• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Willingness to pay masyarakat terhadap keberlanjutan pilot project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Willingness to pay masyarakat terhadap keberlanjutan pilot project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI

WILLINGNESS TO PAY

MASYARAKAT

TERHADAP KEBERLANJUTAN

PILOT PROJECT

PLTAL DI SELAT NUSA PENIDA, BALI

AMALIA RETNASARI S

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Willingness to Pay Masyarakat terhadap Keberlanjutan Pilot Project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor,April 2015 Amalia Retnasari S

(4)
(5)

ABSTRAK

AMALIA RETNASARI S. Estimasi Willingness to Pay Masyarakat terhadap Keberlanjutan Pilot Project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali. Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan ASTI ISTIQOMAH.

Listrik telah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Sumber utama ketenagalistrikan Indonesia berasal dari fosil, sumberdaya tidak terbarukan. Meningkatnya pembangunan pembangkit listrik dalam memenuhi kebutuhan listrik akan berdampak pada penurunan ketersediaan sumberdaya fosil, maka dibutuhkan sumber energi listrik alternatif yang berasal dari sumberdaya terbarukan. Salah satu sumber energi yang dapat dikembangkan adalah energi arus laut. Selat Nusa Penida merupakan salah satu lokasi pemasangan pilot project Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) dengan kapasitas sepuluh kilowatt. Keberadaan PLTAL telah memberikan penerangan melalui 25 lampu

jalan yang terpasang di Desa Toyopakeh. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi manfaat yang dirasakan masyarakat Desa Toyopakeh; (2) menganalisis peluang kesediaan membayar dan mengestimasi nilai willingness to pay masyarakat Desa Toyopakeh; dan (3) menganalisis skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL di Selat Nusa Penida. Manfaat ekonomi dan sosial budaya yang dirasakan masyarakat saat malam hari adalah meningkatkan efektivitas kerja pengikat rumput laut, warung buka lebih malam, memberikan kemudahan jukung dan speed boat bersandar, monitoring kapal, bongkar muat kapal, memancing, dan pembuangan abu jenazah. Keberadaan PLTAL Nusa Penida memiliki kemungkinan dampak lingkungan yang kecil. Masyarakat dengan jumlah pendapatan besar maupun kecil memiliki peluang bersedia membayar yang sama. Masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi, peluang bersedia membayarnya lebih besar 1,291 kali dibandingkan tidak bersedia membayar. Nilai rataan WTP berdasarkan distribusi Turnbull estimator berada pada kisaran Rp 7.894,695 sampai Rp 10.641,891, sedangkan berdasarkan perhitungan Spearmen-Karber rataan WTP sebesar Rp 11.768,293. Stakeholder yang telah dan dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam proses pengelolaan dan pengembangan PLTAL di Nusa Penida dibagi menjadi lima jenis pihak yaitu pihak peneliti, perijinan, pemberi dana, pengembang, dan masyarakat.

(6)

AMALIA RETNASARI S. . Estimation of community willingnes to pay for Sustainable Pilot Project PLTAL in Nusa Penida Strait, Bali. Supervised by AKHMAD FAUZI and ASTI ISTIQOMAH.

(7)

ESTIMASI

WILLINGNESS TO PAY

MASYARAKAT

TERHADAP KEBERLANJUTAN

PILOT PROJECT

PLTAL DI SELAT NUSA PENIDA, BALI

AMALIA RETNASARI S

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Estimasi Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Keberlanjutan Pilot Project PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali” ini dapat diselesaikan. Terwujudnya penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membimbing penulis baik dalam pemberian ide-ide maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orangtua, adik kandung, dan keluarga besar yang terus memberikan dukungan baik moral maupun materil, serta senantiasa mendoakan agar penulis mampu menyelesaikan studi dengan baik.

2. Prof.Dr.Ir.Akhmad Fauzi,M.Sc selaku pembimbing pertama dan Asti Istiqomah,SP,M.Si selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya dalam mendidik dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Ir.Nindyantoro,M.SP selaku penguji utama dan Arini Hardjanto,SE, M.Si selaku penguji wakil departemen yang telah memberikan saran bagi perbaikan skripsi.

4. Mba Sofi yang telah memberikan dukungan selama penyusunan skripsi.

5. PT.T-Files dan tim lapang yang telah memberikan kesempatan dan memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian terhadap proyek PLTAL yang telah dibangun.

6. Keluarga Bapak I Ketut Weca (Kepala Dusun Banjar Nyuh), warga Toyopakeh dan Banjar Nyuh yang telah bersedia memberikan informasi dan menyambut penulis dengan hangat selama tinggal di tempat penelitian.

7. Bli Yusuf yang telah memberikan bantuan dan menemani pengambilan data selama di lapangan.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Ruang Lingkup... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan ... 8

2.2 Contingent Valuation Method (CVM) ... 8

2.3 Willingness To Pay (WTP) ... 9

2.4 Analisis Logistik ... 10

2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut ... 12

2.6 Energi Laut... 12

2.6.1 Gelombang Laut ... 12

2.6.2 Pasang Surut Laut ... 13

2.6.3 Panas Laut (OTEC) ... 13

2.7 Penelitian Terdahulu ... 14

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

IV METODE PENELITIAN ... 21

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 21

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

4.4 Metode Penentuan Sampel ... 22

4.5 Metode Analisis Data ... 22

4.5.1 Identifikasi Manfaat PLTAL ... 23

(13)

4.5.3 Analisis Skema Pengelolaan dan Pengembangan PLTAL Nusa Penida . 27

V GAMBARAN UMUM ... 28

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 28

5.2 PT.T-Files ... 30

5.3 Karakteristik Responden ... 31

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

6.1 Manfaat PLTAL Bagi Masyarakat Desa Toyopakeh ... 36

6.1.1 Manfaat Ekonomi... 37

6.1.2 Manfaat Sosial Budaya ... 39

6.1.3 Dampak Lingkungan ... 40

6.2 Nilai WTP Masyarakat Terhadap PLTAL ... 43

6.2.1 Analisis Peluang Kesediaan Membayar (WTP) Masyarakat ... 43

6.2.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat ... 46

6.3 Skema Pengelolaan dan Pengembangan PLTAL ... 49

6.3.1 Pihak Peneliti ... 52

6.3.2 Pihak Perijinan ... 52

6.3.3 Pihak Pemberi Dana ... 53

6.3.4 Pihak Pengembang ... 53

6.3.5 Pihak Masyarakat ... 56

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 58

7.1 Simpulan ... 58

7.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 63

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Roadmap karakteristik arus laut dan daya listrik ... 4

2 Penelitian terdahulu yang relevan ... 14

3 Matriks metode analisis data ... 22

4 Manfaat ekonomi ... 37

5 Manfaat sosial budaya ... 39

6 Kemungkinan dampak lingkungan PLTAL ... 41

7 Variabel yang mempengaruhi kesediaan membayar maksimum pengelolaan PLTAL .. 45

8 Perhitungan turnbull ... 47

9 Perhitungan K-M-T dan S-K ... 47

10 Biaya Pengeluaran tiap Tahun ... 49

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1 Kapasitas terpasang pembangkit listrik menurut jenis energi ... 2

2 Alur pemikiran ... 20

3 Peta Pulau Nusa Penida ... 28

4 Turbin gorlov ... 31

5 Generator ... 31

6 Persentase sebaran WTP berdasarkan jenis kelamin ... 32

7 Persentase sebaran WTP berdasarkan usia ... 32

8 Persentase sebaran WTP berdasarkan lama tinggal... 33

9 Persentase sebaran WTP berdasarkan tingkat pendidikan... 33

10 Persentase sebaran WTP berdasarkan jumlah tanggungan ... 34

11 Persentase sebaran WTP berdasarkan jenis pekerjaan ... 34

12 Persentase sebaran WTP berdasarkan tingkat pendapatan ... 35

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hasil Output SPSS ... 65

2 Penghitungan WTP ... 67

3 Penghitungan Pendekatan Harga Tarif... 68

4 Data Responden ... 69

(16)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik telah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tingginya ketergantungan manusia terhadap listrik dapat dilihat ketika terjadinya pemadaman listrik di beberapa kota besar. Salah satu contohnya pada tahun 2001 telah terjadi pemadaman listrik di Amerika Serikat yang mengakibatkan 54 industri perakitan dan pembuatan mobil terhenti, ratusan jadwal penerbangan dibatalkan, semua akses internet terputus, banyak pelayanan kereta api dan kereta bawah tanah terhenti (Akhadi 2009). Kejadian serupa pun menimpa Indonesia pada Januari 2014, pemadaman listrik terjadi selama satu jam di Bandara Internasional Ngurahrai Bali sehingga mengakibatkan sebelas jadwal penerbangan tertunda(Wiriyanto 2014).

