• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi dan Asumsi (lanjutan) f. Nilai kini atas kewajiban pensiun

Biaya atas program pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya ditentukan dengan perhitungan aktuaris. Perhitungan aktuaris melibatkan penggunaan asumsi mengenai tingkat diskonto, tingkat pengembalian yang diharapkan dari aset, kenaikan gaji di masa depan, tingkat kematian dan tingkat kecacatan. Karena program tersebut memiliki sifat jangka panjang, maka perkiraan tersebut memiliki ketidakpastian yang signifikan.

ak. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Non Produktif, Komitmen dan Kontinjensi

Sesuai dengan Surat Bank Indonesia (BI) No. 13/658/DPNP/DPnP tanggal 23 Desember 2011, BRI tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset non produktif dan transaksi rekening administratif (komitmen dan kontinjensi), namun manajemen BRI tetap harus menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku.

Sebelum SE-BI tersebut dikeluarkan, BRI menentukan cadangan kerugian penurunan nilai aset non produktif dan komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan sesuai dengan Surat Bank Indonesia No. 12/516/DPNP/IDPnP tanggal 21 September 2010.

Perubahan metode penentuan cadangan kerugian penurunan nilai diatas merupakan perubahan kebijakan akuntansi yang seharusnya diterapkan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali laba rugi tahun-tahun sebelumnya. Namun, karena dampak dari perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak material terhadap laporan laba rugi komprehensif konsolidasian BRI dan Entitas Anak pada tahun-tahun sebelumnya, maka tidak dilakukan penyajian kembali dan dampak perubahan tersebut diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian tahun 2011.

Atas aset non produktif, manajemen BRI menentukan cadangan kerugian penurunan nilai pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual.

Atas komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit, manajemen BRI menentukan cadangan kerugian penurunan nilai berdasarkan selisih antara nilai tercatat dan nilai kini atas pembayaran kewajiban yang diharapkan akan terjadi (ketika pembayaran atas jaminan tersebut menjadi probable).

al. Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Pengungkapan

BRI juga menerapkan standar akuntansi revisi pada tanggal 1 Januari 2012, yang dianggap relevan dengan laporan keuangan BRI tetapi tidak memiliki dampak yang signifikan, kecuali untuk pengungkapan terkait: 1. PSAK No. 16 (2011), “Aset Tetap”, mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, sehingga pengguna laporan

keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas dalam aset tetap dan perubahan dalam investasi tersebut. Masalah utama dalam akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan dan rugi penurunan nilainya.

2. PSAK No. 18 (Revisi 2010), “Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya”, mengatur akuntansi dan pelaporan program manfaat purnakarya untuk semua peserta sebagai suatu kelompok. Pernyataan ini melengkapi PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”.

48

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan)

al. Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Pengungkapan (lanjutan)

3. PSAK No. 46 (Revisi 2010), “Akuntansi Pajak Penghasilan”, mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan untuk pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan; serta transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan.

4. PSAK No. 53 (Revisi 2010), “Pembayaran Berbasis Saham”, mengatur pelaporan keuangan entitas yang melakukan transaksi pembayaran berbasis saham.

5. PSAK No. 56 (Revisi 2011), “Laba per Saham”, menetapkan prinsip penentuan dan penyajian laba per saham, sehingga meningkatkan daya banding kinerja antar entitas berbeda pada periode pelaporan sama, dan antar periode pelaporan berbeda untuk entitas sama.

6. PSAK No. 110 (Revisi 2011), “Akuntansi Sukuk”, mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah.

7. ISAK No. 15, “PSAK No. 24-Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya”, memberikan pedoman bagaimana menilai pembatasan jumlah surplus dalam program imbalan pasti yang dapat diakui sebagai aset dalam PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”.

8. ISAK No. 10, “Program Loyalitas Pelanggan”, mengatur pelaksanakan program loyalitas pelanggan dalam memberikan insentif kepada nasabah untuk menggunakan produk. Program loyalitas tersebut diberikan dalam bentuk pemberian poin kepada nasabah dan dapat ditukarkan dengan barang atau jasa tertentu yang disediakan. Pada akhir periode laporan, diakui sebagai sejumlah pendapatan pada saat terjadi penukaran poin terhadap jumlah keseluruhan poin yang diperkirakan akan ditukar.

