• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Orang

Prevalensi kebutaan pada usia 55-64 tahun sebesar 1,1%, usia 65-74 tahun sebesar 3,5% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 8,4%. Meskipun pada semua kelompok umur sepertinya prevalensi kebutaan di Indonesia tidak tinggi, namun di usia lanjut masih jauh di atas 0,5% yang berarti masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan, 2013)

Distribusi katarak menurut umur berdasarkan survei kesehatan indra penglihatan Departemen Kesehatan Indonesia 1993-1996, prevalensi katarak pada kelompok umur antara 55-64 tahun sebesar 33,4% dan pada kelompok 65 tahun ke atas sebesar 62,2%. Data Surkesnas menunjukkan prevalensi katarak pada umur produktif 40-54 tahun sebesar 1,6% (Tana, 2006).

Menurut Ilyas dalam Riskawati, katarak dapat dijumpai pada semua umur dan kedua jenis kelamin. Sebesar 50% kasus ditemukan pada pasien yang berusia 65-74 tahun dan 70% kasus ditemukan pada pasien yang berusia di atas

75 tahun. Katarak biasanya mengenai kedua mata dengan ketebalan kekeruhan tidak selamanya sama (Riskawati, 2012).

Katarak dapat mengenai kedua mata, tetapi umumnya katarak pada satu mata dapat berkembang lebih cepat dari mata yang lainnya. Katarak sangat umum mempengaruhi sekitar 60% orang berusia di atas 60 tahun dan lebih dari 1,5 juta operasi katarak dilakukan di Amerika Serikat setiap tahun. Penyakit katarak ini banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak. Penelitian-penelitian potong-lintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama. Pada penelitian yang lain oleh Nishikori da Yamomoto, perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 1:8 dengan dominan perempuan pada pasien di atas 65 tahun yang dioperasi untuk katarak senile (Paine, 2008)

b. Tempat

Menurut Malik dalam Gaja (2008) berdasarkan daerah (tempat asal) prevalensi katarak di daerah pantai lebih tinggi (11,5%) dibandingkan daerah perkotaan (8,3%) dan pegunungan (7,4%).

Prevalensi kebutaan menurut provinsi pada penduduk umur 6 tahun ke atas tertinggi di Gorontalo (1,1%), diikuti Nusa Tenggara Timur ( 1,0%) Sulawesi Selatan dan Bangka Belitung (masing-masing 0,8%). Prevalensi kebutaan terendah ditemukan di Papua (0,1%) di ikuti Nusa Tenggara Barat dan DI yogyakarta (masing-masing 0,2%)(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Jumlah kebutaan terbanyak menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 sesuai provinsi yang ada di Indonesia adalah di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Sedangkan tersedikit adalah di Provinsi Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Di provinsi Sumatera Utara jumlah penduduk yang mengalami kebutaan sebanyak 35..684 dari 11.894.775 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

c. Waktu

Penelitian oleh Singapore National Eye Center tentang prevalensi katarak pada masyarakat pedesaan di Indonesia, Jenis yang paling umum katarak untuk kedua jenis kelamin (disesuaikan untuk usia) 17 ialah jenis katarak campuran (13%) diikuti oleh jenis katarak nulear (5,7%), dan jenis katarak kortikal (4%) ). Prevalensi setiap katarak untuk orang dewasa berumur 21-29 adalah 1,1%, meningkat menjadi 82,8% untuk mereka yang berusia lebih tua dari 60 tahun. Kecenderungan serupa dengan usia yang dicatat untuk katarak nuklear kortikal, dan PSC. Perempuan memiliki tingkat prevalensi yang lebih tinggi daripada pria untuk semua jenis katarak kecuali kortikal. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi semua jenis katarak dengan penurunan tingkat pendidikan.

