BAB II DASAR TEORI
A. Konflik Peran Ganda
hubungan negatif antara self esteem dan konflik peran ganda pada wanita bekerja dengan hasil koefisien korelasi -0,687. Hal ini berarti semakin tinggiself esteemmaka semakin rendah konflik peran ganda yang dialami wanita bekerja, dan sebaliknya semakin rendah self esteem maka semakin tinggi konflik peran ganda yang dialami wanita bekerja.
ix
CORRELATION BETWEEN SELF ESTEEM AND DUAL-ROLE CONFLICT IN WORKING WOMEN
AGUSTINA IKA RUSTYANTI
ABSTRACT
This research aims to acknowledge the correlation of self esteem and dual-role conflict in working women. The hypothesis proposed in this research that there was a negative correlation between self esteem and dual-role conflict in working women. The subjects of this research were 61 women that play their roles as housewives and workers. The method of data collecting in this research was conducted by using 2 scales, namely self esteem scale and dual-role conflict scale. The reliability degree for the self esteem degree was 0,945 and as for the dual role conflict scale, it was 0,957. The result of data analysis, which was done by using Spearman’s rho correlation technique, indicates that there was a negative correlation between self esteem and dual-role conflict in working women. The result of correlation coefficient was -0,687. This means that the higher the self esteem was, the lower possibility of dual-role conflict could happened to working women. On the opposite, the lower the self esteem was, the higher the possibility of dual-role conflict could happened to working women.
x
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Agustina Ika Rustyanti
Nomor Mahasiswa : 049114061
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARASELF ESTEEM
DAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 23 September 2011
Yang menyatakan,
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasihNya sehingga skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari berbagai permasalahan dan hambatan yang muncul pada saat menyusun, melaksanakan dan menyelesaikan penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini dari awal hingga akhir banyak melibatkan berbagai pihak. Bantuan dan dukungan yangbersifat moril maupun materiil telah diberikan demi penelitian ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, yaitu :
1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
2. Ibu P. Henrietta PDADS, selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas bimbingan dan pengertiannya selama ini. Maaf jika selama ini banyak menyusahkan mb etta.
3. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga.
4. Kedua orangtuaku, Papa dan Mama yang tak hentinya memberi dukungan dan semangat. Terima kasih pula untuk kesabaran yang diberikan kepada penulis selama ini.
xii
5. Adikku, Iin “Parlina”. Walaupun kita sering bertengkar dan selisih paham, tapi sebenarnya rasa sayangku lebih besar daripada rasa jengkelku. Sekarang mungkin kamu masih belum terlalu percaya dengan omonganku tapi suatu saat aku yakin kamu bisa melihat sesuatu yang positif.
6. Seluruh keluarga besarku, eyang, pakde, bude, mama, mina dan sepupu-sepupuku. Terima kasih untuk semua dukungan kalian serta wejangan
yang diberikan untukku guna menjadi manusia yang berhasil dikemudian hari.
7. Yulius “suko” Eko Hartanto. Terima kasih untuk semua dukungan yang sudah kamu berikan untukku, omelan-omelan, perhatian dan kesabaran khususnya selama pembuatan skripsi ini. Perjuangan di depan masih panjang dan berat. Semoga kita masih bisa bersama melaluinya untuk hasil yang terbaik.
8. Kak Nana dan Kak Ira. Terima kasih sekali untuk bantuannya memperkenalkanku dengan teman-teman kalian yang akhirnya menjadi subjek penelitianku. Tanpa kalian aku pasti kesulitan memperoleh data-datanya.
9. Teman-teman seperjuanganku, Lusi, Kaka dan terutama Wulan. Tak terasa proses ini akhirnya kita lalui bersama dan kita hadapi juga bersama. Tawa, senyum bahkan tangis kita bagi bersama. Sungguh kesan yang tidak mudah untuk kulupakan, dan untuk yang terakhir kali tawa bahagia ini harus kita rasakan bersama. (Akhirnya kita bisaaaa!!!)
xiii
10. Penghuni kost Canna “Eksklusif”, Fanny, Mb Nur, Henny, Badai, Anne. Terima kasih untuk kehangatan dan kenyamanan yang aku dapatkan selama ini. Semoga kita bisa bertemu lagi kelak di kemudian hari.
