• Tidak ada hasil yang ditemukan

Empat Keramat!

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 149-153)

Hampir semua Suku Indian berbicara mengenai keempat arah dan keempat angin. Suku Navaho menunjuk kepada empat gunungnya yang suci. Suku Sioux mempunyai upacara untuk mendatangkan hujan dengan menggunakan empat tim kuda yang masing-masing terdiri dari empat ekor kuda, setiap tim kuda itu dicat dengan warna yang sama -- semuanya empat warna. Banyak suku Indian memakai lambang salib yang berkaki empat bernama "Mata Allah" untuk menunjuk kepada Empat Keramat. Beberapa tua-tua Indian, pada waktu mengajarkan adat suku bangsa mereka kepada anak-anak, mempunyai kebiasaan menyusun bahan pelajaran mereka dalam empat golongan. Hasilnya ialah, bahwa anak-anak Indian berpendapat: mereka lebih mudah mengingat segala sesuatu yang telah dikelompokkan ke dalam empat golongan.

Mintalah saja kepada sejumlah "penyimpan cerita-cerita kuno" dari Suku Indian, supaya menggambarkan inti dari Empat Keramat itu, maka pada umumnya jawaban mereka akan berbunyi demikian: Ketika Roh Agung (Wakan Tonka bagi Suku Sioux, Saharen-Tyee bagi Suku Yakima, dst.) menciptakan dunia ini, dia menugaskan Empat Keramat itu untuk memelihara ketertiban. Dengan demikian, Empat Keramat itu bukan empat dewa atau empat roh jahat, melainkan empat prinsip pemelihara ketertiban, yang menjaga supaya segala-galanya jangan hancur karena kekacauan.

Mintalah saja kepada orang-orang Indian supaya menjelaskan Empat Keramat itu secara sendiri-sendiri, maka Anda tidak akan mendapat suatu jawaban. Sekiranya orang-orang Indian itu pernah tahu bagaimana yang satu berbeda dari ketiga yang lain, pengetahuan itu rupanya telah lama hilang. Orang-orang Indian berbicara tentang keempat-empatnya secara kolektif, dan tidak pernah dengan cara yang lain.

Suatu hal yang perlu dicatat ialah bahwa sejumlah penginjil yang ditugaskan ke berbagai Suku Indian di Amerika Utara telah melaporkan, tanpa menyadari mengapa, bahwa setiap kali mereka mengajarkan Keempat Hukum Spiritual (Campus Crusade for Christ), orang-orang Indian itu langsung tertarik perhatiannya! Malahan telah sering terjadi kebangunan rohani bilamana bahan-bahan demikian itu dibicarakan secara mendalam, khususnya oleh seorang yang dihargai oleh orang-orang Indian itu.

Ed Malone, seorang pendeta dari Whittier Christian Fellowship di California, setiap tahun mengadakan kunjungan ke daerah-daerah Suku Navaho untuk mengajar kepada pendeta-pendeta Indian yang masih muda dan penuh semangat. Inilah komentar

Pendeta Malone: "Sungguh mengagumkan bagaimana khotbah yang terbagi dalam empat pokok dapat membangkitkan minat begitu besar di kalangan Suku Navaho!"

150

Bayangkanlah seorang guru yang memegang buku kecil berjudul Empat Hukum Spiritual di depan sekelompok orang Indian, sambil berkata, "Di sini ada empat hukum rohani. Kalau kalian melanggarnya, hidup kalian pasti akan kacau. Kalau kalian

menaatinya, Allah akan memberi kemantapan dan ketertiban dalam hidup kalian, keluarga kalian, pekerjaan kalian, masa depan kalian ...."

Kepercayaan Indian yang kuno mengenai Empat Keramat itu tergantung seperti papan gema yang tak kelihatan di belakang para guru dan memberi tekanan serta

kesungguhan yang khusus kepada setiap kata yang diucapkan guru itu.

Apakah konsep Empat Keramat itu hanyalah suatu khayalan belaka? Atau mungkinkah ada sifat-sifatnya yang beralasan? Apakah Alkitab menyindir akan adanya Empat Keramat yang telah ditugaskan oleh Allah supaya memelihara ketertiban di dalam alam semesta?

Saya percaya bahwa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu ialah: "Ya, ada." Coba, pertimbangkanlah fakta-fakta ini:

1. Kedua belas suku Israel yang menuju ke negeri yang dijanjikan, selalu berkemah dalam empat kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga suku. Panji-panji dibagikan bukan kepada setiap suku dari kedua belas suku itu, melainkan kepada setiap kelompok dari keempat kelompok itu.

2. Altar atau mezbah Yahudi dibuat dengan empat "tanduk" yang menonjol dari keempat sudutnya. Persembahan kurban hanya dianggap sah kalau benar-benar diikatkan pada keempat tanduk itu, dan tidak hanya diletakkan di atas altar.

3. Perjanjian Baru mempunyai empat Kitab Injil.

4. Yesus wafat di atas kayu salib yang menunjuk keempat arah.

5. Kitab Wahyu menceritakan tentang empat ekor kuda dengan empat warna yang berbeda-beda, dan empat orang penunggang yang berbeda- beda pula.

6. Akhirnya, nampaknya Alkitab mengajarkan secara mutlak bahwa segala kenyataan terbagi ke dalam formasi yang bertingkat empat. Tingkat tertinggi disediakan bagi Allah, yaitu Raja atas segala- galanya. di bawah Allah adalah tingkat warga, tempat yang sah bagi segala makhluk yang diciptakan menurut gambar Allah. Di bawah tingkat warga itu kita dapati apa yang bisa kita sebut tingkat penghuni -- disediakan untuk dunia tumbuh-tumbuhan dan hewan. Akhirnya, pada tingkat yang paling rendah, maka zat, tenaga, dan hukum-hukum alam mendapat tempatnya.

