• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.5 Metode Analisis Data

4.5.2 Nilai WTP Masyarakat Terhadap PLTAL

Nilai WTP masyarakat yang telah didapatkan dari hasil wawancara akan dihitung untuk melihat besarnya peluang kesediaan masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL dan seberapa besar rataan WTP yang dihasilkan.

a. Analisis Peluang Kesediaan Membayar

Metode analisis logistik digunakan untuk melihat peluang kesediaan membayar masyarakat meliputi bersedia atau tidak bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya pengelolaan PLTAL. Bentuk model logistik yang digunakan adalah :

Li = Ln (

24

dimana:

Li = Peluang masyarakat bersedia (bernilai 1) atau tidak bersedia (bernilai 0) membayar adanya biaya pengelolaan PLTAL.

β0 = Intersep

β1-3 = Koefisien dari regresi

PDPT = Tingkat Pendapatan (Rp/bulan) JT = Jumlah Tanggungan (orang) PDKN = Tingkat Pendidikan (tahun)

Terdapat tiga variabel yang diduga dapat mempengaruhi peluang bersedianya masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL. Variabel tersebut adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan. Sifat hubungan variabel terdiri dari dua jenis yaitu berpengaruh positif dan berpengaruh negatif.

Variabel yang diduga berpengaruh postif adalah tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan. Tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi besarnya peluang kesediaan membayar, semakin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki maka peluang untuk membayar akan semakin besar. Variabel pendidikan juga diduga akan mempengaruhi besarnya peluang membayar, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula peluang kesediaan membayar.

Variabel yang diduga berpengaruh negatif terhadap besarnya peluang kesediaan membayar adalah variabel jumlah tanggungan. Masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih sedikit diduga peluang kesediaan membayarnya akan semakin besar.

b. Estimasi Nilai WTP menggunakan CVM

Besarnya nilai WTP dapat diketahui menggunakan pendekatan CVM. Secara umum analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama yaitu:

1. Identifikasi barang dan jasa

Mengestimasi besarnya WTP digunakan untuk mengetahui tingkat kesediaan membayar masyarakat untuk mempertahankan manfaat yang dihasilkan akibat adanya penerangan yang bersumber dari PLTAL. Nilai WTP yang dihasilkan oleh tiap perwakilan kepala rumah tangganya akan dijadikan acuan untuk biaya pengelolaan PLTAL per bulannya.

2. Konstruksi skenario hipotetik

Skenario hipotetik sangat berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan pada analisis CVM. Skenario hipotetik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kondisi lampu jalan sebagai fasilitas penerangan publik di Desa Toyopakeh tidak berfungsi secara maksimal dikarenakan kurangnya ketersediaan pasokan listrik di Pulau Nusa Penida. Keberadaan PLTAL yang dibangun oleh PT.T-Files memberikan 25 titik penerangan jalan di daerah Desa Toyopakeh. Penerangan tersebut menerangi Dermaga Toyopakeh, daerah pemakaman, lokasi penyimpanan rumput laut, dan warung-warung yang berada di tepi pantai. Adanya manfaat penerangan yang dihasilkan PLTAL tersebut diharapkan dapat berlangsung dalam jangka panjang, oleh karena itu diperlukan upaya untuk tetap menjaga keberlangsungan PLTAL. Salah satu upaya tersebut adalah menentukan besarnya biaya pengelolaan PLTAL yang didapatkan menggunakan konsep WTP masyarakat. Besarnya nilai WTP ini dapat dijadikan besarnya iuran per kepala keluarga per bulan untuk biaya pengelolaan PLTAL. Pengelolaan PLTAL dilakukan oleh kelompok masyarakat Desa Toyopakeh.

3. Elisitasi nilai moneter

Setelah masyarakat diberikan gambaran mengenai manfaat PLTAL, untuk mendapatkan nilai WTP maka masyarakat diberikan pertanyaan mengenai kesediaannya untuk berkontribusi memberikan sejumlah uang dalam upaya pegelolaan PLTAL. Apabila bersedia maka masyarakat diberikan pertanyaan berapakah besar WTP yang bersedia dibayarkan untuk biaya pengelolaan PLTAL per kepala rumah tangga dalam satu bulannya, dalam hal ini digunakan format payment card karena dianggap lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Payment card merupakan salah satu metode yang dapat menghilangkan bias titik awal karena dalam metode ini telah disediakan beberapa nilai yang dapat dipilih langsung oleh masyarakat. Nilai yang ditawarkan adalah Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp 20.000. Penentuan nilai tersebut berdasarkan tarif penerangan jalan umum menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014 yaitu sebesar Rp 997 per kilowatthour.