11. Keluarga P2TKP beserta seluruh asisten. Sangat senang bisa bertemu dan berdinamika bersama kalian selama ini. Mb Thia dan Mb Diana, terima kasih atas sentilan-sentilan kecil untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Aku banyak belajar dari kalian semua. Sukses selalu yah.
12. Sahabatku Vero, Siska dan Yetty. Walau kalian semua sudah tidak ada disampingku sekarang dan sibuk dengan kehidupan kalian tapi aku tetap merasa kalian dekat denganku. Terima kasih untuk persahabatan yang boleh kurasakan dan tidak akan pernah kulupakan. Ketemu yuk sekali-kali
13. Keluarga GSB (Ane, Henny, Wida, Cik Momo, Angga dan Mb Jean). Terima kasih untuk kebersamaannya serta semangat-semangat yang kalian berikan agar segera menyelesaikan skripsi ini. Sangat senang memiliki teman-teman seperti kalian.
14. Seluruh subjek penelitianku, terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk mengisi angketnya. Tanpa kalian tentunya skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan. Terima kasih wanita-wanita super.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii
HALAMAN PENGESAHAN………iii
HALAMAN MOTO………...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……….vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………vii
ABSTRAK………viii
ABSTRACT………..…..ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……...………x
KATA PENGANTAR………xi
DAFTAR ISI……….xiv
DAFTAR TABEL………...xvii
DAFTAR SKEMA……….xviii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah………...…..1
B. Rumusan Masalah………10
C. Tujuan Penelitian……….10
D. Manfaat Penelitian………...10
BAB II DASAR TEORI...12
A. Konflik Peran Ganda...12
xv
2. Jenis-jenis konflik peran………13
3. Sumber masalah wanita berperan ganda………15
4. Aspek-aspek konflik peran ganda………..17
5. Dampak konflik peran ganda……….19
6. Faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda………...21
B. Self Esteem...23
1. Pengertianself esteem………23
2. Jenis-jenisself esteem………25
3. Aspek-aspekself esteem……….27
4. Faktor yang mempengaruhiself esteem……….29
C. Perkembangan Wanita Pada Masa Dewasa Awal………31
D. Dinamika Hubungan Antara Self Esteem dan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Bekerja………33
E. Hipotesis………...36
BAB III METODE PENELITIAN...38
A. Jenis Penelitian……….38
B. Identifikasi Variabel……….38
C. Definisi Operasioal Variabel………39
D. Subjek Penelitian………..40
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data………...42
F. Validitas dan Reliabilitas……….45
xvi
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...48
A. Pelaksanaan Penelitian……….48
B. Hasil Uji Coba Alat Ukur...48
1. Seleksi Item………48
2. Reliabilitas………..49
C. Hasil Penelitian...50
1. Deskripsi subjek penelitian………50
2. Deskripsi data penelitian………52
3. Hasil uji asumsi………..54
4. Hasil uji hipotesis………...55
5. Analisis data tambahan………..56
D. Pembahasan………..58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...64
A. Kesimpulan………..64
B. Keterbatasan penelitian………64
C. Saran………64
DAFTAR PUSTAKA………....66
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penyebaran Item Pada SkalaSelf Esteem………..43
Tabel 3.2 Penyebaran Item Pada Skala Konflik Peran Ganda………...45
Tabel 4.1 Distribusi Item SkalaSelf EsteemSetelah Seleksi Item…………49
Table 4.2 Distribusi Item Skala Konflik Peran Ganda Setelah Seleksi Item...49
Tabel 4.3 Gambaran Subjek Penelitian………..51
Tabel 4.4 Data Hasil Penelitian………..52
Tabel 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test………...54
Tabel 4.6 ANOVA Table………...55
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema hubungan antaraself esteemdan konflik peran ganda pada wanita bekerja………...37
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki jaman globalisasi seperti sekarang ini, bekerja tidak hanya dapat dilakukan oleh kaum pria saja, akan tetapi dapat dilakukan pula oleh wanita. Banyaknya perusahaan, kantor pemerintahan ataupun sektor-sektor usaha lainnya yang membuka kesempatan bagi kaum wanita untuk berperan di dalamnya. Kaum wanita tidak lagi hanya bertugas untuk mengurus rumah tangga saja namun juga memiliki peran untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, seperti membantu meningkatkan perekonomian keluarga.
