• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menciptakan Suatu Tempat yang Aman

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 117-120)

Seorang pria telah menghadiri beberapa acara penjangkauan dan mulai menghadiri kebaktian pada setiap Sabtu malam. Ia telah terjebak dalam suatu gaya hidup gay dan sedang mencari suatu jalan keluar, namun ia takut kalau-kalau ditolak gereja. Suatu hari ia datang kepada saya sesudah kebaktian dan mengatakan, "Saya seorang

homoseksual. Saya telah mengikuti kebaktian di sini selama beberapa bulan dan telah menyaksikan sikap Anda dan gereja Anda. Saya tertarik karena gereja ini menjadi suatu tempat yang aman. Saya ingin menyerahkan kehidupan saya kepada Kristus." Kami

118

berdoa, dan sesudah itu saya memperkenalkan dia kepada para pemimpin pelayanan kami untuk kaum homoseksual. Ia bergabung dalam program ini, dan tiga bulan kemudian ia menulis surat kepada saya. "Saat yang amat menentukan dalam

kehidupan saya untuk mengatasi keinginan homoseksual," tulisnya, "adalah ketika saya berjumpa dengan Anda dan menceritakan kepada Anda keberadaan saya apa adanya. Sesudah mengikuti kebaktian selama beberapa bulan, saya merasa bahwa saya dapat diterima. Saya tahu bahwa Anda melihat seorang pribadi, bukannya seorang pria gay. Pada saat itu saya tahu bahwa saya sudah bebas."

Orang-orang yang belum bergereja akan kembali ke suatu gereja yang memberikan rasa aman. Bagi mereka, inilah unsur yang paling penting. Jika mereka tidak merasa aman bersama Anda, mereka tidak akan mau tinggal cukup lama untuk mendengarkan berita kebenaran.

Anda dapat melakukan beberapa hal untuk menjadikan diri Anda dan gereja Anda sebagai tempat yang terasa aman bagi orang-orang yang belum bergereja.

Jelaskan maksud Anda yang sesungguhnya. Apabila kami bertanya kepada mereka yang belum bergereja mengapa mereka tidak datang ke gereja, keluhan nomor satu, yaitu bahwa mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi atau yang sedang disampaikan oleh pendeta. Kami mencoba menghilangkan berbagai asumsi tentang apa yang akan dimengerti para jemaat, dan kami berusaha keras untuk berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka yang belum bergereja dan belum berpengalaman. Berilah penjelasan mengapa. Kelompok masyarakat pasca

modernisme menolak komunikasi jenis petunjuk langsung. Jika suatu khotbah dimulai dengan pernyataan otoritatif tentang bagaimanakah seharusnya jemaat bersikap, khotbah seperti itu akan membuat mereka mundur. Saya telah membuktikan bahwa lebih baik berbicara secara persuasif, meski kadang-kadang perlu waktu dua kali lebih lama untuk menjelaskan suatu pokok masalah. "Jika Anda mempercayai hal ini, pasti akan terjadi demikian; jika Anda percaya hal itu dengan sungguh-sungguh, pasti hal itu pun akan terjadi."

Dengan kata lain, jemaat sekarang lebih cenderung akan datang kembali ke sebuah gereja yang memberikan penjelasan mengapa. Salah satu di antara kaset-kaset

rekaman yang paling banyak diminati adalah "How We Got the Bible and Why We Know It's the Word of God" (Bagaimana Kita Menerima Alkitab dan Mengapa Kita Tahu bahwa Alkitab adalah Firman Allah).