2.5.2 Determinan (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi)

Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah merupakan faktor penyebab (faktor yang memberi resiko) untuk terkena katarak baik yang menerangkan frekuensi, distribusi atau menerangkan munculnya penyakit tersebut. Faktor – faktor penyebab katarak dapat berasal dari dalam tubuh itu sendiri maupun dari luar tubuh. Fakto-faktor yang mempengaruhi penyakit katarak antara lain adalah :

a. Umur

Umur merupakan faktor resiko utama terjadinya katarak. Katarak dapat mengenai semua umur dan pada orang tua merupakan bagian yang umum terjadi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh adanya traumatik atau kelainan pada mata. Seiring bertambahnya umur, lensa mata secara bertahap bertambah keruh dan mengeras. Makin lanjut umur seseorang makin besar kemungkinan mendapatkan katarak. Menurut Lusianawati T, dkk (2006) umut 55 tahun keatas jauh lebih banyak yang menderita katarak dengan odds Ratio(OR) 30,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan umur kurang dari 55 tahun(Tana, 2006).

b. Jenis Kelamin

Tingginya resiko perempuan terkena katarak sebenarnya tidaklah terlalu besar tapi secara konsisten dijumpai dalam banyak penelitian-penelitian. Prevalensi tertinggi pada perempuan terutama untuk resiko terjadinya katarak kortikal(Spreduto, 2004). Katarak pada perempuan lebih tinggi daripada pada laki-laki, hal ini kemungkinan berhubungan dengan angka harapan hidup yang

lebih tinggi pada perempuan. Kejadian katarak pada perempuan dengan OD 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Tana, 2006).

c. Pendidikan

Pendidikan yang rendah kemungkinan berhubungan dengan terbatasnya pengetahuan secara umum antara lain mengenai jenis makanan yang mengandung nutrisi yang baik sebagai salah satu cara pencegahan katarak. Pendidikan kurang dari SLTP lebih banyak yang menderita katarak dengan OR 7,76 kali lebih tinggi dibandingkan dengan berpendidikan SLTP ke atas (Tana, 2006). Dari beberapa survei yang dilakukan dimasyarakat diperoleh prevalensi katarak lebih tinggi pada kelompok yang berpendidikan rendah. Meskipun tidak ditemukan hubungan langsung antara tingkat pendidikan dan kejadian katarak, namun tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status sosial ekonomi termasuk perkerjaan dan status gizi (Sirlan, 2000).

d. Nutrisi

Beberapa penelitian mendapatkan bahwa multivitamin, vitamin A, Vitamin C, vitamin E, niasin, tiamin, riboflavin, beta karoten dan peningkatan protein mempunyai efek protektif terhadap perkembangan katarak. Luten dan zeaxantin adalah satu-satunya karotenoid yang dijumpai dalam lensa manusia dan penelitian terakhir menunjukkan adanya penurunan resiko katarak dengan peningkatan frekuensi asupan makanan tinggi lutein (bayam, brokoli). Memakan bayam yang telah dimasak lebih dari dua kali dalam seminggu dapat menurunkan resiko katarak (American Academy of Ophtalmology, 2008).

e. Merokok

Merokok dan mengunyah tembakau dapat menginduksi stress oksidatif dan dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan, askorbat, dan karotenoid ( Taylor A, 2004). Merokok menyebabkan penumpukan molekul berpigmen-3 hydroxykhinurinine dan chromophores , yang menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa(Khuranan, 2007).

f. Diare

Harding menduga diare yag berulang dan intensif dapat menyebabkan katarak. Diperkirakan ada 4 faktor yang berperan yaitu : Keadaan malnutrisi, alkalosis relative dan gangguan osmotik lensa serta peningkatan kadar urea dan amonium sianat yang menyebabkan denaturasi protein lensa.

g. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi dan amplitudo akomodatif. Meningkatnya kadar gula darah seiring dengan meningkatnya kadar glukosa dalam aquos humor. Karena glukosa dari aquos masuk ke dalam lensa degan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat. Sebagian glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolisme tapi tetap berada dalam lensa (American Academy of Oftalmology, 2007).