Berdasarkan konsep tradisional, peranan dari wanita selalu dikaitkan dengan rumah, dapur dan anak. Wanita menempati posisi sebagai “konco wingking” sementara pria sebagai kepala keluarga yang memiliki kewajiban mencari sesuap nasi, membanting tulang dan memeras keringat untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Akan tetapi tuntutan kebutuhan yang semakin lama semakin mendesak, konsep tradisional tersebut secara perlahan pun mulai bergeser. Perkembangan masyarakat ternyata telah menyebabkan konsep ini tidak bertahan dan muncul perubahan sosial di mana wanita mulai meninggalkan kebiasaannya memilih untuk bekerja (Hardanti, 2002).
Anaraga (dalam Susan, 2008) mengatakan bahwa bergesernya pandangan masyarakat mengenai wanita ideal berjalan seiring dengan
perkembangan jaman. Apabila dulu wanita sudah merasa puas dan dihargai bila ia memiliki keluarga yang bahagia, suami yang sukses dan anak-anak yang berhasil, namun ternyata hal tersebut tidak lagi cukup dan memuaskan bagi kaum wanita itu sendiri, bahkan seringkali mereka merasa bahwa bekerja di luar rumah dapat memberi kepuasan (Smith dalam Putrianti, 2007). Bahkan mereka dianggap sebagai wanita yang ideal karena memiliki pendidikan tinggi, mempunyai penghasilan dan keluarga.
Dari tahun ke tahun, jumlah wanita yang bekerja di luar sektor rumah tangga terus meningkat. Berdasarkan data statistik yang diperoleh terlihat bahwa jumlah angkatan kerja wanita pada tahun 2006 mencapai 38,6 juta orang dan meningkat hingga 42,8 juta di tahun 2008. Sementara angkatan kerja laki-laki meningkat dari 67,7 juta di tahun 2006 menjadi 69,1 juta orang pada 2008 (“Partisipasi angkatan kerja”)
Menurut Hoffman dan Nye (dalam Devintha, 2006), ada beberapa alasan yang mendasari wanita untuk bekerja di luar rumah, yaitu untuk membantu menambah penghasilan suami, untuk mengisi waktu luang karena merasa jenuh di rumah sehingga dapat berkumpul dengan teman-teman, menambah pengalaman serta mendapat pengakuan dari masyarakat. Selain itu, beberapa wanita juga menjadikan bekerja sebagai sarana untuk mencapai prestasi diri sebagai sarana mengembangkan bakat dan karir sesuai dengan pendidikan yang telah mereka peroleh. Hal senada juga dikemukakan oleh Jacinta (dalam Puti, 2007) bahwa kebutuhan finansial, kebutuhan sosial
relasional dan aktualisasi diri menjadi motif-motif yang mendasari seseorang untuk bekerja di luar rumah.
Aktifnya kaum wanita di sektor luar selain urusan rumah tangga secara otomatis menambah peran-peran yang akan dijalaninya dalam kehidupan sehari-hari. Selain peran sebagai seorang istri dan ibu bagi keluarganya, ia juga berperan sebagai seorang pekerja di tempat mereka bekerja. Peran-peran itu memiliki tuntutan dan tanggung jawab yang berbeda pula. Keadaan seperti ini dikenal dengan istilah peran ganda.
