BAB II DASAR TEORI
B. Self Esteem
1. PengertianSelf Esteem
Self esteemmerupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri yang sifatnya relatif tetap dan dipengaruhi oleh interaksi seseorang dengn lingkungan dimana ia tinggal. Coopersmith (1967) mengartikan
self esteem sebagai suatu hasil dari evaluasi diri yang dilakukan seseorang, biasanya dipertahankan dan sebagian berasal dari interaksi individu dengan lingkungan dan dari sejumlah penghargaan, penerimaan serta perhatian orang lain yang diterimanya. Sementara Nugent dan Thomas (1993) menyatakan bahwa self esteem merupakan kesatuan
dinamika dari aspek-aspek penghargaan diri, kompetensi diri dan perasaan berharga di mata orang lain.
Self esteem merupakan hasil dari evaluasi yang dilakukan oleh setiap individu terhadap dirinya sendiri. Oleh karena self esteem adalah nilai yang kita buat untuk diri kita sendiri, maka self esteemmerupakan penilaian akan seberapa kita merasa diri kita berharga berdasarkan persetujuan dan ketidaksetujuan terhadap diri kita dan tingkah laku kita. Selain itu, self esteem juga menunjukkan sejauh mana kita percaya bahwa diri kita mampu, berarti dan berhasil. Sementara Thomas (1923) (dalam Adi, 1994) mengatakan bahwa self esteem merupakan penghargaan atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri yang bisa menimbulkan rasa percaya diri, namun juga dapat menyebabkan perasaan rendah diri.
Kepuasan terhadap terpenuhinya kebutuhan self esteem seseorang, akan menimbulkan rasa percaya diri, kuat, stabil, merasa berguna dan diperlakukan oleh orang lain (Koswara, 1991). Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhiself esteem menyebabkan perasaan inferior, lemah dan keadaan tidak berdaya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa self esteem merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan hubungannya dengan orang lain dan keyakinan mengenai kemampuan dirinya, yang mana nantinya penilaian tersebut dapat mengakibatkan timbulnya perasaan berharga atau tidak
berharga dalam diri individu tersebut. Perasaan yang disebabkan oleh evaluasi diri tersebut kemudian dapat mempengaruhi lagi cara individu berperilaku atau berhubungan dengan orang lain, sehingga kemudian akan memberikan dampak lebih lanjut terhadap evaluasi dirinya.
2. Jenis-jenis Self Esteem
Setiap individu dapat memandang kehidupannya dari sudut pandang positif maupun negatif. Self esteem yang bersifat positif adalah kemampuan untuk melihat diri sendiri berharga, berkemampuan, penuh kasih sayang dan menarik, memiliki bakat-bakat pribadi yang khas serta kepribadian yang berharga dalam berhubungan dengan orang lain sedangkanself esteem yang bersifat negatif tercermin pada orang-orang yang cenderung memikirkan kegagalan dan meremehkan kemampuan diri sendiri (Berne & Savary, 1998).
Hal senada juga dikemukakan oleh Baron & Byrne (1994), seseorang yang mempunyai high self esteem percaya bahwa dirinya baik, mampu dan berharga, sedangkan individu dengan low self esteem memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna dan tidak berharga.
Coopersmith (dalam Burns, 1982) membedakanself esteemke dalam tiga jenis dengan karakteristiknya masing-masing, yakni :
a. High self esteem
Individu yang memiliki high self esteem dapat menunjukkan kemauan dan kemampuan dalam menghadapi tugas dan saat berelasi
bersama orang lain, dengan perasaan optimis bahwa dirinya akan sukses dan diterima oleh lingkungan. Mereka dengan high self esteem memiliki pandangan terhadap lingkungan dan diri sendiri positif namun tetap realistis sehingga mampu menghadapi stres dan kecemasan, dapat menerima diri apa adanya, memiliki keyakinan bahwa ia dapat mengatasi masalah dan memandang kegagalan dan penolakan yang mereka alami secara lebih positif.
b. Medium self esteem
Self esteem jenis ini umumnya dimiliki oleh individu yang mempunyai kepercayaan diri yang agak lemah. Dalam melakukan penilaian atau evaluasi diri, ia cukup tergantung pada pendapat orang lain mengenai dirinya.
c. Low self esteem
Individu yang memiliki low self esteem tidak mempunyai rasa percaya ataupun penghargaan terhadap dirinya, dan oleh karena tidak adanya rasa percaya (trust) ia sangat sulit membina hubungan yang efektif dengan orang di sekitarnya. Selain itu, individu dengan low self esteemjuga mempunyai kecenderungan untuk tidak mandiri dan tergantung pada kehadiran atau pendapat orang lain, merasa tidak nyaman dan memandang dirinya secara negatif. Oleh sebab itu, individu-individu tersebut sangat rentan terhadap penolakan, tanggapan terhadap kegagalan ataupun penolakan akan jauh lebih
negatif dibandingkan dengan individu yang memiliki high self esteem.
