• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Manfaat PLTAL Bagi Masyarakat Desa Toyopakeh

6.2.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat

Setelah menganalisis peluang kesediaan membayar masyarakat Desa Toyopakeh terhadap biaya pengelolaan PLTAL maka selanjutnya adalah mengetahui berapa besar biaya yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat menggunakan analisis WTP. Biaya yang ditawarkan merupakan biaya yang bersedia dibayar oleh masyarakat setiap bulannya per kepala rumah tangga. Hal tersebut dapat memperlihatkan seberapa besar masyarakat menginginkan adanya pengelolaan PLTAL secara bekerlanjutan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan CVM untuk mengestimasi nilai WTP masyarakat terhadap pengelolaan PLTAL. Masyarakat diberikan informasi terlebih dahulu mengenai manfaat adanya PLTAL yang saat ini telah memberikan penerangan disepanjang satu kilometer pantai saat malam hari. Selanjutnya, masyarakat diajukan pertanyaan untuk memilih nilai WTP yang bersedia mereka bayar setiap bulannya. Nilai WTP didapatkan dengan menggunakan teknik payment card,

Nilai WTP yang diajukan sebesar Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp 20.000. Dasar dari besarnya nilai yang diajukan yaitu hasil perhitungan biaya beban PLTAL berdasarkan kapasitas PLTAL yang terpakai dengan pendekatan tarif tenaga listrik untuk penerangan jalan sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014. Perhitungan pendekatan tarif dapat dilihat di Lampiran 3.

Perhitungan dugaan nilai rataan WTP dilakukan menggunakan pendekatan non-parametrik yaitu dengan metode K-M-T, dan SK. Metode ini mengandalkan

distribusi jawaban “ya” dan “tidak” dari responden terhadap nilai bid yang ditawarkan. Selain dapat menghitung nilai rataan WTP, dengan mengetahui distribusi jawaban responden maka lower bound WTP dapat ditentukan. Metode

Turnbull mengandalkan distribusi jawaban “tidak” dari responden terhadap nilai bid yang ditawarkan, perhitungan Metode Turnbull dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perhitungan turnbull

Tabel 8 di atas menunjukkan distribusi “tidak” (Fj) terlihat meningkat secara monotonik. Jumlah respon “tidak” menunjukan jumlah orang yang tidak mau membayar bid yang ditawarkan. Terdapat sepuluh orang yang tidak mau membayar apabila bid yang ditawarkan sebesar Rp 5.000, apabila bid yang ditawarkan Rp 10.000 maka jumlah orang yang tidak mau membayar sebanyak tujuh belas orang, begitupun seterusnya apabila bid yang ditawarkan semakin tinggi maka jumlah orang yang tidak mau membayar akan semakin meningkat. Nilai rataan WTP didapatkan dari perkalian bid dengan nilai fj*. Hasil rataan WTP yang diperoleh sebesar Rp 9.268,293.

Tabel 9 akan menunjukkan perhitungan rataan WTP menggunakan metode K-M-T dan S-K, pendekataan ini mengandalkan distribusi jawaban “ya” dari responden terhadap nilai bid yang ditawarkan.

Tabel 9 Perhitungan K-M-T dan S-K

Sebagaimana terlihat pada Tabel 9 di atas, terdapat 31 orang yang bersedia membayar apabila bid yang ditawarkan sebesar Rp 5.000 dan hanya akan ada 9 orang yang bersedia membayar apabila bid yang ditawarkan sebesar Rp 20.000. Perhitungan WTP dengan metode K-M-T sama persis dengan metode Turnbull. Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada penggunaan respon “ya” yang

Bid Jumlah Nj (Respon "tidak") Total respon (Tj) Distribusi “Tidak” (Fj) Nilai fj* WTP Turnbull 5.000 10 41 0,244 0,244 853,659 10.000 17 41 0,415 0,171 2.926,829 15.000 29 41 0,707 0,293 1.097,561 20.000 32 41 0,780 0,073 4.390,244 >20.000 1 0,220 Rataan WTP 9.268,293

Bid Jumlah “ya” Total

respon Share (Fj) Nilai fj* WTP KMT WTP SK

0 1 0,244 0 609,756 5.000 31 41 0,756 0,171 853,659 1.280,488 10.000 24 41 0,585 0,293 2.926,829 3.658,537 15.000 12 41 0,293 0,073 1.097,561 1.280,488 20.000 9 41 0,220 0,220 4.390,244 4.939,024 25.000 0 0 Rataan WTP 9.268,293 11.768,293

48

merupakan respon kebalikannya. Nilai rataan WTP menggunakan metode K-M-T menunjukkan hasil yang sama dengan nilai rataan WTP Turnbull yaitu sebesar Rp 9.268,293, sementara hasil perhitungan rataan WTP dengan metode S-K menghasilkan nilai rataan WTP yang lebih besar yaitu Rp 11.768,293.