(17)

2

Sumber : Outlook Energy Indonesia 2014

Dalam pemenuhan ketersediaan listrik, pembangunan pembangkit listrik yang lebih banyak akan mengakibatkan eksploitasi Sumberdaya Alam (SDA) yang semakin meningkat dan berdampak pada penurunan cadangan SDA yang ada (Harjanto 2008). Di samping itu, unit pembangkit listrik harus menghadapi tantangan pelestarian lingkungan. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara berpotensi menghasilkan gas-gas yang berdampak negatif pada lingkungan. Gas tersebut adalah gas Karbon Dioksida (CO2) yang merupakan salah satu golongan gas rumah kaca dan dapat menimbulkan pemanasan global. Adapula gas Sulfur Oksida (SO2) dan Nitrogen Oksida (NOX) yang merupakan sumber deposisi asam yang mengganggu siklus makanan, punahnya beberapa jenis ikan, dan perubahan keseimbangan nutrisi dalam tanah (Harjanto 2008).

Selain pembangkit listrik, infrastruktur jaringan transmisi dan distribusi listrik merupakan sarana penghubung antara pembangkit listrik dengan konsumen listrik. Jaringan transmisi yang sudah terinterkoneksi penuh baru terdapat di Jawa dan Sumatera, sedangkan jaringan transmisi di Kalimantan dan Sulawesi belum terhubung pada seluruh provinsi. Jaringan distribusi tenaga listrik berfungsi menghubungkan jaringan transmisi tegangan tinggi dengan konsumen melalui sebuah sub-station. Kapasitas pembangkit listrik, jaringan transmisi, dan jaringan distribusi terus berkembang, namun laju pertumbuhannya tidak seiring dengan laju kebutuhan listrik konsumen. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya

(18)

konsumen yang masuk dalam “daftar tunggu” untuk memperoleh aliran listrik dan

dalam kondisi tertentu guna menjaga keandalan sistem dilakukan “black out” akibat permintaan yang terlalu tinggi (IEO 2010).

Adanya dampak negatif terhadap lingkungan, terbatasnya jumlah ketersediaan bahan bakar fosil, dan terkendalanya pemasangan jaringan transmisi dan distribusi ke berbagai daerah pelosok di Indonesia, maka dibutuhkan upaya dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada disetiap daerah tersebut untuk megembangkan energi alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan (renewable). Peraturan yang mendukung mengenai pengembangan energi alternatif diantaranya Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (RUPTL PT.PLN) Tahun 2010 hingga 2019 mengenai kebutuhan listrik, Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (BP-PEN) Tahun 2006 hingga 2025 mengenai jenis bahan bakar pembangkit listrik, Undang-Undang Nomor 30 (UU No.30) Tahun 2007 tentang Energi, Peraturan Presiden Nomor 5 (Perpres No.5) Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), dan Undang-Undang Nomor 17 (UU No.17) Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

Berdasarkan tempatnya, terdapat dua jenis sumber energi alternatif yaitu sumber energi yang berasal dari daratan dan sumber energi yang berasal dari lautan (Erwandi 2005). Salah satu langkah kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) dalam menjawab isu nasional mengenai energi dengan diversifikasi energi yaitu penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi baru, salah satunya adalah sumber energi kelautan (DESDM 2005 dalam Yuningsih dan Masduki 2011).

(19)

4

Beberapa wilayah perairan Indonesia memiliki karakteristik arus laut yang kuat sehingga berpotensi menghasilkan energi listrik yang bersumber dari arus laut tersebut. Pengembangan teknologi pemanfaatan energi arus laut di Indonesia saat ini masih belum optimal atau masih dalam tahap penelitian dan uji coba. Pada tahun 2008 dilakukan pemasangan turbin di Pantai Cirebon dan Pantai Mutiara, namun hasilnya tidak dipublikasikan. Pada tahun 2009 dilakukan uji coba di Selat Nusa Penida dengan kapasitas 5 kilowatt (kW) dan di Selat Flores sebesar 2 kW. Pada tahun 2010 dilakukan uji coba operasional prototype PLTAL kembali di Selat Flores dengan kapasitas 10 kW. Pada tahun 2012 desain turbin dipasang di Jembatan Suramadu.

Berdasarkan roadmap terlihat bahwa Selat Nusa Penida memiliki potensi daya listrik yang besar. Roadmap penelitian karakteristik arus laut serta estimasi daya listrik yang telah dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) sampai tahun 2011 di perairan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara Timur, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Roadmap karakteristik arus laut dan daya listrik

ENERGI

Tahun Penelitian 2005, 2006 2007,2009 2008 2010 2011

Sumber : Lubis 2012

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Warga Nusa Penida hingga saat ini masih mengalami krisis listrik meskipun PLN sudah melakukan penambahan daya dengan memanfaatkan jaringan kabel bawah laut, akan tetapi pemasangan kabel bawah laut yang diharapkan dapat menambah pasokan listrik tersebut belum mampu mengatasi masalah listrik yang terjadi di Nusa Penida (Budiarta 2014). Oleh sebab itu, diperlukan alternatif sumber energi listrik lain yang dapat menambah pasokan listrik untuk mengurangi permasalahan krisis listrik di Nusa Penida.

Salah satu alternatif sumber energi listrik yang dapat dikembangkan adalah energi arus laut. Berdasarkan roadmap penelitian karakteristik arus laut serta estimasi daya listrik yang telah dilaksanakan oleh P3GL pada tahun 2007 dan 2009, Selat Nusa Penida memiliki kecepatan arus 0,5 hingga 3,2 meter per detik, dengan menggunakan luas turbin sebesar 40 meter persegi maka daya listrik yang dihasilkan mampu mecapai 200 hingga 400 kilowatt. Jika energi arus laut tersebut dikembangkan menjadi pembangkit listrik, maka akan membantu PLN dalam menambah pasokan listrik untuk warga Nusa Penida khususnya masyarakat di sekitar Selat Nusa Penida.

Salah satu perusahaan swasta bernama PT.T-Files telah membangun pembangkit listrik dengan menggunakan energi arus laut di Selat Nusa Penida. Bangunan PLTAL ini diletakkan di samping Dermaga Toyopakeh dan telah menghasilkan energi listrik sebesar 10 kW. Energi listrik yang dihasilkan tersebut baru dimanfaatkan sebesar 2 kW dan dialirkan untuk menyalakan 25 lampu jalan yang telah dipasang disekitar dermaga dan Desa Toyopakeh. Penerangan dari PLTAL dapat dirasakan oleh masyarakat untuk membantu kegiatan perekonomian yang dilakukan saat malam hari.

(21)

6

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebelumnya maka diperlukan perhitungan nilai ekonomi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan masyarakat untuk membayar pengelolaan PLTAL supaya berkelanjutan. Secara garis besar permasalahan yang diangkat dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana manfaat yang dirasakan masyarakat Desa Toyopakeh Kecamatan Nusa Penida Provinsi Bali terhadap keberadaan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali?

2. Berapa peluang kesediaan membayar dan besarnya nilai willingness to pay masyarakat Desa Toyopakeh Kecamatan Nusa Penida Provinsi Bali untuk biaya pengelolaan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali?

3. Bagaimana skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali yang bisa ditawarkan untuk alternatif kebijakan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam menjawab masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi manfaat yang dirasakan masyarakat Desa Toyopakeh terhadap keberadaan PLTAL di Selat Nusa Penida, Bali.

