kognitif yang fleksibel dan mampu menetapkan respon emosi yang baik (Hayes dan Feldman, 2004). Adanya regulasi emosi yang adaptif membuat para meditator untuk berpikir positif, menerima permasalahan, menyelesaikan masalah, dan tidak terikat akan permasalahan yang ada (Chambers dkk., 2009; Hoeksema, 2012). Seseorang yang mindful akan jarang menghindari masalah, memiliki pikiran yang tumpang tindih, kekhawatiran, dan perasaan negatif yang berlebihan (Hayes & Feldman, 2004).

Berkurangnya pengalaman untuk menghindari sebuah permasalahan dapat dilihat dari pernyataan subjek A. A menyatakan bahwa kini ia dapat lebih percaya diri dalam menghadapi suatu permasalahan. Selain itu, A juga menyatakan bahwa amarah yang dimilikinya lebih kecil (A, wawancara, 8 Agustus, 2012; Hayes & Feldman, 2004).

67

Berkurangnya emosi-emosi negatif telah membuat seorang para praktisi meditasi menjadi lebih tenang. Melalui ketenangan yang ada, para praktisi dapat merasakan kondisi well-being. Para praktisi dapat merasakan kepuasan hidup dan memiliki lebih banyak emosi positif daripada emosi negatif (Baumgardner & Crothers, 2009; Carmody & Baer, 2008; Grabovac dkk., 2011).

Hal tersebut dapat dilihat dari pengalaman ketiga subjek. Mereka semua menyatakan bahwa dengan rutin bermeditasi mereka kini merasa lebih baik. A merasa hidupnya lebih relaks daripada dulu. B merasakan bahwa kini emosinya lebih stabil. Oleh karena itu, B dapat merasakan ketenangan dan kelegaan. Emosi yang lebih stabil juga dirasakan oleh C. Hal ini membuat C merasa hidupnya lebih tenang dan nyaman (A, wawancara, 8 Agustus, 2012; B, wawancara, 27 Agustus, 2012; C, wawancara, 21 September, 2012).

Respon pikiran dan emosi negatif turut menambah emosi negatif

Gambar 1. Perubahan regulasi emosi para meditator mindfulness

Pemahaman Positif

Mengetahui keburukan diri (subjek A) Pola pikir benar (subjek A dan B) Memahami adanya aku

(subjek B dan C) Memahami kehidupan

(subjek B)

Menyadari keburukan pada diri (subjek C) Menyadari hakikat emosi (subjek B)

Emosi Positif

Percaya diri (subjek A)

Amarah berkurang (subjek A) Relaks (subjek A)

Emosi lebih stabil (subjek B dan C)

Rasa tenang (subjek B dan C) Rasa lega (subjek B)

Rasa nyaman (subjek C)

mindfulness Permasalahan

kehidupan

Larut dalam amarah (semua subjek)

Larut dalam kekhawatiran

(subjek B) Larut dalam penyesalan

(subjek C)

Keinginan mengatur hal di luar diri (subjek A)

Mencampur aduk antara berpikir, emosi,

dan memecahkan masalah (subjek B)

Banyak berharap (subjek B) Menghubungkan

dengan hal gaib (Subjek B)

Situation Selection

(Tahap 1 regulasi emosi)

Melihat hakikat suatu masalah (subjek B dan C) Lebih selektif (Subjek C)

Situation Modification

(Tahap 2 regulasi emosi)

Tidak nampak pada ketiga subjek

Attentional Deployment

(Tahap 3 regulasi emosi)

Mengkonfrontasi pemikiran yang salah (subjek A)

Cognitive Change (Tahap 4 regulasi emosi)

Tidak nampak pada ketiga subjek

Response Modification (Tahap 5 regulasi emosi)

Reappraisal : Berpikir dengan

sudut lain, berpikir sederhana, melihat pikiran setelah menyalahkan (subjek A)

Acceptance : Menerima

(subjek B dan C)

Bersyukur ( subjek C)

Cepat menyalahkan dan larut dalam amarah (subjek A)

Larut dalam kekhawatiran (subjek A dan C)

Rasa susah mengelola emosi (subjek B) Kesepian (B)

Pikiran bahwa tidak benar dan egois serta menilai diri sebagai meditator buruk

(subjek A)

Malu, kecewa, dan merasa terganggu dan terbebani (subjek A)

Peningkatan awareness dan pemahaman mengubah regulasi emosi menjadi lebih adaptif

Regulasi Emosi Adaptif

Terkadang awareness dan

pemahaman melemah

69

Gambar 2. Pengaruh awareness terhadap regulasi emosi

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rutinitas bermeditasi mindfulness mampu membawa para meditator untuk mengalami suatu perubahan regulasi emosi yang positif. Perubahan regulasi emosi tersebut membuat seorang meditator dapat mengalami kondisi well-being.