Masyarakat dan lingkungan sekitar wanita bekerja tentunya mengharapkan agar setiap peran yang melekat pada dirinya itu bisa berjalan dengan seimbang dan tidak berat sebelah pada salah satu peran saja. Sebagai seorang pekerja, wanita dituntut untuk memberikan waktu, energi, tenaga, pikiran dan komitmen yang cukup ekstra terhadap pekerjaannya. Walaupun demikian, wanita juga tidak boleh melupakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri yang bertanggung jawab terhadap suami dan anak-anaknya. Hal senada juga diutarakan Shaw dan Costanzo (dalam Kusumaputri & Irawaty, 2008) jika seseorang di dalam melakukan perannya selalu dituntut untuk berperilaku sesuai dengan harapan dan norma yang merupakan pedoman untuk mengatur perilaku individu dalam bermacam-macam situasi sosial.
Berkembangnya peran-peran yang dimiliki oleh wanita bekerja pada jaman sekarang menuntut setiap wanita yang memiliki peran ganda untuk mampu menjalaninya dengan seimbang dan tidak berat sebelah. Jika antara
kedua peran tersebut saling berbenturan dan tidak seimbang dalam usaha pencapaiannya maka akan menimbulkan konflik antara peran-peran tersebut. Gordon (1999) mengemukakan munculnya konflik antara pekerjaan dan tugas sebagai seorang istri dan ibu karena umumnya wanita sering mengasumsikan bahwa merawat anak dan mengurus rumah tangga adalah tanggung jawab utama istri dan bukan tanggung jawab bersama antara suami dan istri.
Konflik peran ganda adalah suatu kejadian sehari-hari dari dua atau lebih peran dimana pemenuhan salah satu pean dapat menghasilkan kesulitan pemenuhan peran yang lain (Katz dan Kahn dalam Azwar & Arinta, 1993). Sementara Greenhause dan Beutell (dalam Voydanoff, 1988) mengatakan bahwa seseorang mengalami konflik peran ganda apabila merasakan ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangganya. Semakin mengkonsentrasikan diri pada pekerjaan, maka akan lebih sulit untuk memenuhi tuntutan dari keluarganya.
Konflik peran ganda muncul karena peran dengan orientasi berbeda tersebut sama-sama membutuhkan waktu, tenaga dan perhatian sehingga jika peran yang satu dilakukan dengan baik maka peran yang lainnya akan terabaikan. Dengan bekerja di luar rumah bagi wanita membawa pengaruh terhadap kehidupan rumah tangganya, karena dengan bekerja maka waktu yang dipergunakan untuk mengurus urusan rumah tangga menjadi berkurang (Rolland dan Harris dalam Puti, 2007). Kodrat kaum wanita yang sudah berkeluarga adalah untuk mengurus urusan rumah tangganya, sehingga
ketika memutuskan untuk bekerja ia dihadapkan pada dua peran yang memiliki tuntutan serta tanggung jawab yang besar. Keadaan ini semakin sulit jika wanita tersebut telah memiliki anak, maka cenderung akan muncul perasaan bersalah karena waktu yang digunakan untuk anak menjadi berkurang, perhatiannya terhadap perkembangan dan masalah anak pun cenderung berkurang. Bahkan, Netemeyer, Boles dan McMurrian (1996) mengatakan jika ketegangan yang dialami pada akhirnya dapat menimbulkan rasa tidak puas terhadap perkawinannya.