2. Menganalisis peluang kesediaan membayar dan mengestimasi nilai willingness to pay masyarakat Desa Toyopakeh terhadap biaya pengelolaan PLTAL di

Selat Nusa Penida, Bali.

3. Menganalisis skema pengelolaan dan pengembangan PLTAL di Selat Nusa Penida,Bali.

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian yang dilakukan mempunyai ruang lingkup dan batasan-batasan sebagai berikut :

1. Wilayah yang akan menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah Desa Toyopakeh, Kecamatan Nusa Penida, Provinsi Bali.

(22)

3. Manfaat keberadaan PLTAL hanya sebatas identifikasi manfaat yang dirasakan oleh responden kemudian dijelaskan secara deskriptif. Manfaat yang di identifikasi adalah manfaat existing.

(23)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Menurut Fauzi (2010), pengertian nilai atau value, khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Perbedaan mengenai konsepsi nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan pemahaman mengenai pentingnya suatu ekosistem. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu tersebut adalah pemberian price tag (harga) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan.

Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep keinginan membayar (willingness to pay-WTP) dapat didefinisikan sebagai keinginan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh jasa sumberdaya alam dan lingkungan. Konsep WTP dapat diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi 2010).

2.2 Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method merupakan metode langsung penilaian ekonomi melalui pertanyaan kemauan membayar seseorang (willingness to pay). CVM adalah metode yang mengandalkan teknik survei. Menurut Pearce et al. (2006) dalam Fauzi (2014) menyatakan bahwa secara umum analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama yaitu:

1) Identifikasi barang dan jasa yang akan divaluasi

(24)

2) Konstruksi skenario hipotetik

Pada tahap ini jenis pertanyaan dan skenario yang diajukan akan sangat berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan pada analisis CVM. Terdapat tiga elemen esensial dalam tahap ini, yaitu 1) deskripsi perubahan kebijakan yang akan divaluasi, 2) deskripsi pasar yang akan dikembangkan, dan 3) deskripsi metode pembayaran.

3) Elisitasi nilai moneter

Teknik elisitasi adalah teknik mengekstrak informasi kesanggupan membayar dari responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui format tertentu. Metode elisitasi memerlukan penanganan data tersendiri dan teknik perhitungan WTP yang juga spesifik. Format elisitasi dalam CVM umumnya terdiri dari lima jenis yaitu: 1) Open ended,responden diberikan

kebebasan untuk menyatakan nilai moneter (rupiah yang ingin dibayar) ; 2) Bidding game, responden diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang

apakah mereka ingin membayar sejumlah tertentu. Nilai ini kemudian bisa dinaikkan atau diturunkan tergantung respon atas pertanyaan sebelumnya, pertanyaan akan dihentikan sampai nilai yang tetap diperoleh ; 3) Payment card, nilai lelang diperoleh dengan cara menanyakan apakah responden mau membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui kartu ; 4) Single bounded dichotomous, responden diberi suatu nilai rupiah kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak ; dan 5) Double bounded dichotomous, responden diberikan pertanyaan seperti single bounded namun ditambahkan pertanyaan dikotomi lanjutan yang kondisional terhadap respon sebelumnya. Bila respon positif maka tawaran nilai rupiah dinaikkan, begitu pula bila respon negatif maka tawaran diturunkan.

2.3 Willingness To Pay (WTP)

(25)

10

untuk mendapatkan barang tersebut. WTP merefleksikan kemampuan membayar seseorang. Tingkat kesejahteraan seseorang dapat mempengaruhi keinginannya untuk berkorban (Putri et.al 2010).

Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa pengukuran WTP yang dapat diterima (reasonable) harus memenuhi syarat: 1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif

2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan

3. Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan keacakan perhitungannya.

WTP memiliki beberapa kelemahan dalam pengukuran keinginan membayar. Misalnya, meskipun sebagian barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dapat diukur nilainya karena diperdagangkan, sebagian yang lain seperti keindahan pantai atau laut, kebersihan, dan keaslian alam tidak diperdagangkan sehingga tidak atau sulit diketahui nilainya, karena masyarakat tidak membayar secara langsung. Selain itu, karena masyarakat tidak familier dengan cara pembayaran jasa seperti itu, keinginan membayar mereka juga sulit diketahui. Walaupun demikian, dalam pengukuran nilai sumberdaya alam, nilai tersebut tidak selalu harus diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya, yang diperlukan di sini adalah pengukuran seberapa besar kemampuan membayar masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumberdaya (Fauzi 2010).

2.4 Analisis Logistik

Menurut Rosadi (2011), regresi logistik merupakan salah satu model statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen dengan suatu variabel dependen bertipe kategoris atau kualitatif. Kategori dari variabel dependen dapat terdiri atas dua kemungkinan nilai (dichotomous), seperti ya atau tidak, sukses atau gagal, dan lain-lain, atau lebih dari dua nilai (polychotomous), seperti sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Tujuan utama dari analisis regresi logistik adalah sebagai berikut:

(26)

variabel respon yang menjadi pokok perhatian (diberi nilai kode yang lebih tinggi daripada nonevent).

2. Mengklasifikasikan subjek penelitian berdasarkan ambang (threshold) probabilitas.

Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif, dimana fungsi logit harus ditransformasikan sedemikian rupa agar menjadi bentuk linier, salah satu bentuk transformasinya dikenal dengan transformasi logit.

Li = Ln

= β0+ β1X1+ β2X2+ ... + βjXj

Li dikenal dengan logit, yang merupakan logaritma dari rasio sebelumnya dan linier dalam variabel independen dan parameter. Estimasi parameter dari metode regresi logistik dapat dilakukan dengan metode maximum likelihood estimator (mle), dimana parameter optimal dapat diperoleh dengan metode numerik (Rosadi 2011). Interpretasi model logistik sama seperti model OLS yaitu dengan slope dari parameter. Slope diinterpretasikan sebagai perubahan logit (p) akibat perubahan satu unit peubah bebas. β0 adalah intersep model, βj adalah slope model peubah ke-j, dan Xj adalah peubah penjelas ke-j.

Peubah Pi/(1-Pi) disebut odds, sering juga diistilahkan sebagai risiko atau kemungkinan, yaitu rasio peluang terjadi pilihan-1 terhadap peluang terjadi 0 alternatifnya. Makin besar odds makin besar peluang terjadinya pilihan-1. Jika peluang dari salah satu pilihan bernilai ½ maka nilai odds nya sama dengan satu. Jika peluang pilihan-1 sebesar 0.8 (lebih dari ½) maka nilai odds nya empat (lebih dari satu). Oleh karena itu, nilai odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang menentukan pilihan-1 (Juanda 2009).

(27)

12

2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

Arus laut adalah gerakan horizontal massa air laut yang disebabkan oleh gaya penggerak yang bekerja pada air laut seperti stres angin, gradien tekanan (timbul akibat gradien densitas horizontal, pengaruh angin dan gradien tekanan atmosfer), gelombang laut dan pasang surut atau pasut (Hadi 2011). Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga. Berdasarkan definisi tersebut maka PLTAL merupakan pembangkit listrik yang energi penggerak utamanya bersumber dari tenaga arus laut. Teknologi ini bekerja dengan cara mengkonversi energi kinetik dari arus laut kemudian digunakan sebagai penggerak turbin. Turbin yang berputar akibat tenaga arus laut tersebut akan menggerakan generator untuk mengubah energi rotasi menjadi energi listrik.

2.6 Energi Laut

Energi laut adalah energi yang dapat dihasilkan dari konversi gaya mekanik, gaya potensial serta perbedaan temperatur air laut menjadi energi listrik. Selain energi arus laut (current), terdapat jenis energi laut lainnya yaitu energi gelombang (wave), energi pasang surut (tidal), dan energi panas laut (ocean thermal energy conversion/OTEC).

2.6.1 Gelombang Laut

(28)

Hal yang menarik dari gelombang laut adalah massa air tidak bergerak bersama gelombang. Suatu gelombang membentuk gerakan maju melintasi permukaan air, tetapi di sana sebenarnya hanya terjadi suatu gerakan kecil ke arah depan dari massa itu sendiri. Hal ini akan lebih mudah dimengerti apabila kita melihat sepotong gabus atau benda-benda mengapung lainnya di antara gelombang-gelombang di lautan bebas. Potongan gabus akan tampak timbul dan tenggelam sesuai dengan gerakan berturut-turut dari puncak dan lembah gelombang, dan posisi potongan gabus tersebut kurang lebih berada pada tempat yang sama (Azis 2006).