Jangan merepotkan jemaat. Saya mempunyai seorang teman yang menjadi rabbi. Suatu ketika saya berkata kepadanya, "Tidak takutkah Anda bergaul dengan orang seperti saya, seorang penginjil yang lebih senang melihat Anda bertobat?" Ia seorang pakar Kitab Roma 9-11 dan mengajar di banyak seminari. Ia berkata, "Oh, tidak. Saya adalah anugerah Allah bagi Anda. Menurut pemahaman saya tentang Perjanjian Baru, tugas saya adalah memberikan kesempatan kepada Anda untuk mengasihi. Jika saya diyakinkan, itulah pekerjaan Roh Kudus. Pekerjaan Anda mengasihi, dan Roh Kudus meneguhkan." Rabbi itu mungkin memahami proses tersebut dengan lebih baik

119

dibanding kita! Orang-orang merasa aman apabila kita mengasihi mereka dan tidak berusaha memaksakan keputusan untuk segera menerima dan mengikut Kristus.

Jangan kaget karena banyaknya masalah. Orang-orang yang belum bergereja mengira bahwa gereja tidak menginginkan orang-orang yang bermasalah dengan dosa. Mereka menganggap bahwa orang-orang yang datang ke gereja adalah sempurna -- atau sedikit agak munafik untuk bertindak seperti mereka. Apabila Anda tidak menempelak dosa-dosa mereka, mereka merasa tenang. Apabila pendeta menunjukkan sikap transparan dalam khotbah-khotbahnya, misalnya, hal ini dapat membuat mereka mengakui masalah-masalah mereka.

Berikan tawaran-tawaran yang tidak mengancam. Kami tidak mengadakan tantangan untuk maju ke depan (altar call) di gereja, sebab banyak orang yang belum bergereja telah melihatnya melalui acara TV dan tidak menyukainya. Namun demikian, kami selalu memberikan suatu tawaran pada acara-acara penjangkauan. Biasanya kami akan meminta hadirin agar memejamkan mata, dan kemudian meminta mereka yang mau menerima Kristus supaya memandang pembicara. Kami melakukan kontak mata dengan mereka dan mengajukan beberapa pertanyaan, memohon mereka untuk mengangguk sebagai tanda tanggapan, guna meyakinkan mereka mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Kami akan bertanya, "Apakah Anda diajak seorang teman?" Jika seseorang mengangguk, kami meminta dia untuk bercerita kepada temannya itu tentang keputusan yang baru dibuat. Kami berdoa dan kemudian

menawarkan suatu paket gratis berisi kaset-kaset dan pelajaran Alkitab. Pada saat kami mendorong jemaat agar pergi bersama teman mereka menuju ruang resepsi, kami mencoba mengarahkan mereka supaya tidak agresif: "Kami menyadari bahwa banyak orang tidak mau melakukan hal ini segera. Jadi, lakukanlah minggu depan, apabila Anda merasa kurang tertarik pada sesuatu. Kami tertarik dengan keputusan Anda sendiri, bukan memaksakan kehendak kami pada Anda." Tidak berapa lama kemudian, seorang pria anggota gereja kami mengajak tiga atau 40 orang teman sekerjanya ke suatu acara penjangkauan dan kemudian mengadakan suatu pesta besar sesudah acara itu. di situlah mereka berbicara tentang apa yang mereka alami dalam suasana yang menyenangkan dan nyaman tanpa ada ancaman. di akhir acara tersebut, ia berkata, "Silakan datang kembali ke gereja secepat mungkin Anda dapat. Saya yakin Anda akan menyukainya." Ternyata ada banyak di antara temannya yang datang ke gereja; bahkan beberapa telah menerima Kristus. Jemaat yang dilatih untuk menjadi "pembawa-dan-penarik" jiwa dapat mengajak teman-teman mereka ke sebuah gereja yang mereka pandang relevan dan aman bagi mereka. Dan cepat atau lambat,

sebagian besar di antara mereka, kalau tidak semuanya, pasti akan kembali ke gereja.

Doug Murren adalah pendeta pendiri Eastside Foursquare Church di Kirkland, Washington.

Mike Meeks adalah pendeta senior eksekutif di Eastside Foursquare Church di Kirkland, Washington.

120

Sumber Misi

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 117-120)