9. ISAK No. 20, “Pajak penghasilan-Perubahan Dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Saham”, membahas bagaimana suatu entitas memperhitungkan konsekuensi pajak kini dan pajak tangguhan karena perubahan dalam status pajaknya atau pemegang sahamnya.

10. ISAK No. 26, “Penilaian Ulang Derivatif Melekat”, memberikan pedoman mengenai persyaratan dilakukannya penilaian ulang atas derivatif melekat.

3. PELAKSANAAN KUASI-REORGANISASI

Sebagai dampak dari kondisi ekonomi, BRI menderita akumulasi kerugian yang signifikan pada tahun 1999 sejumlah Rp28.221.364. Setelah rekapitalisasi BRI pada bulan Juli 2000 dan Oktober 2000, cadangan penghapusan aktiva produktif BRI berkurang secara signifikan sehubungan dengan pengalihan aktiva produktif

non-performing ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). BRI memiliki akumulasi saldo rugi (defisit)

sejumlah Rp24.699.387 dalam laporan posisi keuangan pada tanggal 30 Juni 2003.

Untuk memperoleh awal yang baik (fresh start) dengan laporan posisi keuangan yang menunjukkan nilai sekarang dan tidak dibebani oleh defisit maka BRI melaksanakan kuasi-reorganisasi per 30 Juni 2003 (Catatan 2d).

Manajemen BRI telah menyiapkan proyeksi laporan keuangan yang menunjukkan profitabilitas yang kuat dan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio atau CAR) yang sehat sejalan dengan dukungan dari kekuatan utama BRI sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia yang memfokuskan diri pada pembiayaan Mikro, Konsumer, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Sektor Agribisnis.

49

4. KAS

a. Berdasarkan Mata Uang

Kas berdasarkan mata uang pada tanggal-tanggal 30 September 2013 dan 31 Desember 2012 sebagai berikut:

Jumlah Jumlah

nosional nosional

mata uang mata uang

asing Ekuivalen asing Ekuivalen (angka penuh) rupiah (angka penuh) rupiah

Rupiah 13.392.924 13.610.755 Mata uang asing

Dolar Amerika Serikat 14.945.164 173.065 22.215.512 214.102 Riyal Arab Saudi 22.067.265 68.141 8.155.390 20.956 Euro Eropa 2.338.812 36.564 1.009.298 12.850 Dolar Australia 3.070.890 33.173 658.133 6.586 Ringgit Malaysia 4.153.897 14.753 1.044.165 3.287 Dolar Singapura 1.519.562 14.015 2.489.019 19.610 Yen Jepang 54.818.259 6.485 10.978.392 1.227 Yuan Cina 3.042.774 5.756 2.118.958 3.277 Dolar Hong Kong 883.939 1.320 414.232 515 Pound Sterling Inggris 54.083 1.012 46.214 717 Bath Thailand 2.332.708 864 4.363.983 1.374 Won Korea Selatan 36.363.636 392 - -Franc Swiss 23.453 300 11.010 116 Dolar Kanada 11.743 132 6.297 61 Dolar Selandia Baru 9.172 88 - -Dolar Brunei Darussalam 4.555 42 3.935 31 Kina Papua Nugini 3.591 16 -

-356.118 284.709 Total 13.749.042 13.895.464 30 September 2013 31 Desember 2012 b. Berdasarkan Jenis

Kas berdasarkan jenis pada tanggal-tanggal 30 September 2013 dan 31 Desember 2012 sebagai berikut:

30 September 2013 31 Desember 2012 Rupiah Kas kantor 10.092.114 10.055.581 Kas ATM 3.300.810 3.555.174 13.392.924 13.610.755 Mata uang asing

Kas kantor 356.118 284.709

50

5. GIRO PADA BANK INDONESIA