2.6.2 Pasang Surut Laut

Berada di dekat pantai dalam beberapa waktu lamanya, maka akan terlihat bahwa muka laut akan senantiasa berubah-ubah (naik-turun secara teratur), bahkan dapat dikatakan bahwa muka air laut naik-turun secara periodik. Gejala inilah yang disebut pasang surut laut. Pasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar materi itu berada (Azis 2006).

Energi pasang surut (Tidal Power) adalah energi kinetik dari pemanfaatan beda ketinggian pasang permukaan laut antara saat pasang dan surut. Air laut pasang surut ditampung dalam suatu daerah atau waduk, kemudian air laut tersebut akan dikeluarkan kembali ke laut. Pasang surut air laut masuk dan keluar dilewatkan pada suatu terowongan untuk memutar turbin. Turbin yang telah disambung dengan generator akan menghasilkan listrik (Firdaus 2014)

2.6.3 Panas Laut (OTEC)

(29)

14

amoniak menjadi kecil kembali dan kemudian dialirkan melalui kondensor untuk didinginkan. Air dingin di permukaan laut yang bawah dialirkan melalui kondensor bertujuan untuk mendinginkan uap amoniak sehingga menjadi cairan kembali. Amoniak dialirkan secara paksa menggunakan pompa.

2.7 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang dijadikan referensi untuk mengetahui proses mengolah data dan bentuk interpretasi hasil data. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Penelitian terdahulu yang relevan

Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

Adhitya Permadi

(30)

Beberapa kesamaan yang terdapat dalam penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu bentuk analisis datanya. Pada penelitian Permadi (2011) yang berjudul “Sistem Kelembagaan dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

Cisalamir” salah satu tujuannya adalah 1) untuk mengestimasi besarnya nilai WTP untuk ketersediaan air agar PLTMH Cisalamir dapat berkelanjutan, dan 2) mengidentifikasi kebijakan untuk keberlanjutan pengelolaan PLTMH Cisalamir. Dalam pencapaian tujuan tersebut, penelitian yang dilakukan memiliki kesamaan dalam menggunakan analisis data yaitu analisis WTP dengan metode CVM dan analisis deskriptif kualitatif untuk mengidentifikasi kebijakan. Hal yang menjadi perbedaan dengan penelitian ini adalah metode CVM yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik payment card. Topik bahasan yang dibahas sama-sama mengenai WTP untuk Pembangkit Listrik, namun perbedaannya adalah penelitian tersebut membahas Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro sedangkan penelitian ini membahas mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut.

Penelitian berjudul “Eksternalitas Positif Banjir Kanal Barat Jakarta Sebagai Potensi Wisata Air” yang ditulis oleh Wahyuni (2012) memiliki beberapa tujuan yang diolah menggunakan metode serupa dengan penelitian ini. Terdapat kesamaan jenis tujuan yaitu 1) mengkaji peluang kesediaan membayar masyarakat yang dianalisis menggunakan analisis logit, dan 2) mengestimasi nilai WTP menggunakan metode CVM dengan teknik payment card. Perbedaan antara penelitian tersebut dan penelitian ini terletak pada topik penelitian. Penelitian Wahyuni (2012) mengangkat topik mengenai banjir kanal barat sebagai potensi wisata air, sedangkan penelitian ini bertopik manfaat pembangkit listrik tenaga arus laut.

Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Woro (2012) dengan

judul “Analisis Kepemilikian Sepeda Motor Pada Rumah Tangga di Kabupaten Buleleng Menggunakan Model Regresi Logistik”. Persamaan yang terdapat dalam

(31)

16

menganalisis probabilitas dari masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap kepemilikan sepeda motor pada rumah tangga. Pada penelitian ini, model regresi logistik digunakan untuk menganalisis peluang kesediaan masyarakat dalam membayar biaya pengelolaan PLTAL.

(32)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Meningkatnya perekonomian masyarakat memicu peningkatan kebutuhan energi terutama energi listrik. Ketersediaan listrik dalam kehidupan manusia sudah menjadi kebutuhan primer. Disisi lain, sumber penyediaan pembangkit listrik masih terpaku pada sumberdaya non renewable yaitu fosil, sehingga seiring berjalannya waktu maka sektor energi mulai mengalami penurunan sumber penyediaan energi listrik. Dalam pemenuhan ketersediaan listrik, pembangkit listrik yang masih tergantung pada sumberdaya fosil akan mengeksploitasi sumberdaya alam dan menimbulkan efek negatif bagi lingkungan di sekitarnya.

Seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat, permintaan energi listrik dari berbagai sektor akan terus meningkat. Berdasarkan RUPTL PT.PLN Tahun 2010 hingga 2019, kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 55.000 Mega Watt (MW) sehingga rata-rata peningkatan kebutuhan listrik mencapai 5.500 MW per tahun. PT. PLN akan memenuhi kebutuhan listrik tersebut sebanyak 32.000 MW (57 persen), sedangkan sisanya yakni 23.500 MW akan dipenuhi oleh pengembang listrik swasta (Adhi 2011).

Pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin meningkat akan memerlukan jenis-jenis bahan bakar yang dapat dijadikan sumber pembangkit listrik. Rencana Umum Diversifikasi Energi mencantumkan bahwa terdapat jenis-jenis bahan bakar yang akan digunakan pada pembangkit listrik yaitu BBM, gas, batubara, biofuel, panas bumi, dan Energi Baru Terbarukan (EBT) lain. Jenis EBT lain meliputi biomassa, nuklir, air, surya, angin, Coal Bed Methane (CBM), hidrogen, oil shale, dan biogenic gas (BP-PEN 2006). Hingga tahun 2010 dalam BP-PEN tersebut pemerintah belum mengakomodasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya energi laut dalam tataran kebijakan. Pada tahun 2014 pemerintah mulai memperlihatkan keseriusannya dalam pengembangan energi laut melalui pembuatan Peta Potensi Energi Laut 2014 dan mempersiapkan pilot project pembangkit listrik tenaga laut.

(33)

18

mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi nasional, maka salah satu tujuan pengelolaan energi adalah terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan serta terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup. Selain itu, pada Perpres No.5 Tahun 2006 tentang KEN memiliki empat kebijakan utama yang salah satunya adalah pelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

KEN memiliki sasaran mewujudkan energi (primer) mix atau bauran energi yang optimal pada tahun 2025, salah satu sasarannya adalah mengoptimalkan EBT lainnya menjadi lebih dari 5 persen. Pada UU No.30 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 6 menyebutkan bahwa sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Sesuai dengan UU No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN, hasil atau pendapatan yang diperoleh dari kelompok sumber daya alam diarahkan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah memperkuat pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif yang menjadi jembatan dari energi fosil ke energi yang terbarukan, termasuk di dalamnya tertera energi arus laut.

Pegembangan energi arus laut sebagai energi alternatif yang sedang dikembangkan saat ini adalah PLTAL yang terletak di Selat Nusa Penida. Salah satu perusahaan swasta yang telah melakukan proyek percontohan turbin PLTAL tersebut adalah PT.T-Files Indonesia. Keberadaan PLTAL ini mampu menjadi sumber alternatif pemasok listrik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Selat Nusa Penida khususnya masyarakat Desa Toyopakeh.