Besarnya tingkat kepercayaan terhadap pendugaan nilai rataan WTP yang dihasilkan oleh distribusi Turnbull estimator dapat dihitung menggunakan formula keragaman (variance). Besarnya nilai variance dalam penelitian ini adalah 491.142,032 dan standard error yang merupakan akar dari variance sebesar 700,815. Berdasarkan hasil tersebut, dengan selang kepercayaan 95 persen maka untuk lower bound WTP menjadi 9.268,293 ± 1,96(700,815), dengan kata

lain bahwa nilai rataan WTP berada pada kisaran Rp 7.894,695 sampai Rp 10.641,891. Salah satu kelebihan menggunakan pendugaan melalui lower

bound adalah terkait dengan distribusi Turnbull estimator dimana fj* terdistribusi normal dan nilai bid tetap, sehingga rataan lower bound WTP juga normal.

Nilai selang WTP (EWTP) yang dihasilkan mencerminkan besarnya kesediaan membayar masyarakat Desa Toyopakeh untuk biaya pengelolan PLTAL di Nusa Penida setiap bulannya. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa masyarakat bersedia membayar biaya pengelolaan sebesar Rp 7.894,695 hingga Rp 10.641,891 per kepala keluarga perbulan, dan hasil pehitungan S-K menunjukkan bahwa masyarakat bersedia membayar biaya pengelolaan sebesar Rp 11.768,293 per kepala keluarga perbulan.

Besarnya nilai WTP yang telah dihasilkan dapat digunakan sebagai iuran untuk dijadikan dana pengelolaan PLTAL. EWTP terendah menunjukkan nilai Rp 7.894,695 yang artinya tiap kepala keluarga mengeluarkan Rp 7.894,695 per bulan untuk iuran mengelola PLTAL. Jumlah kepala keluarga yang berada di Desa Toyopakeh sebanyak 200 orang, namun proporsi jumlah kepala keluarga yang mau membayar iuran pengelolaan PLTAL yaitu sebanyak 151 orang. Proporsi tersebut didapatkan dari jumlah responden yang mau membayar dibagi dengan jumlah seluruh responden kemudian hasil tersebut dikalikan dengan jumlah kepala keluarga yang berada di Desa Toyopakeh. Jumlah iuran pengelolaan PLTAL yang didapat dalam setahun akan mencapai Rp 14.305.187. Dana pengelolaan PLTAL yang didapatkan akan digunakan untuk biaya

operasional dan perawatan, serta biaya tenaga kerja pengelola. Biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini:

Tabel 10 Biaya Pengeluaran tiap Tahun

No Penggunaan Biaya Tahunan

1 Operasional dan Pemeliharaan Rp 5.000.000 2 Tenaga Kerja Rp 9.000.000

Total Pengeluaran Rp 14.000.000

Total Potensi Penerimaan Rp 14.305.187

Sisa Dana

(Total Penerimaan – Total Pengeluaran) Rp 305.187

Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri dari biaya perawatan seperti pemeriksaan berkala dalam perawatan baterai basah (accu), biaya peggantian suku cadang, biaya monitoring, biaya perawatan rumah panel, dan lain-lain. PLTAL tidak membutuhkan biaya pembelian bahan bakar yang besar karena bahan bakar yang dibutuhkan tersedia oleh alam dengan jumlah tidak terbatas. Tenaga kerja yang digunakan untuk mengelola PLTAL sebanyak satu orang dengan diberi upah sebesar Rp 750.000 setiap bulannya. Berdasarkan Tabel 10, apabila iuran pengelolaan PLTAL menggunakan nilai EWTP terendah maka masih mendapatkan dana sisa sebesar Rp 305.187, dana tersebut dapat ditabungkan untuk biaya penggantian perangkat utama dan perangkat listrik yang membutuhkan biaya yang cukup besar. Perangkat utama seperti generator, turbin, dan struktur penahan turbin perlu diganti dengan yang baru apabila sudah mencapai umur teknis maksimalnya. Perangkat listrik pun perlu dilakukan pembaruan seperti electrical control, mikro controller, aki, panel, kabel jaringan, dan bohlam lampu jalan yang akan padam jika sudah melewati umur teknisnya.

Dokumen terkait