• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian

2. Subjek B

2.1Tema-tema subjek B

a. Regulasi emosi maladaptif

Subjek B nampaknya mengalami kesulitan dalam meregulasi atau mengelola emosi yang ada dalam diri. B mengalami kesulitan dalam mengelola amarahnya.

“Maksud saya aku kok dingenekke, aku dendam bek kowe dan akan menjadi larut; berguling-guling dan akan menjadi rekaman yang nggak tau juntrungnya sampe dimana.” (B,31.2-5)

Pengelolaan emosi yang kurang baik berdampak pada cara pemecahan masalah B. Dahulu B akan mencampuradukkan antara berpikir, emosi, dan memecahkan masalah.

“Biasanya dulu yang saya lakukan adalah campur aduk antara berpikir emosi dan memecahkan masalah itu. Selalu begitu. Padahal itu sebenarnya nggak ada hubungannya dengan masalah itu sendiri to. Mungkin 99% itu emosi, perasaan galau dan sebagainya.” (B, 41.1-6)

Pemecahan masalah yang kurang baik ini membuat B banyak berharap dan menghubungkan sesuatu hal dengan hal gaib.

“Saya selalu berharap, misalnya ah nanti ada ini, ada pertolongan ada apalah, nah itu saya percayai. Tapi kenyataannya hidup itu kan nggak seperti itu. 99% itu nggak seperti yang kita harapkanlah... selalu gitu... ya mungkin ini terlalu ekstrim lah.. ato 80 ato berapa lah. Lebih banyak yang tidak kita inginkan yang terjadi daripada yang kita inginkan terjadi. Dan kita selalu berharap, kita berusaha gini berharap, dan emosi kita juga melibatkan itu. Ada perasaan senang, marah disitu dalam mengejar tujuan itu.” (B, 6-16)

“Dan yang jelas kita lebih dominan, nggak usah dihubung-hubungkan dengan apa....ujan ini dihubungkan dengan tahayul-tahayul yang tidak perlu. Mau bengi ngimpi opo bar kuwi ngene. Yang kadang- kadang kita menghubung-hubungkan sendiri dan kita percayai, dulu kan gitu.Mau bengi aku ngimpine koyo ngene, kokbisongenewahkudungene.” (B, 55.1-8)

Semua hal yang dilakukan di atas membuat B semakin sulit mengelola emosinya. B larut dalam kekhawatiran.

“Nah dengan ini, itu kan emosi-emosi yang resah kita to sebenere, resah kita untuk mengharapkan hal ini bekerja dengan otak-atik gathuk tadi; kalo orang jawa tu. Saya jadi resah dhewe yang enggak karu-karuan. Padahal dengan resah itu kita akan memutuskan untuk melakukan hal yang akan datang dengan yang itu juga. Jadi, kan betapa nelongsone dhewe, trus tambah khawatir.” (B,56.1-8)

b. Peningkatan awareness

Rutinitas meditasi yang dilakukan oleh B membuat B menjadi orang yang lebih aware. B kini mampu menyadari emosi- emosinya.

“Marah ya inilah yang rasanya marah, ya inilah rasanya benci ato mungkin inilah rasanya saya tenang. Saya tidak

47

terlalu larut ke dalam, tidak akan larut ke dalam dan juga tidak menolaki mereka.” (B, 30.3-7)

c. Pemahaman positif

Peningkatkan kesadaran membuat B memiliki pemahaman- pemahaman yang baik akan suatu masalah dan hakikat kehidupan ini.

“Saya pikir kok nggak ada masalah berat dan ringan. Yang ada adalah seberapa terlibat kita dalam itu. Semakin kita, walaupun kecil tapi terus kita terlibat terlalu dalem dan kita terus mengoroki masalah itu ya jadinya lebih besar. Jadi maksud saya ya saya pikir bahwa itu sama.” (B, 37.1-6)

Nek dengan ini akal sehat yang lebih benar memahami hidup yang selalu mengecewakan buat saya hidup tu nek nggak kita pahami cara kerjanya dunia ini, selalu akan menyengsarakan. Nah kalo kita memahami mau menerima dengan segenap hati dan intelektual, kita nggak akan selalu kecewa saya pikir lho ya. Begitu kita pahami hidup ni wes ternyata settingan awal kita hidup supaya kita menderita dulu. (B, 59.3-11)

Selain itu, B kini dapat menyadari bahwa di dalam kekacauan emosi atau pikirannya terdapat ego diri atau keakuan.

“diikuti dan a...ironisnya ditambahi aku tadi, aku kok dingenekke, misal gitu marah, aku tambah ketulo-tulo; tambah sengsara. Dan itu nyabetnya kemana- mana....nggak tau kita sudah nggak tau.” (B, 33.1-4)

d. Reaksi Pikiran Positif

Pemahaman-pemahaman yang ada kini membuat B lebih jelas dalam melihat suatu permasalahan.

“Sekarang bisa melihat masalah itu, saya di luar. Jadi lebih enaklah mengevaluasi. Penyelesaian secara..secara.. kasat mata.” (B, 38.3-6)

e. Reaksi emosi positif

Berkembangnya kesadaran dan pemikiran yang positif juga telah membuat B bereaksi lebih positif terhadap masalah. B kini mampu menerima suatu keadaan yang kurang mengenakkan.

“Menerima dengan kehadiran mereka-mereka itu. Kita nggak menolak, kita nggak apa. Jadi kemampuan untuk itu yang kalo kita lawan jelas nggak sembuh lagi... kita lawan lagi ya wes pasti gelut mbek itu lagi, kita masuk... ya kita lawan juga nggak, pokoknya kita persilahkan mereka.” (B, 25.2-7)

f. Reaksi emosi negatif

Perubahan-perubahan positif memang telah terjadi dalam diri B, akan tetapi B masih memiliki respon-respon emosi yang negatif dalam menghadapi suatu masalah. B merasa kesepian setelah ia bercerai dengan istrinya. Selain itu, B merasa susah mengelola emosinya tersebut.

“Ya misalnya masalah kesepian dalam hidup. Itu kan hal yang.. terus terang saya mengalami hal itu, itu lebih komplek saya hadapi. Mungkin orang lain nggak karena mereka sudah ada.. mereka lebih apalah dari saya. Tapi buat saya sebuah masalah besar gitu.” (B, 50.1-6)

“tapi ada hal tertentu yang nggak bisa gitu. Bukan nggak bisa; sangat susah untuk kita kelola. Jadi itu elingnya harus lebih intensif kalo kita menghadapi rasa itu.” (B, 49.1-4)

g. Emosi positif

Peningkatan kesadaran dalam diri B telah memberikan efek domino bagi diri B. Selain pemikiran dan respon emosi B menjadi

49

lebih positif, kini emosi B lebih stabil dibandingkan dengan waktu sebelum rutin bermeditasi.

“Dengan sekarang ini kita mengingat yo jelas ingat, tapi emosinya lama-lama sudah ilang. Yang saya rasakan itu yang paling besar manfaatnya. Emosi itu sampe.. ada yang inget ya ada, tapi sudah enggak ada tarikan emosi negatif untuk itu.” (B, 14.1-5)

Hal ini tentu membuat B merasa tenang dan lega.

“dan intinya pokoknya lebih tenang” (B, 20.1)

“saya ndak merasakan senang yang meletup- letup...malah enggak..seneng yang; bahagia yang intine lega. Bukan suatu hal yang meletus kaya dapat lotere; nggak. Atau apalah, disko yang ngejreng-ngejreng itu nggak...Misalnya cinta diterima....Itu lebih legalah” (B, 21.1-6)

Dokumen terkait