(34)
(35)

20

Keterangan :

: Ruang lingkup penelitian : Metode yang digunakan

Gambar 2 Alur pemikiran

Penilaian Ekonomi Manfaat PLTAL

CVM Analisis Deskriptif

Demand energi listrik meningkat

 Sumber supply energi listrik non-renewable menurun

 Pembangkit listrik konvensional tidak ramah lingkungan

 Pembangunan jaringan transmisi dan distribusi sulit

Peraturan yang mendukung:

 RUPTL PT.PLN Tahun 2010-2019

 BP-PEN 2006-2025

 UU No.30 Tahun 2007 tentang Energi

 Perpres No.5 Tahun 2006 tentang KEN

 UU No.17 Tahun 2007 Tentang RPJPN

Pengembangan Energi Alternatif

Rekomendasi Kebijakan pengelolaan PLTAL di Selat Nusa Penida secara optimal dalam upaya pengembangan PLTAL berkelanjutan

Besarnya Wiillingness to pay untuk pengelolaan PLTAL di Nusa Penida Manfaat adanya penerangan

jalan dari PLTAL terhadap masyarakat

(36)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu kawasan sekitar Selat Nusa Penida yaitu Desa Toyopakeh, Kecamatan Nusa Penida, Provinsi Bali. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Selat Nusa Penida merupakan salah satu lokasi yang berpotensi memanfaatkan arus laut sebagai sumber pembangkit lisrik dan PT.T-Files pernah melakukan uji coba pemasangan turbin PLTAL di Selat Nusa Penida. Sedangkan pertimbangan penentuan Desa Toyopakeh karena di sekitar pinggir pantai desa ini telah dipasang lampu yang bersumber dari PLTAL. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2014.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diolah secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengumpulan data primer didapatkan berdasarkan hasil wawancara langsung kepada masyarakat di Desa Toyopakeh. Selain itu, interview secara mendalam juga dilakukan kepada key person yaitu salah satu pihak dari tim PT.T-Files yang mengembangkan PLTAL di Selat Nusa Penida, dan pihak pemerintah seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE). Data sekunder diperoleh dari lembaga desa, PT.T-Files, Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, artikel, internet, dan sumber lainnya yang relevan dengan tujuan penelitian.

4.3 Metode Pengumpulan Data

(37)

22

tertutup kepada masyarakat untuk memperoleh data besarnya biaya yang bersedia dibayarkan untuk biaya pengelolaan PLTAL. Selain itu data sekunder diperoleh dengan teknik dokumen yaitu mengambil data yang telah tersedia baik berupa laporan, dokumen instansi, data dalam internet, dan data lainnya yang mendukung topik penelitian.

4.4 Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel terhadap masyarakat Desa Toyopakeh menggunakan metode non-probability dengan teknik purposive sampling. Kriteria sampel yang digunakan adalah masyarakat Desa Toyopakeh yang sudah merasakan manfaat dari adanya lampu yang bersumber listrik dari PLTAL. Setiap satu sampel mewakili satu kepala rumah tangga. Jumlah sampel responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 41 responden.

4.5 Metode Analisis Data

Jenis analisis data pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Data yang sudah didapatkan akan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan SPSS 16.0. Hasil data yang telah diolah kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik. Tabel 3 di bawah ini merupakan matriks yang menguraikan keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3 Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

(38)

4.5.1 Identifikasi Manfaat PLTAL

Identifikasi manfaat PLTAL ini meliputi ada atau tidak adanya manfaat yang dihasilkan PLTAL. Adanya manfaat diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai manfaat apa saja yang telah dirasakan oleh masyarakat Desa Toyopakeh terhadap penerangan yang dihasilkan oleh PLTAL. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir 2003).

Identifikasi manfaat PLTAL diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu manfaat ekonomi, manfaat sosial budaya, dan kemungkinan dampak lingkungan. Manfaat ekonomi dilihat dari manfaat yang berhubungan dengan mata pencaharian masyarakat. Manfaat sosial budaya dilihat dari manfaat yang dirasakan secara tidak langsung oleh masyarakat seperti perasaan aman, nyaman, dan manfaat lainnya yang tidak berhubungan dengan mata pencaharian. Kemungkinan dampak lingkungan didapatkan berdasarkan hasil perbandingan antara dampak lingkungan PLTAL berdasarkan literatur dengan keberadaan PLTAL di Selat Nusa Penida saat ini.

4.5.2 Nilai WTP Masyarakat Terhadap PLTAL

Nilai WTP masyarakat yang telah didapatkan dari hasil wawancara akan dihitung untuk melihat besarnya peluang kesediaan masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL dan seberapa besar rataan WTP yang dihasilkan.

a. Analisis Peluang Kesediaan Membayar

Metode analisis logistik digunakan untuk melihat peluang kesediaan membayar masyarakat meliputi bersedia atau tidak bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya pengelolaan PLTAL. Bentuk model logistik yang digunakan adalah :

Li = Ln (

(39)

24

dimana:

Li = Peluang masyarakat bersedia (bernilai 1) atau tidak bersedia (bernilai 0) membayar adanya biaya pengelolaan PLTAL.

β0 = Intersep

β1-3 = Koefisien dari regresi

PDPT = Tingkat Pendapatan (Rp/bulan) JT = Jumlah Tanggungan (orang) PDKN = Tingkat Pendidikan (tahun)

Terdapat tiga variabel yang diduga dapat mempengaruhi peluang bersedianya masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL. Variabel tersebut adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan. Sifat hubungan variabel terdiri dari dua jenis yaitu berpengaruh positif dan berpengaruh negatif.

Variabel yang diduga berpengaruh postif adalah tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan. Tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi besarnya peluang kesediaan membayar, semakin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki maka peluang untuk membayar akan semakin besar. Variabel pendidikan juga diduga akan mempengaruhi besarnya peluang membayar, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula peluang kesediaan membayar.

Variabel yang diduga berpengaruh negatif terhadap besarnya peluang kesediaan membayar adalah variabel jumlah tanggungan. Masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih sedikit diduga peluang kesediaan membayarnya akan semakin besar.

b. Estimasi Nilai WTP menggunakan CVM

Besarnya nilai WTP dapat diketahui menggunakan pendekatan CVM. Secara umum analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama yaitu:

1. Identifikasi barang dan jasa

(40)

2. Konstruksi skenario hipotetik

Skenario hipotetik sangat berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan pada analisis CVM. Skenario hipotetik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kondisi lampu jalan sebagai fasilitas penerangan publik di Desa Toyopakeh tidak berfungsi secara maksimal dikarenakan kurangnya ketersediaan pasokan listrik di Pulau Nusa Penida. Keberadaan PLTAL yang dibangun oleh PT.T-Files memberikan 25 titik penerangan jalan di daerah Desa Toyopakeh. Penerangan tersebut menerangi Dermaga Toyopakeh, daerah pemakaman, lokasi penyimpanan rumput laut, dan warung-warung yang berada di tepi pantai. Adanya manfaat penerangan yang dihasilkan PLTAL tersebut diharapkan dapat berlangsung dalam jangka panjang, oleh karena itu diperlukan upaya untuk tetap menjaga keberlangsungan PLTAL. Salah satu upaya tersebut adalah menentukan besarnya biaya pengelolaan PLTAL yang didapatkan menggunakan konsep WTP masyarakat. Besarnya nilai WTP ini dapat dijadikan besarnya iuran per kepala keluarga per bulan untuk biaya pengelolaan PLTAL. Pengelolaan PLTAL dilakukan oleh kelompok masyarakat Desa Toyopakeh.

3. Elisitasi nilai moneter

(41)

26

c. Perhitungan WTP dengan Metode Non-Parametrik

Setelah mendapatkan nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat maka selanjutnya adalah memperkirakan nilai rataan WTP. Menurut Fauzi (2014), perhitungan nilai rata-rata WTP dapat dilakukan dengan pendekatan non-parametrik. Beberapa metode non-parametrik yang cukup dikenal adalah metode Turnbull, Kaplan-Meir-Turnbull (K-M-T), dan Spearmen-Karber (SK).

Pendekatan ini mengandalkan distribusi jawaban “ya” dan “tidak” dari responden

terhadap respons pertanyaan lelang (bid).

Langkah-langkah untuk menggunakan metode Turnbull, Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2014) adalah sebagai berikut:

1. Hitung distribusi Fj menggunakan formula

dimana Fj adalah distribusi responden yang menjawab “tidak”, Nj adalah respon “tidak” untuk nilai lelang j dan Yjadalah respon “ya” untuk nilai lelang j. Total respon adalah Tj = Nj + Yj.