Berdasarkan karakteristik dari jenis-jenis self esteem tersebut, dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya self esteem sangat mempengaruhi aspek emosional seseorang. Semakin tinggi self esteem individu maka akan semakin mampu menghadapi masalah dalam hidupnya, baik itu masalah pribadi maupun masalah sosial dan pekerjaan. Sebaliknya, semakin rendah self esteem individu maka akan semakin sulit baginya untuk menghadapi permasalahan hidup karena tidak memiliki karakteristik tertentu yang diharapkan oleh lingkungan untuk memecahkan masalah. Sebagai akibatnya, individu dengan self esteem
tinggi cenderung diterima dalam lingkungannya, sementara individu denganself esteem rendah cenderung mengalami penolakan, pengucilan dan perlakuan lainnya yang merupakan indikasi dari kegagalan membina hubungan sosial (Darley & Cooper dalam Susan, 2008).
3. Aspek-aspekSelf Esteem
Self esteem bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dapat dipelajari dan dibentuk, sehingga orang-orang yang penting dan dekat dengan individu mempunyai peran penting dalam menentukan pembentukanself esteem.
Coopersmith (1967) mengatakan ada empat indikator yang membangun kesuksesan individu yang menjadi sumber dariself esteem:
a. Power (kekuatan), terkait dengan kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain maupun dirinya sendiri. Bila individu dapat mempengaruhi orang lain, mengontrol orang lain serta dirinya sendiri dengan baik, maka hal tersebut akan mendorong terbentuknya
self esteemyang tinggi dan sebaliknya.
b. Significance (keberartian), tampak dari adanya penerimaan, penghargaan, perhatian dan kasih sayang dari orang lain yang cukup berarti dalam kehidupan seseorang. Dengan adanya lingkungan yang mendukung, menerima dan menghargai individu akan membuat tingkatself esteemindividu tersebut menjadi lebih baik.
c. Virtue (kebajikan), menunjukkan adanya suatu ketaatan untuk mengikuti standar moral dan etika, dimana individu akan menjauhi tingkah laku yang dibolehkan atau diharuskan oleh moral, etika dan agama. Jika seseorang mampu menerapkan nilai, etika dan moral dalam sosialisasinya dengan baik, maka tingkat self esteem dirinya akan menjadi semakin lebih baik.
d. Competence(kemampuan), yaitu keberhasilan dalam mengenali serta menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi yang terjadi dalam lingkungan. Hal ini berhubungan dengan pengalaman tentang kesuksesan yang pernah diraih seseorang yang membuat individu tersebut yakin dan mampu menghadapi setiap masalah.
4. Faktor-faktor yang MempengaruhiSelf Esteem
Fakor yang mempengaruhi perkembangan self esteem, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari diri individu itu sendiri. Sementara faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu.
Menurut De Viesta dan George (dalam Devintha, 2006), faktor yang berasal dari dalam individu adalah penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan taraf penerimaan, penghargaan dari orang lain yang dirasakannya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu adalah lingkungan keluarga, lingkungan sosial, situasi kerja maupun prestasi yang dicapainya.
a. Lingkungan sosial dan keluarga
Coopersmith (1967) mengatakan bahwa self esteem
dipengaruhi oleh lingkungannya terutama lingkungan sosial, sedangkan lingkungan sosial yang terkecil adalah keluarga. Seseorang akan mengevaluasi dirinya melalui respon yang diberikan oleh orang lain. Apabila lingkungan memberi tanggapan yang baik dimana individu merasa diterima, dihargai, diperhatikan dan memperoleh kasih sayang maka hal tersebut akan mendorong terbentuknya self esteem yang positif. Sebaliknya jika lingkungan menolak dan tidak memperdulikan individu maka hal tersebut akan mendorong terbentuknyaself esteemyang negatif.
b. Keadaan fisik dan kemampuan diri
Bagi wanita, kondisi fisik maupun mental menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Sangat rentan bagi mereka untuk mengalami kelelahan fisik atau mental yang disebabkan karena tugas-tugas dan kewajiban mereka. Mereka yang memiliki kekuatan dan kesehatan fisik atau mental yang lebih prima cenderung memiliki self esteem yang lebih positif dibandingkan dengan wanita bekerja yang tidak sehat.
c. Jenis kelamin
Bush, Simmons, Hitohinson dan Blyth (dalam Dewi, 2002) menemukan bahwa self esteem pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini juga tampak dalam lingkungan sosial dimana masyarakat memberi perlakuan yang berbeda pada pria dan wanita, sehinga hal ini dapat berpengaruh pada penilaian diri seseorang. d. Faktor kepribadian individu
Coopersmith (dalam Devintha, 2006) menyatakan ada beberapa variabel kepribadian yang dapat mempengaruhi perkembanganself esteem, yang dapat dijelaskan melalui konsep kesuksesan, nilai, aspirasi dan mekanisme pertahanan diri.
Individu yang sukses karena aspirasinya berorientasi ke masa depan dan lingkungan sosial yang menghargai nilai-nilai keberhasilan seseorang dapat meningkatkan self esteem seseorang. Sementara itu, konsep mekanisme pertahanan diri diartikan sejauh
mana seseorang mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya, apakah sesuai dengan realitas atau tidak sehingga dapat mempengaruhi perkembanganself esteemmereka.