• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSIK DALAM KEHIDUPAN TRADISIONAL MASYARAKAT BATAK TOBA

3.2 Musik Seremonial

3.2.2 Ensambel Gondang Hasap

Ensambel gondang hasapi merupakan ensambel yang dianggap sebagai bentuk ensambel musik yang kecil, dimana penggunaannya terbatas pada ruang kecil dan tertutup. Adapun alat-alat musik dalam ensambel gondang hasapi yaitu:

1. Sarune etek merupakan alat musik yang termasuk dalam klafikasi aerophone. Alat musik ini tergolong alat musik berlidah tunggal (single reed),sarune etek dalam gondang hasapi dijadikan sebagai instrumen pembawa melodi repertoar. Sarune etek bentuknya menyerupai sarune bolon namun sarune ini berukuran lebih kecilatau etek. Lubang nadanya ada lima buah, empat lubang berada diatas dan satu lubang di bawah. Adapun teknik atau cara memainkannya adalah meniup dengan cara marsiulak hosa (circular breathing).

2. Hasapi ende, sejenis lute ini adalah pembawa melodi. Hasapi ende memiliki dua senar .Proses penalaan biasanya dengan menjadikan senar paling atas sebagai nada do ataupun sol dan senar bawah dengan nada mi ataupun re dalam tangga nada Barat. Namun biasanya untuk mendapatkan nada yang lebih harmoni maka nada yang sering dipakai pada senar atas dan senar bawah adalah do dengan mi.

3. Hasapi doal dan hasapi ende, kedua nama ini merupakan sebutan untuk instrumen hasapi namun bedanya adalah pada peranan musikal yang dibawakan. Hasapi doal merupakan sebuah hasapi yang dimainkan dengan membawakan ritem yang konstan, dan nada yang sering

dikeluarkan adalah gabungan nada ogung ihutan, doal, panggora, dan oloan.

4. Garantung (xylophone) merupakan alat musik yang terbuat dari kayu, garantung memiliki nada pentatonik (lima nada) yaitu antara nada do sampai sol dalam tangga nada Barat, namun saat ini kita sudah bisa menemukan garantung yang bilahan kayunya terdiri dari delapan nada. Garantung biasanya dijadikan sebagai pembawa melodi sebuah repertoar , dan bisa juga dijadikan sebagai alat musik pembawa tempo dan irama pada lagu-lagu tertentu.

5. Hesek, alat musik yang termasuk pada klasifikasi idiophone, fungsi alat ini adalah sebagai pembawa tempo sebuah repertoar. Biasanya terbuat dari potongan besi atau dengan menggunakan botol bekas. Hesek dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik dari besi, sehingga bunyi yang dihasilkan kuat dan didengar oleh pemain musik yang lain.

3.3 Uning-uningan

Uning-uningan merupakan ensambel musik yang di dalamnya terdapat gabungan instrumen dari gondang sabangunan dan gondang hasapi. Uning- uningan awalnya digunakan untuk mengiringi pertunjukan opera Batak. Opera Batak muncul sekitar tahun 1920-an sebagai bentuk fenomena kesenian urban dan sebagai respon terhadap bentuk pertunjukan opera bangsawan dari etnis Melayu yang sangat populer pada masa itu. Opera Batak pertama bernama Serindo (Seni

Ragam Indonesia), yang diciptakan oleh Tilhang Gultom, namun karena berbagai faktor dan permintaan masyarakat muncul beberapa grup opera Batak lainnya salah satu diantaranya adalah Sintanauli, dimana salah satu personil atau pemain musiknya adalah Marsius Sitohang. Pertunjukan opera dilaksanakan pada waktu tertentu dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, khususnya di daerah yang banyak dihuni oleh masyarakat Batak Toba.

Puncak kejayaan opera Batak pada tahin 1960-an, ketika penampilannya sudah bertaraf nasional atas undangan presiden Republik Indonesia Soekarno di Istana Merdeka. Awalnya opera Batak berasal dari tanah kurang subur, tepatnya di Sitamiang, Onan Runggu (Samosir) sebagai tempat pengembala kerbau. Salah satunya adalah Tilhang Gultom (1896-1970), anak kelima dari Raja Sarumbosi Gultom. Pada awalnya pertunjukan dilaksanakan di rumah-rumah sebelum di undang ke luar daerah. Pada tahun 1927 Tilhang Gultom kemudian pindah ke Tigadolok (Simalungun) dan mempunyai pemain sebanyak 50 (limapuluh) orang. Kurun waktu antara tahun 1914-1938, muncul gerakan identitas dan nasionalisme Batak yang dikenal dengan nama Dos Ni Roha, dan ini menjadi sponsor utama grup Tilhang. Sehingga pada tahun 1934 pertunjukan keliling dimulai sampai ke Penang dan Semenanjung Melayu (Daniel Perret, 2010:338-350).

Secara dramaturgi, opera Batak merupakan suatu pertunjukan variatif yang menampilkan cerita yang berisikan pesan moral, cerita rakyat dan merupakan suatu seni pertunjukan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal masyarakat. Sebagai contoh: “Si Jonaha Penipu Ulung”. Cerita ini mengisahkan seorang lelaki yang bernama si Jonaha yang suka menipu. Cerita ini

berisi pesan moral supaya tidak menipu sesama manusia, terutama melakukan hal yang merugikan orang lain. Para pemain opera Batak juga terdiri dari berbagai agama dan suku dan daerah asal. Sehingga dengan keberagaman itu masing- masing bisa bebas mengekspresikan dirinya sesuai dengan latar belakang etnisnya masing-masing.

Dalam setiap pertunjukannya, musik menjadi bagian penting dalam mengiringi setiap adegan yang sudah diatur sedemikian rupa. Musik berfungsi untuk menambah dan membangun suasana yang ada dalam setiap adegan cerita. Penggunaan instrumen tradisional Batak tentu menjadi ciri khas opera ini. Walaupun dalam beberapa adegan mereka juga memasukkan instrumen lainnya seperti: biola, gitar. Namun yang menjadi instrumen utama adalah alat musik tradisional Batak Toba. Musik juga berfungsi untuk mengiringi tarian dan lagu- lagu yang terdapat dalam pertunjukan opera Batak. Penggunaan instrumen solo seperti: saga-saga, tulila, dan sordam biasanya dimainkan untuk menggambarkan suasana cerita yang hening ataupun sedih.

Tilhang Gultom menggunakan istilah uning-uningan untuk menyebutkan ensambel musik yang terdapat dalam pertunjukan opera Batak, Uning-uningan dalam konteks tradisi mempunyai pengertian bunyi-bunyian. mereka tidak menggunakan istilah gondang meskipun sebagian alat musiknya diambil dari ensambel gondang. Alat musik yang terdapat dalam ensambel uning-uningan adalah taganing, sulim, garantung, hasapi, sarune etek, gordang dan garantung. Proses belajar alat-alat musik dalam sebuah grup opera biasanya diperoleh secara lisan. Para pemain akan menghabiskan waktu latian bersama grup di tempat yang

berbeda-beda. Sebelum mengadakan pertunjukan setiap personil akan melakukan latian di tempat tersebut, pemain baru biasanya muncul ketika pemain lama ada yang berhalangan atau bisa saja dia meninggalkan grup. Maka pemain muda ini difungsikan mungkin saja dengan instrumen yang lebih mudah dimainkan.

Dokumen terkait