2. Bandingkan nilai Fj dan Fj+1 dimulai dengan nilai lelang terendah

3. Jika Fj+1 > Fj perhitungan rataan WTP dapat dilanjutkan menggunakan formula E(WTP) metode Turnbull.

4. Jika Fj+1 < Fj, gabungkan (pooled) nilai lelang ke j dan j+1 menjadi satu nilai lelang dengan batas bawah dan batas atas lelang adalah (Bj , Bj+1). Kemudian hitung nilai

, dengan kata lain menghilangkan nilai lelang Bj+1 dan menggabungkan dengan nilai lelang Bj.

5. Lanjutkan menghitung WTP menggunakan formula E(WTP) jika distribusi sudah terlihat meningkat secara monotonik (monotonically increasing).

6. Gunakan nilai maksimum distribusi = 1 yang menunjukkan tidak ada responden yang ingin membayar lebih dari nilai lelang maksimum.

(42)

Sementara formula nilai rataan WTP untuk metode Kaplan-Meir-Turnbull:

Perhitungan rataan WTP dengan metode Spearman-Karber (SK) secara prinsip sama dengan metode K-M-T, yakni menggunakan respon jawaban “ya” terhadap bid yang ditawarkan. Formula menghitung WTP dengan metode SK adalah:

Setelah didapatkan dugaan nilai rataan WTP maka pendugaan total WTP dapat dihasilkan. Total WTP adalah dugaan rataan WTP dikalikan dengan jumlah kepala keluarga (KK), rumus total WTP yaitu:

dimana:

TWTP = Total WTP (Rp)

EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp)

4.5.3 Analisis Skema Pengelolaan dan Pengembangan PLTAL Nusa Penida

(43)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pulau Nusa Penida merupakan pulau yang terletak di sebelah tenggara Pulau Bali. Secara geografis pulau tersebut berbatasan dengan Selat Badung di sebelah utara dan barat, Selat Lombok di sebelah timur, dan Samudera Indonesia di sebelah selatan. Terdapat pulau-pulau kecil yang berada di dekat Pulau Nusa Penida yaitu Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Nusa Lembongan. Daerah kepulauan ini adalah bagian dari wilayah Kecamatan Nusa Penida, yang merupakan kecamatan terluas dari tiga kecamatan lainnya di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung, secara administrasi Kecamatan Nusa Penida terdiri dari enam belas desa dan 79 banjar desa dengan 37 desa adat. Empat belas desa dari enam belas desa tersebut berada di Pulau Nusa Penida. Salah satu desa yang terletak di Pulau Nusa Penida adalah Desa Toyopakeh, desa terkecil yang berada di pulau tersebut.

(44)

Desa Toyopakeh yang memiliki luas wilayah 4.7 kilometer persegi merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pariwisata Kabupaten Klungkung. Terdapat cruiser besar yang datang ke perairan Selat Toyopakeh, cruiser itu akan merapat ke pontoon yang bernama Quicksilver dengan membawa turis rata-rata 200 orang perhari. Desa Toyopakeh memiliki delapan artshop yang setiap harinya dikunjungi oleh para turis yang datang menggunakan jukung dari pontoon Quicksilver.

Karakteristik pantai Desa Toyopakeh adalah pantai berpasir yang terdiri dari pasir kasar dan berwarna putih kekuningan tersusun dari rombakan terumbu karang dan pecahan cangkang binatang laut. Bentuk kawasan pantai ini landai dengan sudut antara dua derajat hingga tiga derajat sehingga dimanfaatkan masyarakat sebagai kawasan pemukiman dan budidaya rumput laut. Pemukiman masyarakat sebagian besar dibangun dengan menggunakan batubata berwarna putih dari material dasar dolomit. Hampir di sepanjang perbatasan pantai di daerah Toyopakeh dibangun penahan gelombang setinggi dua meter sejajar dengan garis pantai. Bangunan penahan gelombang dibuat untuk menangkal abrasi serta melindungi kawasan pemukiman dan jalan raya di sepanjang Desa Toyopakeh.

Selat Nusa Penida, selat yang berada di dekat Desa Toyopakeh memiliki karakteristik curam dan dalam. Arus yang berada pada selat tersebut merupakan arus yang kuat sehingga dapat menggerus beragam material yang tumbuh pada dasar laut. Hal tersebut mengakibatkan terumbu karang yang tumbuh di dalam Selat Nusa Penida tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Beberapa jenis terumbu karang yang dapat dikenali adalah Pectinia lactuca, Acropora pulchra, Pseudosiderastrea tayami, dan jenis lainnya.

(45)

30

dan Taman Kanak-Kanak, sarana publik lainnya adalah pasar umum, tempat yang menjadi pusat perdagangan di Desa Toyopakeh. Jumlah rumah makan yang terdapat di Desa Toyopakeh sebanyak sepuluh bangunan, rumah makan tersebut terletak berjajar ditepi pantai. Selain rumah makan, jenis mata pencaharian masyarakat adalah membuka warung, terdapat tiga puluh warung yang tersebar di Desa Toyopakeh.

Sebagai daerah kepulauan kecil, akses utama menuju Pulau Nusa Penida yang berada di sebrang lautan dari daratan Bali yaitu melalui jalur laut. Terdapat beberapa pilihan transportasi laut yang tersedia mulai dari jukung-jukung, speed boat, dan kapal Ferry Roro. Titik keberangkatan dari pulau daratan Bali terdapat di Padang Bai, Tri Buana, Banjar Bias, Kusamba, dan Sanur. Titik pemberhentian di Pulau Nusa Penida pun sebagian besar berpusat di bagian utara dan timur pulau, sedangkan bagian selatan dan barat berbatasan langsung dengan tebing curam dan ombak yang besar. Terdapat enam titik pendaratan di Pulau Nusa Penida yaitu Pelabuhan Nusa Penida, Pelabuhan Buyuk, Pelabuhan Tambak, Pelabuhan Kantor Camat, Toyapakeh, dan Banjar Nyuh.

5.2 PT.T-Files

PT.T-Files Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang desain dan teknologi produksi yang berdiri sejak tahun 2009. Salah satu bidang usahanya adalah membangun pembangkit listrik berbasis kelautan di Indonesia. Visi dari perusahaan ini adalah menjadi perusahaan energi alternatif yang memiliki komitmen penuh untuk menyediakan energi non-konvensional kepada dunia. Terdapat empat misi yang dimiliki PT.T-Files Indonesia untuk mewujudkan visinya. Pertama, membantu pemerintah untuk menyediakan pasokan listrik untuk penggunaan rumah tangga dan industri. Kedua, menunjukkan kepada masyarakat Internasional bahwa Indonesia memiliki partisipasi aktif dalam aplikasi teknologi untuk mengambil manfaat dari keberadaan sumber daya alam. Ketiga, berpartisipasi dalam penelitian energi alternatif di Indonesia. Keempat, mengurangi polusi dari sumber energi fosil.

(46)

memberikan sertifikasi Proven Technology. Pada tahun 2011, tim T-Files menjuarai Mandiri Young Technopreneur yang diadakan oleh Bank Mandiri. Saat ini, Bank Mandiri memberikan dana CSR untuk mengembangkan kembali PLTAL di Pulau Nusa Penida.

Salah satu produk yang dihasilkan PT.T-Files untuk pembangkit listrik berbasis kelautan adalah turbin. Tipe turbin yang digunakan untuk PLTAL di Nusa Penida yaitu turbin Gorlov (Gambar 4). Turbin yang berbahan material fiberglass epoxy ini memiliki efisiensi sebesar 30 persen dengan diameter satu meter dan tinggi 1.2 meter. Hasil energi listrik yang berasal dari energi gerak turbin kemudian akan disalurkan ke generator dengan desain seperti Gambar 5. Tipe generator yang digunakan adalah permanent magnet generator dengan diameter rotor satu meter, panjang dan lebar 1.2 meter. Secara umum, generator adalah alat yang dapat memproduksi arus listrik. Arus listrik yang diproduksi oleh generator tersebut dapat mencapai 20.000 Volt Ampere (VA), namun rata-rata arus listrik yang diproduksi sebesar 10.000 VA.

