• Tidak ada hasil yang ditemukan

Empat Tahun Berlalu

Dalam dokumen Cerita di Balik Reformasi Perpajakan (Halaman 91-94)

Sudah empat tahun Reformasi Perpajakan Jilid III berjalan. Lima pilar sudah dibangun dan ditegakkan. Tentu publik menantikan hasil apa yang diperlihatkan oleh DJP dalam rentang waktu sejak 2016 hingga sekarang.

Apakah perubahan tersebut berpengaruh terhadap harapan masyarakat akan terciptanya administrasi pajak yang mudah dan memberikan kepastian hukum? Mari lihat satu per satu kemajuan tersebut.

Pertama, organisasi DJP. Laporan dari Pokja 1 mencatat lima kemajuan hingga akhir Desember 2020, yaitu:

1. Konsep penataan Kantor Pusat DJP (KPDJP). Pada Juli 2019, telah dibentuk Direktorat Data dan Informasi Perpajakan (DIP) serta Direktorat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

2. Penataan unit vertikal KPP LTO, Khusus, Madya, dan Pratama.

Telah terbit PMK Nomor 184/PMK.01/2020 tentang Perubahan atas PMK Nomor 210/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Vertikal DJP. Rencana implementasi pada Mei 2021.

3. Penataan unit vertikal Kantor Wilayah DJP dan Contact Center.

Saat ini DJP mempunyai Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan (KLIP) dan Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (PPDDP). Ke depan, tugas dan fungsi kedua lembaga tersebut akan dilakukan penyesuaian.

4. Fungsional penyuluh. Pada 2020 telah keluar nama-nama pegawai DJP yang direkomendasikan untuk diangkat sebagai fungsional penyuluh setelah mereka lolos uji kompetensi.

5. Fungsional pemeriksa. Rancangan Peraturan Menteri PANRB tentang jabatan fungsional pemeriksa pajak sudah dikirim oleh Kementerian Keuangan ke Kementerian PANRB dan

sudah dibahas pada Desember 2020. Ke depan, fungsional pemeriksa pajak akan dimasukkan ke dalam rumpun pemeriksa pajak dengan fungsi utama kepatuhan wajib pajak, bersama-sama dengan fungsional dari Account Representative, penelaah keberatan, juru sita, intelijen, dan analis peraturan.

Kedua, SDM. Pengelolaan SDM penting untuk membuat organisasi DJP lebih baik lagi. Setidaknya ada lima hal yang menjadi sorotan reformasi SDM di DJP saat ini: analisis kebutuhan SDM, manajemen talenta, pola karir dan mutasi, learning journey, dan pembentukan unit kepatuhan internal.

Ketiga, teknologi informasi dan basis data. Capaian paling menonjol dari reformasi teknologi informasi adalah adanya Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (PSIAP) sebagai sistem inti di DJP.

Hingga akhir 2020, tiga pekerjaan besar dalam rangka merancang, menyusun, dan mengimplementasikan PSIAP telah diselesaikan, yakni menetapkan pemenang tender dan menandatangani kontrak pengadaan System Integrator. Vendor terpilih adalah LG CN5 – Qualysoft Consortium; kemudian menetapkan pemenang seleksi dan menandatangani kontrak pengadaan Owner’s Agent Project Management and Quality Assurance, dengan vendor terpilih, yaitu PT Deloitte Consulting Indonesia; dan yang terakhir menetapkan pemenang seleksi dan menandatangani kontrak pengadaan Owner’s Agent Change Management dengan vendor terpilih PT Towers Watson Indonesia.

Dalam reformasi basis data, telah dilakukan pemutakhiran basis data dengan penyelesaian sebesar 99,99%, migrasi basis data dengan penyelesaian 96,78%, dan penyusunan data governance dengan tingkat penyelesaian 100%.

Keempat, proses bisnis. Tim Reformasi Perpajakan belum sepenuhnya menyelesaikan pekerjaannya terkait reformasi proses bisnis. Namun, ke depannya tim akan menyempurnakan proses bisnis yang ada saat ini untuk disesuaikan dengan PSIAP.