Tak ada satu pun di bumi ini yang tidak tergolong dalam salah satu dari keempat tingkat formasi yang kosmik itu. Selanjutnya, asal saja segala sesuatu tetap berada di dalam tingkat yang telah disediakan baginya, maka ketertiban akan terjamin! Dosa hanya terjadi bilamana suatu eksistensi yang diciptakan untuk berada pada tingkat warga, berusaha keluar dari tempatnya yang ditentukan baginya dan berusaha merebut tempat yang sah bagi Allah sebagai Penguasa segala-galanya.

Sungguh, mungkin konsep Indian itu mempunyai makna yang lebih dalam daripada yang diduga orang pada pertimbangannya yang pertama.

151

1. dari wawancara dengan Elmer Warkentin dan Clara Lima, utusan Injil yang bekerja sama dengan RBMU Internasional, di antara suku Dayak di Kalimantan (Borneo). 2. Don Richardson, Peace Child (Ventura, CA: Regal Books, 1974), bab 2. Buku ini sudah

diterjemahkan dengan judul Anak Perdamaian oleh Penerbit Kalam Hidup, Bandung, 1977

3. Ibid., hal 284, 285.

4. Don Richardson, Lords of the Earth (Ventura, CA: Regal Books, 1977), hal. 132-134. Buku ini sudah diterjemahkan dengan judul Penguasa-penguasa Bumi oleh Penerbit Kalam Hidup, Bandung, 1981.

Sumber:

Judul Buku:Kerinduan akan Allah yang Sejati Penulis :Don Richardson

Halaman :169-171

Surat Anda

Dari: Edwin <edwin@>

>Kalau boleh saya ingin mendapatkan data mengenai suku-suku yang ada >di Indonesia beserta pelayanan injil yang telah dilakukan untuk

>menjangkau mereka. Beberapa tahun yang lalu saya melihat ada buku >kecil yang memuat 27 suku untuk didoakan, mungkin sekarang sudah >tidak terbit lagi. Terima kasih banyak atas informasinya, Tuhan

>Yesus memberkati kita semua

Redaksi:

Untuk mendapatkan data tentang suku-suku yang ada di Indonesia, Anda dapat

langsung berkunjung ke Situs e-MISI khususnya di bagian "Doa Bagi Suku" di alamat: ==> http://www.sabda.org/misi/suku.php

Sehubungan dengan buku kecil yang memuat tentang 27 suku untuk didoakan, kami kurang tahu jelas bagaimana mendapatkannya (atau apakah masih diterbitkan). Untuk itu kami minta tolong, jika ada dari pembaca e-JEMMi yang mengetahui informasi tentang buku yang berisi data tentang suku-suku di Indonesia, silakan membantu Saudara Edwin dengan mengirimkan informasinya melalui Redaksi Buletin e-JEMMi. Demikian jawaban kami. Selamat melayani dan mendoakan suku- suku di Indonesia.

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?"

Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"'

152

e-JEMMi 16/April/2004

Editorial

Salam dalam kasih Kristus.

Siapa yang tidak mengenal nama Ruth, Naomi, Ester, Debora, Maria Magdalena, dan Elisabet? Mereka adalah sebagian kecil dari tokoh- tokoh wanita yang dituliskan dalam Alkitab. Masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri, namun yang pasti Allah telah menggunakan para wanita ini untuk menggenapi rencana-Nya. Selain dalam Alkitab, nama- nama tokoh wanita yang hebat juga dapat kita jumpai di panggung sejarah dunia. Nama-nama mereka terukir untuk mengharumkan nama bangsanya karena mereka telah menaikkan derajat kaumnya. Para wanita hebat ini tidak mau kalah dengan rekan-rekannya kaum pria untuk ikut ambil bagian memajukan berbagai bidang kehidupan manusia.

Di Indonesia kita kenal seorang tokoh wanita yang bernama Kartini, yang perjuangannya akan kita peringati tanggal 21 April ini. Karena kegigihannya

mempertahankan prinsip bahwa wanita juga berhak untuk maju dan mendapatkan pendidikan, maka namanya terukir dalam sejarah bangsa ini sebagai wanita yang memperjuangkan emansipasi wanita. Bagaimana dengan dunia pelayanan Kriten, khususnya di bidang misi? Kenalkah Anda dengan tokoh-tokoh wanita yang hebat dalam ladang pelayanan misi Tuhan? Dalam rangka ikut merayakan Hari Kartini, maka e-JEMMi minggu ini muncul dengan edisi khusus yang akan membahas tentang

pelayanan wanita, khususnya dalam dunia pelayanan misi.

Salah satu tokoh misi wanita yang akan kami tampilkan adalah Betty Olsen, seorang perawat yang membaktikan dirinya dalam dunia medis sekaligus sebagai misionaris di Vietnam. Simak lika-liku hidup dan pergumulan pelayanannya. Melalui kisah hidupnya ini kita bisa belajar banyak. Kiranya hal ini dapat mendorong kita untuk lebih mengucap syukur atas pelayanan wanita di berbagai tempat di dunia ini dan mari bersama-sama mendukung mereka dalam doa agar Tuhan terus menjaga semangat dan perjuangan mereka.

Redaksi Buletin e-JEMMi

"Never afraid of giving up your best, and God will give you His better."

153

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 149-153)