Selain membawa pengaruh terhadap kehidupan rumah tangganya, konflik peran yang terjadi juga dapat mempengaruhi dirinya, seperti gejala-gejala yang mungkin dapat dirasakan berupa kecemasan, rasa marah atau depresi. Menurunnya kualitas kesehatan fisik dan lelah secara emosional akibat tuntutan di kedua peran tersebut. Selain itu, apabila ketegangannya berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan berbagai gangguan fisik maupun psikis pada wanita. Beberapa gejala fisik yang dialami antara lain keletihan yang mengakibatkan kehilangan gairah hidup dan menyebabkan berbagai macam gejala gangguan psikosomatik. Gejala lainnya dapat berupa perasaan tegang, cemas, terancam, frustasi, sukar berkonsentrasi pada apa yang dikerjakan, insomnia, kehilangan minat pada seks, kehilangan nafsu makan dan sebagainya (Shaevitz, dalam Hamid, 2005).
Konflik peran ganda juga dapat berakibat pada menurunnya kinerja sebagai pekerja. Dengan terfokusnya wanita pada peran sebagai ibu dan istri
yang harus mengurus rumah tangga maka konsentrasi, waktu dan tenaganya sudah terkuras sehingga perannya sebagai pekerja tidak optimal. Selain itu, wanita yang mengalami konflik peran ganda akan lebih sering tidak masuk kerja, prestasi dan kepuasan kerja menurun serta cenderung keluar dari pekerjaan (Kossek & Ozeki, dalam Kusumaputri & Irawaty, 2008). Widyarini (1998) mengungkapkan jika konflik peran ganda yang sering muncul berupa gejala merasa bersalah, gelisah, cemas dan frustasi akan menurunnya kesehatan fisik maupun mental wanita yang berperan ganda. Perasaan bersalah dan gelisah itu diantaranya muncul di saat wanita bekerja meninggalkan anak mereka kepada orang di rumah. Perasaan cemas juga dapat menjadi penghalang bagi wanita menjalankan perannya sebagai pekerja karena khawatir urusan rumah tangga tidak berjalan dengan baik. Perasaan-perasaan tersebut jika tidak mampu dikendalikan dengan baik dan berlangsung secara terus menerus bukan tidak mungkin wanita berperan ganda tersebut akan mengalami stres dan depresi. Shaevitz (dalam Puti, 2007) mengutarakan jika peran ganda dapat menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehingga muncul rasa bersalah, frustasi bahkan stres.
Wanita yang telah berumah tangga dituntut untuk berhasil dalam dua peran yang bertentangan tersebut. Di rumah mereka dituntut untuk selalu siap memberikan bantuan dan tenaga pada urusan keluarga, sementara di tempat kerja mereka diharapkan menjadi seorang yang agresif (Rowatt & Rowatt dalam Azwar & Arinta, 1993). Banyak karyawan wanita yang menunjukkan kecemasan dan perasaan bersalah tehadap peran sebagai ibu
rumah tangga. Dalam penelitian Moen dan McClain pada tahun 1987 (dalam Azwar & Arinta, 1993) terbukti bahwa wanita yang bekerja full-time
menginginkan mempersingkat jam kerjanya untuk mengurangi ketegangan akibat konflik peran antara pekerjaan dan keluarga jika dibandingkan dengan wanita yang bekerjapart-time. Keadaan ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Barnett dan Baruch (dalam Kusumaputri & Irawaty, 2008) bahwa wanita yang berperan sebagai ibu lebih banyak mengalami konflik peran daripada wanita bekerja yang tidak memiliki anak. Hal ini disebabkan karena perempuan yang bekerja sebagai ibu merasakan peran yang berlebih (overload) dibandingkan dengan wanita yang bekerja bukan sebagai ibu.
Terkait dengan konflik peran ganda yang dialami oleh wanita bekerja, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut Rini (dalam Kusumaputri & Irawaty, 2008) faktor yang dapat mempengaruhi konflik peran ganda adalah faktor internal, eksternal dan relasional. Jika faktor internal merupakan persoalan yang timbul dalam diri pribadi wanita tersebut, maka faktor eksternal berasal dari luar pribadi wanita tersebut seperti dukungan suami, kehadiran anak dan masalah kerja. Beberapa ahli lain juga mengatakan jika jumlah jam kerja pasangan, jumlah dan usia anak, jadwal bekerja maupun dukungan sosial dapat mempengaruhi tingkat konflik peran ganda yang dialami wanita bekerja.