Kondisi yang dialami kini sangatlah berbeda dengan kondisi yang lalu, sebelum para praktisi rutin bermeditasi. Dahulu, para praktisi memiliki emosi- emosi negatif yang lebih besar di dalam diri. Para meditator dapat mudah marah, mudah cemas, penyesalan. Selain itu, para meditator memiliki reaksi pikiran dan emosi yang kurang adaptif.

Melalui ketekunan dalam melatih meditasi, para meditator memiliki kesadaran (awareness) yang lebih kuat. Kesadaran yang ada membuat para meditator lebih paham dengan dirinya dan hal-hal di sekitarnya. Oleh karena itu, para meditator dapat berpikir lebih fleksibel. Reaksi pikiran dan emosi yang muncul menjadi adaptif.

Meskipun kesadaran sudah dimiliki oleh para meditator, terkadang kesadaran yang ada dapat melemah. Melemahnya kesadaran membuat pemahaman yang dimiliki melemah bahkan menghilang. Hal ini membuat para meditator tidak dapat bereaksi secara adaptif. Kemampuan regulasi emosi pun melemah.

71

B. Kekuatan Penelitian

Kekuatan pertama yang dimiliki penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran yang lebih jelas akan hubungan antara meditasi mindfulness dengan regulasi emosi. Di dalam penelitian ini terlihat bahwa meditasi mindfulness dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman yang dimiliki oleh para subjek. Oleh karena itu, kemampuan regulasi emosi yang dimiliki menjadi lebih adaptif.

Kekuatan pertama dapat muncul sebagai akibat dari keunggulan kedua dari penelitian ini. Kekuatan kedua terletak pada kredibilitas penelitian yang ada. Peneliti menggunakan participant feedback, a paper trall, serta

comparing researcher’s coding. Di dalam pengolahan data, peneliti bersama beberapa rekan peneliti melakukan analisis bersama untuk meningkatkan objektifitas dari analisis yang dilakukan. Setelah itu peneliti melakukan cross check hasil analisis dengan para subjek. Di akhir penulisan, peneliti mencantumkan verbatim dan data yang telah dianalisis. Hal ini dilakukan agar suatu saat peneliti lain ingin melihat dan menguji penelitian yang dimiliki oleh peneliti.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pertama dalam penelitian ini adalah terkait dengan jumlah subjek yang digunakan sebagai sampel penelitian. Subjek yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Peneliti melihat hasil penelitian antar subjek masih beragam dan belum mencapai titik jenuh. Sehingga, hasil

penelitian yang ada masih kurang merepresentasikan perubahan regulasi emosi yang secara umum terjadi pada para meditator. Hal ini dapat dilihat dari data A yang berbeda dari subjek lain, yang mana A masih memiliki banyak reaksi pikiran dan emosi negatif daripada subjek lain. Selain itu, A juga memiliki sifat yang berbeda dengan subjek lain.

Keterbatasan kedua adalah terkait dengan karakteristik subjek penelitian seperti jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Pada penelitian ini, subjek yang diwawancarai semuanya berjenis kelamin laki-laki dan yang berpendidikan antara SMA hingga S1. Hal ini juga terkait dengan minimnya praktisi meditasi yang rutin bermeditasi di grup yang peneliti tuju.

Selain keterbatasan akan subjek, penelitian ini memiliki keterbatasan lain yaitu fokus penelitian. Peneliti terlalu menitikberatkan pada pencarian data yang berkaitan dengan regulasi emosi dan kurang memperhatikan data akan meditasi mindfulness. Hal ini membuat data yang diperoleh kurang dapat memberikan gambaran yang lengkap akan dampak meditasi mindfulness terhadap regulasi emosi.

Keterbatasan berikutnya adalah mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode IPA, yang mana data yang diperoleh akan bersifat subjektif.

73

D. Saran

Berikut adalah beberapa saran peneliti untuk :

Dokumen terkait