Fungsi pelayanan disempurnakan dengan unifikasi SPT Masa PPh, regulasi dan aplikasi e-Kuasa, implementasi prepopulated dokumen ekspor (PEB) dalam SPT Masa PPN, dan implementasi prepopulated dokumen cukai.

Fungsi penegakan hukum disempurnakan dengan membuat modul pengungkapan ketidakbenaran perbuatan secara daring; integrasi aplikasi bidang pengawasan, pemeriksaan, penegakan hukum, serta keberatan dan banding; membuat modul penghapusan piutang (debt write off); serta membuat modul penagihan, penyanderaan, pencegahan, dan pemblokiran rekening.

Fungsi pengawasan disempurnakan dengan implementasi CRM pada fungsi perpajakan internasional, pengembangan e-TPA (Electronic Taxpayer Account), pengembangan Potential Revenue Monitoring (PRM), dan pengembangan Approweb versi 4.0.

Kelima, peraturan atau regulasi perpajakan. Ada empat capaian dalam reformasi regulasi perpajakan, yakni membuat banyak regulasi seperti proses pelaksanaan penagihan pajak, pendaftaran, Wajib Pajak Besar, Khusus, dan Madya, penyampaian Surat Keberatan secara elektronik, wajib pajak prioritas, dan persiapan migrasi basis data inti.

Kemudian tiga capaian lainnya dalam reformasi regulasi perpajakan adalah memperbaiki regulasi dengan penggolongan piutang pajak, pemusatan PPN, masa pengkreditan Pajak Masukan, dan PPN Jasa Angkutan Laut Luar Negeri; membuat regulasi dalam rangka mendorong perekonomian di masa pandemi; dan yang terakhir membuat rancangan UU yang terdiri dari Perppu Nomor 1 Tahun 2020 dan UU Nomor 2 Tahun 2020.

Yustinus Prastowo memberikan pandangan yang sedikit berbeda.

“Dari kelima pilar, yang paling menonjol adalah proses bisnis. Yang paling tertinggal adalah organisasi-SDM,” katanya. Namun, ia mengingatkan agar jangan sampai ada euforia dan bahwa dengan selesainya PSAP kemudian merasa semuanya selesai.

Sementara itu, Darussalam menilai adanya kemajuan dalam reformasi administrasi, proses bisnis, dan teknologi informasi.

Menurutnya, “Kemudahan dalam memenuhi kewajiban perpajakan perlu diapresiasi.”

Ke depan, tidak perlu lagi orang berbondong-bondong ke KPP sekadar untuk mengisi SPT. Wajib pajak tidak perlu bertemu dengan petugas pajak di KPP kecuali jika ada masalah. Ada efisiensi waktu dan hal ini berkonotasi pada simplifikasi dokumen sehingga biaya kepatuhan bisa ditekan.

“Semakin rendah biaya, akan meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak. Semoga dengan dibangunnya kemudahan adminsitrasi ini kepatuhan wajib pajak akan meningkat,” imbuhnya.

Apakah setelah ini akan ada reformasi perpajakan jilid IV, jilid V, dan seterusnya? Satu sisi penamaan jilid dalam reformasi perpajakan menimbulkan harapan akan adanya perbaikan dan menandakan apa yang menjadi fokus dalam perubahan.

“Namun,” kata Yustinus, “harus diwaspadai adanya skeptisme publik yang merasa bahwa reformasi DJP tidak pernah selesai.”

Apa yang dilakukan DJP saat ini, hendaknya dikerjakan hingga tuntas diimplementasikan, lalu dilakukan pengawasan dan evaluasi untuk mengetahui seberapa besar keberhasilannya. Berikutnya, bisa dibentuk Tim Penguatan Reformasi untuk meyakinkan publik bahwa reformasi DJP sudah berjalan.

Tak kalah penting adalah senantiasa memelihara nyala api reformasi.

“Harus diwaspadai adanya

Dalam dokumen Cerita di Balik Reformasi Perpajakan (Halaman 91-94)

Dokumen terkait