5.3 Karakteristik Responden

Perolehan data mengenai karakteristik umum responden masyarakat Desa Toyopakeh diperoleh melalui survei langsung berdasarkan hasil wawancara terhadap 41 responden. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Toyopakeh yang telah merasakan manfaat dari keberadaan penerangan PLTAL. Karakteristik sosial ekonomi responden dibedakan berdasarkan jenis kelamin,

(47)

32

usia, lama tinggal, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, akan tetapi perbandingan dengan laki-laki tidak berbeda jauh. Masyarakat dengan jenis kelamin perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 21 orang, sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 20 orang. Jenis kelamin dapat mempengaruhi besarnya nilai WTP yang akan diberikan. Hal tersebut dikarenakan secara umum cara berpikir, perilaku, reaksi dan persepsi antara perempuan dan laki-laki berbeda. Perempuan lebih berpikir panjang dalam mengeluarkan uangnya, sedangkan laki-laki lebih mudah mengeluarkan uangnya jika hal tersebut memang benar-benar dibutuhkan. Sebagian besar responden perempuan tidak bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL, berbanding terbalik dengan responden laki-laki yang sebagian besarnya memilih bid yang lebih tinggi yaitu Rp 20.000.

Responden yang merasakan manfaat dari penerangan PLTAL berkisar antara usia dibawah 20 tahun hingga usia di atas 49 tahun. Responden yang

Gambar 7 Persentase sebaran WTP berdasarkan usia 0% Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

20%

Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

(48)

memiliki usia dibawah 20 tahun bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL dengan pilihan bid sebesar Rp 10.000.

Hampir semua responden di Desa Toyopakeh merupakan penduduk asli dan hanya ada tiga orang saja yang status kependudukannya sebagai pendatang. Hasil persentase lama tinggal selaras dengan persentase umur responden. Sekitar 7 persen responden yang sudah tinggal di Desa Toyopakeh kurang dari 20 tahun, seluruhnya bersedia untuk membayar biaya pengelolaan WTP, besarnya bid yang dipilih yaitu pada rentang Rp 5.000 hingga Rp 10.000. Berbeda dengan responden lainnya yang sudah tinggal di Desa Toyopakeh lebih dari 20 tahun, besarnya bid yang dipilih sangat beragam.

Tingkat pendidikan terakhir menunjukkan tingkat pola pemikiran yang dimiliki responden dalam menanggapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kebersediaan dan besarnya nilai yang diberikan oleh responden untuk membayar pengelolaan PLTAL Nusa Penida. Responden masyarakat Desa Toyopakeh yang mengikuti

12%

Tidak Tamat SD SD SMP SMA S1

Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

Gambar 9 Persentase sebaran WTP berdasarkan tingkat pendidikan 0% Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

(49)

34

masa pendidikan kurang dari enam tahun memiliki persentase tidak bersedia membayar yang lebih tinggi. Responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA seluruhnya bersedia membayar biaya pengelolaan PLTAL, besarnya biaya yang bersedia dibayarkan berada di rentang Rp 10.000 hingga Rp 20.000. Responden dengan tingkat pendidikan S1 lebih bersedia untuk memilih bid tertinggi.

Responden yang tidak memiliki jumlah tanggungan bersedia membayar biaya pengelolaan dengan rentang bid Rp 5.000 hingga Rp 10.000. Responden yang sudah menikah dan memiliki keluarga maka pendapatan yang diperolehnya akan digunakan untuk memenuhi konsumsi dan kebutuhan sehari-sehari anggota keluarga. Jumlah tanggungan pun akan mempengaruhi besarnya nilai yang akan diberikan responden untuk pengelolaan PLTAL. Jumlah tanggungan meliputi keluarga dan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu atap.

Jenis pekerjaan akan berkaitan dengan besarnya kebutuhan listrik terutama penerangan di malam hari. Jenis pekerjaan yang membutuhkan penerangan di

0%

Tidak ada 1-2 orang 3-4 orang >4 orang Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

Gambar 10 Persentase sebaran WTP berdasarkan jumlah tanggungan

5% Tidak bersedia membayar Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 15.000 Rp 20.000

(50)

malam hari maka akan mempengaruhi besarnya nilai kebersediaan untuk membayar pengelolaan PLTAL Nusa Penida. Responden yang merasakan manfaat dari adanya penerangan PLTAL adalah responden yang memiliki pekerjaan sebagai petani rumput laut, anak buah kapal, wirausaha, swasta, petani, dan pekerjaan lainnya. Terdapat beberapa responden yang bekerja sebagai petani rumput laut tidak bersedia membayar, namun beberapa responden lainnya bersedia untuk membayar tawaran bid yang paling tinggi. Responden dengan jenis pekerjaan ABK lebih memilih untuk bersedia membayar, begitupun dengan responden yang bekerja di swasta. Responden wirausaha sebagian besar bersedia untuk membayar, sedangkan yang tidak bersedia membayar adalah responden yang membuka usahanya jauh dari sumber penerangan PLTAL.

Tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap besarnya WTP yang akan diberikan. Semakin besar pendapatan yang didapatkan maka kemungkinan untuk memberikan nilai WTP pun akan lebih besar. Responden yang memiliki tingkat pendapatan dibawah Rp 500.000 perbulan lebih banyak untuk tidak bersedia membayar. Responden dengan pendapatan Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 perbulan lebih banyak untuk bersedia membayar. Responden yang memiliki pendapatan lebih tinggi seluruhnya bersedia untuk membayar biaya pengelolaan PLTAL. Pada selang pendapatan Rp 1.000.000 hingga Rp 1.500.000 perbulan besarnya bid yang dipilih beragam yaitu antara Rp 5.000 hingga Rp 20.000, sedangkan responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 1.500.000 perbulan memilih bid tertinggi.

(51)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Manfaat PLTAL Bagi Masyarakat Desa Toyopakeh

Nusa Penida adalah sebuah pulau yang terpisah di sebelah tenggara Pulau Bali. Pulau Nusa Penida memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Hindu, namun terdapat sebuah desa dimana mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu Desa Toyopakeh. Aktivitas masyarakat menjadi keunikan tersendiri dalam menghidupkan suasana pesisir pantai. Pemuda-pemuda yang bekerja di bidang wisata memperlihatkan bentuk koordinasi yang unik dalam melaksanakan pekerjaannya. Koordinasi tersebut dilakukan dengan cara menggerakan tangan yang menunjukkan sebuah kode informasi tugas dari jarak jauh. Selain itu, lalu lalang kapal di Selat Badung menjadi pemandangan rutin aktivitas wisatawan yang berkunjung sejak matahari terbit hingga matahari tepat di atas kepala. Suasana pantai pun dihidupkan oleh keberadaan warung-warung makan yang berjajar di sepanjang tepi pantai. Warung-warung makan tesebut dikunjungi oleh warga sekitar yang hanya sekedar ingin membeli makan bahkan para pendatang maupun turis yang ingin menikmati masakan daerah sambil duduk di tepi pantai. Kehidupan tersebut terjadi hingga matahari tenggelam diikuti dengan sibuknya para nelayan yang melabuhkan kapalnya di atas pasir putih.

(52)

laut tersebut dapat berhenti ketika senja mulai terbenam di ufuk barat, sehingga suasana malam hari di wilayah pinggir pantai menjadi sunyi dan gelap gulita.

Saat ini masalah kegelapan dan kesunyian mulai teratasi. Deburan suara ombak, suara hewan nocturnal, dan titik-titik sinar di sepanjang tepi pantai sudah dapat menyambut penumpang speed boat dan jukung yang datang dari arah Pulau Bali di malam hari. Titik-titik sinar sebanyak 25 titik disepanjang tepi pantai tersebut berasal dari instalasi sederhana yang dipasang di pinggir tembok Dermaga Toyopakeh. Instalasi dengan kontruksi rangka besi berwarna jingga memiliki bagian yang masuk ke bawah permukaan laut dimana di bawahnya terdapat turbin berdiameter satu meter. Turbin akan berputar apabila terdapat dorongan dari arus laut. Perputaran tersebut akan menggerakkan pipa besi yang terhubung pada generator yang terletak di atas permukaan laut. Instalasi sederhana itu merupakan PLTAL. Listrik yang dihasilkan dari PLTAL tersebut sebesar 10 kW dan mampu memberikan penerangan di sepanjang satu kilometer pantai Desa Toyopakeh. Terdapat sepuluh lampu jalan yang terpasang dekat pemukiman warga dan lima belas lampu jalan di sekitar Dermaga Toyopakeh. Keberadaan PLTAL telah memberikan penerangan yang bermanfaat bagi masyarakat berupa manfaat ekonomi dan manfaat sosial budaya.