Katarak pada pasien DM dapat terjadi dalam 3 bentuk ;

1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia berat. Lensa akan terlihat kekeruhan tanpa berupa garis akibat kapsul lensa kerut. Bila dehidrasi

lama akan terjadi kekeruhan lensa dan kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula darah normal kembali.

2. Pasien DM yang menderita katarak Juvenil yang tidak terkontrol akan terjadi katarak pada kedua mata secara bersamaan dalam waktu 48 jam.

3. Pasien DM yang menderita katarak senilis ditandai dengan adanya bentuk yang khusus seperti terdapatnya tebaran kapas atau salju di dalam badan lensa. Pada keadaan hiperglikemi terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Adanya Diabetes Mellitus akan lebih meningkatkan insidens maturasi (kematangan) katarak.

h. Alkohol

Konversi alkohol menjadi asetaldehid akan bereaksi dengan protein lensa sehingga menyebabkan kekeruhan lensa. Alkohol juga mempengaruhi penyerapan nutrisi penting pada lensa ( Sirlan, 2000 ).

i. Obat-obatan

Data klinis dan laboratorium menunjukkan banyak obat yang mempunyai potensi kataraktogenik. Obat-obatan yang meningkatkan resiko katarak adalah kortikosteroid, fenotiazin, miotikum, kemoterapi, diuretik, obat penenang, obat rematik dll. Katarak dapat berhubungan dengan proses intraokular lainnya. Katarak dapat disebabkan oleh bahan toksis khusus (kimia dan fisika). Keracunan beberapa jenis obat dapat menyebabkan katarak, seperti : eserin(0,25-0,5%), korikosteroid, ergot dan antikolinesterase topikal. Kelainan sistermik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, galaktosemi dan distrofi miotonik (Ilyas, 2006).

j. Asam Urat Serum

Tingginya kasus katarak di dunia disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses kejadian katarak salah satunya adalah karena stres oksidatif telah didalilkan untuk memainkan peran dalam penyebab dan konsekuensi dari gangguan mata, termasuk mata kering, keratitis, glaukoma, katarak dan berkaitan dengan usia maculopathy (Faschinger et al . 2006).

Salah satu fungsi asam urat dalam cairan tubuh manusia adalah untuk menyediakan antioksidan yang kapasitasnya efisien, oleh karena itu aktivitas asam urat juga menjadi mekanisme kompensasi untuk melawan kerusakan oksidatif yang berkaitan dengan penyakit degenerative.

Mata adalah organ yang rentan terhadap stress oksidatif. Sekarang sudah diketahui bahwa asam urat juga bertindak sebagai antioksidan dan memberikan kontribusi untuk radikal sistem, sehingga melindungi dari kerusakan oleh stres oksidatif. Asam urat hadir tidak hanya dalam serum atau plasma, tetapi juga dalam keringat, hidung dan cairan lavage bronkial dan dalam cairan mata(Huang et al . 2002).

k. Radang

Peradangan pada lensa mata misalnya uveitis dan glaucoma akan mengakibatkan tertutupnya lensa oleh sel radang atau sisa sel radang. Pada proses radang akut dapat terjadi myopisasi akibat rangsangan badan siliar atau edema lensa. Radang pada suatu mata dapat mengakibatkan peradangan yang berat pada sebelahnya dan hal ini mengakibatkan gangguan penglihatan(Ilyas, 1999).

l. Traumatik

Adanya cedera atau luka tembus yang mengenai lensa mata akan menyebabkan robeknya kapsul lensa sehingga lensa menjadi keruh keputihan (Kementerian Kesehatan RI, 2006). Penyebab katarak traumatik yang paling sering dijumpai adalah cedera karena benda asing pada lensa atau cedera benda tumpul pada bola mata.

Dokumen terkait