26

c. Perhitungan WTP dengan Metode Non-Parametrik

Setelah mendapatkan nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat maka selanjutnya adalah memperkirakan nilai rataan WTP. Menurut Fauzi (2014), perhitungan nilai rata-rata WTP dapat dilakukan dengan pendekatan non- parametrik. Beberapa metode non-parametrik yang cukup dikenal adalah metode Turnbull, Kaplan-Meir-Turnbull (K-M-T), dan Spearmen-Karber (SK).

Pendekatan ini mengandalkan distribusi jawaban “ya” dan “tidak” dari responden

terhadap respons pertanyaan lelang (bid).

Langkah-langkah untuk menggunakan metode Turnbull, Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2014) adalah sebagai berikut:

1. Hitung distribusi Fj menggunakan formula

dimana Fj adalah distribusi responden yang menjawab “tidak”, Nj adalah respon “tidak” untuk nilai lelang j dan Yjadalah respon “ya” untuk nilai lelang j. Total respon adalah Tj = Nj + Yj.

2. Bandingkan nilai Fj dan Fj+1 dimulai dengan nilai lelang terendah

3. Jika Fj+1 > Fj perhitungan rataan WTP dapat dilanjutkan menggunakan formula E(WTP) metode Turnbull.

4. Jika Fj+1 < Fj, gabungkan (pooled) nilai lelang ke j dan j+1 menjadi satu nilai lelang dengan batas bawah dan batas atas lelang adalah (Bj , Bj+1). Kemudian hitung nilai

, dengan kata lain menghilangkan nilai lelang Bj+1 dan menggabungkan dengan nilai lelang Bj.

5. Lanjutkan menghitung WTP menggunakan formula E(WTP) jika distribusi sudah terlihat meningkat secara monotonik (monotonically increasing).

6. Gunakan nilai maksimum distribusi = 1 yang menunjukkan tidak ada responden yang ingin membayar lebih dari nilai lelang maksimum.

Mengetahui distribusi responden yang menjawab “tidak” untuk metode Turnbull atau jawaban “ya” untuk metode K-M-T, maka akan dapat menentukan batas bawah dari WTP (lower bound WTP) dan nilai rataan WTP. Nilai lower bound WTP untuk metode Turnbull dihitung dengan formula sebagai berikut.

Sementara formula nilai rataan WTP untuk metode Kaplan-Meir-Turnbull:

Perhitungan rataan WTP dengan metode Spearman-Karber (SK) secara prinsip sama dengan metode K-M-T, yakni menggunakan respon jawaban “ya” terhadap bid yang ditawarkan. Formula menghitung WTP dengan metode SK adalah:

Setelah didapatkan dugaan nilai rataan WTP maka pendugaan total WTP dapat dihasilkan. Total WTP adalah dugaan rataan WTP dikalikan dengan jumlah kepala keluarga (KK), rumus total WTP yaitu:

dimana:

TWTP = Total WTP (Rp)

EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp)

4.5.3 Analisis Skema Pengelolaan dan Pengembangan PLTAL Nusa Penida

Menganalisis skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL Nusa Penida dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif. Menganalisis skema pengelolaan dan pengembangan ini dilakukan agar PLTAL Nusa Penida dapat dikelola dengan baik dan digunakan secara berkelanjutan oleh masyarakat Desa Toyopakeh. Data yang digunakan untuk menganalisis skema ini adalah data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara terhadap pihak PT.T-Files, tokoh masyarakat Desa Toyopakeh, dan beberapa pihak pemerintahan seperti P3GL dan P3TKEBTKE. Sedangkan data sekunder berasal dari artikel dan laporan mengenai PLTAL Nusa Penida. Data yang telah dikumpulkan akan disusun dalam bentuk skema yang menggambarkan alur dan keterkaitan pihak-pihak yang terlibat beserta perannya dalam pembangunan PLTAL. Pada skema pengelolaan dan pengembangan terdapat pula rekomendasi untuk keberlanjutan PLTAL di Selat Nusa Penida.

V GAMBARAN UMUM

Dokumen terkait