Kepribadian dari pemegang peran, dalam hal ini wanita berperan ganda, juga mempengaruhi konflik peran ganda. Menurut Getsels dan Guba (dalam Puti, 2007) kepribadian dari pemegang peran terkait dengan
cara-cara penyesuaian diri yang digunakan untuk menghadapi konflik peran tersebut. Karakteristik wanita yang berkarir secara non tradisional dikatakan memiliki karateristik kepribadian yang mandiri, percaya diri, tegas, stabil secara emosional dan puas dengan kehidupannya. Kepribadian terlihat dari tingkah laku, sikap, nilai, perasaan dan motivasi (Sarbin & Allen dalam Lindsey & Aronson, 1968). Sikap dan nilai terhadap dirinya sendiri umumnya dikenal dengan istilahself esteem.
Self esteem adalah penilaian yang dibuat individu untuk menggambarkan sikap menerima atau tidak menerima keberadaan dirinya, dan menandakan sampai seberapa jauh individu itu percaya bahwa dirinya mampu, sukses dan berharga (Coopersmith dalam Bracken, 1996). Sementara Rosenberg (dalam Burns, 1982) mengatakan jika self esteem
merupakan sikap positif maupun negatif terhadap dirinya sendiri.
Coopersmith (1967) secara singkat menggambarkan jika self esteem
adalah penilaian pribadi yang dilakukan individu terhadap dirinya. Seseorang yang mempunyai perasaan baik terhadap dirinya akan cenderung bahagia, sehat, sukses dan mampu menyesuaikan diri. Namun, orang yang menilai dirinya negatif mempunyai kecenderungan khawatir, takut, tidak sehat, depresi, pesimis mengenai masa depan dan cenderung melakukan kesalahan.
Seseorang dengan tingkat self esteem yang tinggi akan lebih percaya diri dan lebih mampu menjalani kegiatannya dengan berhasil. Hal senada juga dikemukakan oleh Baron dan Byrne (1994) bahwa seseorang yang
mempunyai high self esteem percaya bahwa dirinya baik, mampu dan berharga, sedangkan individu dengan low self esteem memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna dan tidak berharga.
Self esteem yang dimiliki wanita bekerja berhubungan erat dengan kehidupan sehari-harinya. Wanita bekerja yang mempunyai penilaian baik terhadap dirinya secara umum akan tampak bahagia, sehat, berhasil dan mampu beradaptasi dengan situasi yang penuh stres (Brehm & Kassin, 1989). Sebaliknya, seorang wanita bekerja yang mempunyai penilaian negatif terhadap dirinya akan tampak cemas, depresi dan pesimis.
Rasa percaya diri dan perasaan berharga yang diperoleh wanita dari bekerja secara tidak langsung akan meningkatkan self esteem mereka. Wanita dengan peran ganda tersebut merasa yakin, mampu dan percaya diri menjalani perannya. Mereka juga mampu menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan setiap perannya. Hal ini membuatnya merasa berharga karena mampu melakukan sesuatu yang berguna dimana lingkungan sekitarnya menghormati dan mendukung keputusannya untuk berperan ganda. Mereka pun memandang secara positif dirinya. Rasa percaya akan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada akan membuat perannya sebagai ibu dan pekerja menjadi optimal. Tidak adanya ketimpangan di antara peran itu menandakan bahwa wanita bekerja tersebut mampu menjalani tugasnya dengan baik sehingga tidak mengalami masalah dan konflik yang berlebihan akibat peran gandanya tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin melihat lebih lanjut hubungan antara self esteem dengan konflik peran ganda pada wanita bekerja.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antaraself esteemdengan konflik peran ganda pada wanita bekerja?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antaraself esteem
dengan konflik peran ganda pada wanita bekerja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian ilmu psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi pada umumnya