6.1.1 Manfaat Ekonomi

Manfaat ekonomi merupakan bentuk eksternalitas positif yang dirasakan oleh masyarakat Desa Toyopakeh akibat dibangunnya PLTAL yang menjadi sumber arus listrik untuk penerangan jalan dan ruang publik. Manfaat ekonomi PLTAL adalah manfaat yang berhubungan dengan mata pencaharian masyarakat. Manfaat ekonomi dirasakan oleh petani rumput laut, pemilik warung, dan pemilik kapal. PLTAL telah menghidupkan fungsi dari keberadaan penerangan lampu jalan yaitu meningkatkan kegiatan pada malam hari di sektor ekonomi.

Tabel 4 Manfaat ekonomi

No Jenis Manfaat Ekonomi Penerima Manfaat

1 Mempermudah jukung dan speed boat bersandar di malam hari - nelayan - awak kapal 2 Meningkatkan efektivitas kerja pengikatan rumput laut - petani rumput laut 3 Mempermudah monitoring kapal yang sedang bersandar - nelayan

(53)

38

Toyopakeh, salah satu titik pemberhentian dalam aktivitas penyebrangan yang berangkat dari Pulau Bali menuju Pulau Nusa Penida. Pekerjaan dalam penyediaan transportasi penyebrangan laut ini menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Toyopakeh. Manfaat penerangan dari PLTAL dirasakan oleh awak-awak kapal saat kapalnya masih berlayar di malam hari. Lampu-lampu yang berjajar sepanjang satu kilometer tersebut membantu awak kapal menandai lokasi untuk melabuhi kapalnya. Sebelum 25 lampu PLTAL terpasang, jadwal berlabuhnya kapal di Desa Toyopakeh yaitu pagi, siang dan sore, apabila terjadi keterlambatan keberangkatan kapal dari Pulau Bali maka kapal penyebrangan tersebut enggan untuk berlabuh di Toyopakeh saat malam.

Selain tempat pemberhentian penyebrangan, Desa Toyopakeh adalah salah satu daerah penghasil rumput laut di Pulau Nusa Penida. Penjemuran rumput laut masih dilakukan secara tradisional. Rumput laut dijemur kurang lebih selama dua hari dengan dialasi terpal yang dibentangkan di atas pasir pantai. Gambar penjemuran rumput laut dapat dilihat di Lampiran 5. Terdapat dua jenis rumput laut yang dihasilkan yaitu jenis Eucheuma cottonii dikenal warga dengan sebutan bulung gondrong dan jenis Eucheuma spinosum atau biasa disebut bulung biasa.

Para petani rumput laut biasanya melakukan pemanenan dan penanaman rumput laut saat kondisi laut surut, namun ada kalanya air laut surut pada saat malam hari. Disisi lain, para petani rumput laut kerap menghentikan aktivitasnya ketika malam datang. Hal tersebut mengakibatkan adanya penundaan aktivitas pekerjaan yang dialami oleh para petani rumput laut. Lokasi pengumpulan rumput laut berada di sekitar Dermaga Toyopakeh. Lampu penerangan jalan yang telah terpasang disekitar dermaga tersebut membantu para petani dalam meningkatkan efektivitas kerjanya yaitu melakukan pengikatan bibit rumput laut di malam hari. Bibit rumput laut diikat dengan tali rapia pada tali ris yang membentang sepanjang 30 meter per ris, jarak antara bibit yang diikatkan pada tali ris sekitar 25 cm, setelah semua ris terisi oleh bibit rumput laut selanjutnya akan dipasang di pantai pada keesokan paginya.

(54)

mereka dalam memonitoring keberadaan jukungnya yang sedang bersandar di pinggir pantai saat malam hari, terutama saat laut sedang pasang. Selain itu, para nelayan yang datang melaut pada malam hari mengakui adanya manfaat yang dirasakan dari keberadaan lampu PLTAL tersebut yaitu mempermudah nelayan untuk membongkar barang dari kapal saat malam hari.

Mata pencaharian masyarakat Desa Toyopakeh selain kegiatan melaut adalah wirausaha. Salah satu jenis wirausaha yang dilakukan masyarakat yaitu membuka warung makan di tepi pantai. Warung tersebut akan tutup sebelum malam mulai larut. Adanya penerangan pinggir pantai di malam hari membuat masyarakat senang berkumpul bersama di tepi pantai lebih lama. Hal tersebut dimanfaatkan oleh para wirausaha untuk membuka warungnya lebih lama. Manfaat ekonomi dari adanya penerangan bukan hanya dirasakan pemilik warung, berkumpulnya para pemuda di tepi pantai menghasilkan manfaat lain yaitu manfaat sosial budaya.

6.1.2 Manfaat Sosial Budaya

Manfaat sosial budaya muncul dari adanya perubahan berdasarkan perasaan yang dirasakan masyarakat berupa rasa aman, keselamatan, peningkatan aktivitas sosial dan ritual keagamaan. Hal tersebut merupakan bentuk eksternalitas positif yang dihasilkan secara tidak langsung oleh penerangan lampu jalan yang bersumber dari PLTAL. Manfaat sosial budaya dirasakan para pemuda, warga yang senang memancing, dan warga yang ingin melaksanakan ritual agama di malam hari.

Tabel 5 Manfaat sosial budaya

No Jenis Manfaat Sosial Budaya Penerima Manfaat

1 Aktivitas sosial di malam hari - pemuda - masyarakat

2 Memudahkan aktivitas memancing - masyarakat yang hobi memancing

3 Pembuangan abu jenazah - masyarakat Hindu

(55)

40

dilakukan oleh pemuda diharapkan membawa manfaat positif agar terbentuk kader-kader masyarakat yang dapat membangun daerahnya.

Aktivitas lain yang senang dilakukan oleh beberapa masyarakat pada malam hari adalah memancing disekitar Dermaga Toyopakeh. Pencarian ikan dilakukan saat air laut sedang surut sehingga para pemancing dapat mengintip kesela-sela karang dimana ikan bersembunyi. Lampu PLTAL disekitar dermaga mempermudah pemancing untuk melihat ikan yang sedang bersembunyi. Penerangan yang biasa digunakan sebelum lampu PLTAL terpasang yaitu menggunakan senter atau petromax.

Desa Toyopakeh merupakan desa dengan mayoritas penduduknya menganut agama Islam, namun desa-desa lain di Pulau Nusa Penida memiliki mayoritas penduduk yang beragama Hindu. Masyarakat Hindu memiliki tradisi dalam menjalankan ritual keagamaannya, salah satu ritual yang banyak dikenal oleh kalangan wisatawan yaitu prosesi pembakaran jenazah, Ngaben. Upacara Ngaben dilakukan dengan meletakkan jenazah ke tempat pembakaran jenazah kemudian dibakar hingga menjadi abu, abu tersebut akan disimpan sementara atau langsung dibuang ke laut oleh keluarga jenazah. Dermaga Toyopakeh menjadi tempat lokasi pembuangan abu oleh masyarakat umat Hindu yang tinggal disekitar dermaga tersebut. Keberadaan lampu dermaga meningkatkan keberanian beberapa warga yang ingin membuang abu jenazah keluarganya di malam hari.

6.1.3 Dampak Lingkungan

Gambar

Gambar 1  Kapasitas terpasang pembangkit listrik menurut jenis energi
Tabel 2  Penelitian terdahulu yang relevan
Gambar 2  Alur pemikiran
Tabel 3  Matriks metode analisis data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tesis : Analisis Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Secara Pra-Upaya Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Kabupaten Lombok Barat.. Nama :

4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesediaan Masyarakat di WP Cibeunying Untuk Membayar Biaya Pengelolaan Sampah.... BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa dari 15 responden, terdapat 5 orang masyarakat yang bersedia untuk membayar lebih sebagai