• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Willingness To Pay Masyarakat dan Formulasi Strategi Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Willingness To Pay Masyarakat dan Formulasi Strategi Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT DAN FORMULASI STRATEGI RUANG TERBUKA HIJAU

TAMAN KOTA WADUK PLUIT JAKARTA UTARA

DHANA PUTRAKUSUMA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Willingness To Pay Masyarakat dan Formulasi Strategi Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Dhana Putrakusuma

(4)

ABSTRAK

DHANA PUTRAKUSUMA. Estimasi Willingness To Pay Masyarakat dan Formulasi Strategi Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI

Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sangat penting bagi keseimbangan lingkungan. Proporsi RTH yang terus menurun di Jakarta dapat menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Nilai ekonomi RTH yang tidak diketahui menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah RTH, maka perlu dilakukan penelitian mengenai nilai ekonomi dan formulasi strategi RTH. RTH pada penelitian ini adalah RTH Taman Kota Waduk Pluit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan estimasi nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan pendekatan Willingness to Pay dan memformulasikan strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan menggunakan analisis SWOT dan QSPM. Berdasarkan valuasi ekonomi dengan Willingness to Pay, diperoleh nilai ekonomi Taman Kota Waduk Pluit adalah sebesar Rp 38.142.348.387/15 tahun atau sama dengan Rp 2.542.823.226/tahun. Analisis SWOT dan QSPM menghasilkan formulasi strategi terpilih untuk mengembangkan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Kata kunci: QSPM, Ruang Terbuka Hijau, SWOT, Valuasi Ekonomi, Willingness

to Pay

ABSTRACT

DHANA PUTRAKUSUMA. The Willingness To Pay Estimation Of Community and Strategy Formulation of Pulit Reservoir City Park Green Open Space in North Jakarta. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI

The existences of Green Open Spaces are very important for environmental balance. Declining proportion of Green Open Spaces in Jakarta could set several environmental issues. The unkwon Green Open Spaces’ economic value could be one of the reasons why Green Open Spaces were declining, so economic valuation and strategies formulation researches are necessary to be done. The Green Open Spaces in this research is specified to Pluit Reservoir City Park. The main purposes of this paper are valuating the Pluit Reservoir City Park economic value with Willingness to Pay approach and formulating strategies of Pluit Reservoir City Park with SWOT and QSPM methods. According to the economic valuation with Willingness to Pay approach, the economic value of Pluit Reservoir City Park is IDR 38,142,348,387/15 years or equal to IDR 2,542,823,226/year. The SWOT and QSPM analysis formulated strategy to develop Green Open Space on the Pluit Reservoir City Park.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ESTIMASI WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT DAN

FORMULASI STRATEGI RUANG TERBUKA HIJAU TAMAN KOTA WADUK PLUIT

JAKARTA UTARA

DHANA PUTRAKUSUMA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini adalah tentang Ruang Terbuka Hijau di Jakarta yang berjudul Estimasi

Willingness to Pay Masyarakat dan Formulasi Strategi Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Skripsi ini dilatar belakangi oleh pergerakan perbaikan lingkungan yang dilakukan oleh berbagai pihak di Jakarta khususnya pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai secara moneter dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit dan bagaimana formulasi strategi yang tepat dalam mengimplementasikan RTH tersebut. Masyarakat merasakan eksternalitas positif atas keberadaan dari RTH Taman Kota Waduk Pluit sehingga perlu dilakukan analisis Willingness to Pay (WTP) dengan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method

(CVM) untuk mengetahui nilai dari RTH tersebut berdasarkan preferensi masyarakat serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besar keinginan membayar dari masyarakat di sekitar RTH. Pengembangan strategi-strategi juga diperlukan agar RTH tersebut dapat lebih optimal pemanfaatannya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada: Ayah (Dr Ir Hermanto, MS), Ibu (Karyani) dan Kakak (Dian Kusumaningrum, S.Si, M.Si) yang telah banyak memberi semangat, kasih sayang, saran, dan limpahan doa yang tak pernah putus; Ibu Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi ilmu, bimbingan, dan arahan dalam penelitian ini; Bapak Ir Nindyantoro, M.Sp selaku dosen penguji utama dan Bapak Benny Osta N., S.Pi, M.Si selaku Dosen penguji Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah memberi banyak masukan yang membangun. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Purnomo selaku vice project manager Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara, Ibu Mila Ananda selaku Kepala Seksi Bagian Pertamanan dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta, Bapak Depika Romadi, S.STP, MAP selaku Wakil Lurah Kelurahan Pluit Jakarta Utara, Bapak Drs. Syamsul Arfan Akilie, MSi selaku Ketua Badan Pengawas PD. Pasar Jaya DKI Jakarta dan Pegawai Kelurahan Penjaringanyang telah membantu selama penelitian dan pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada para sahabat (Jaza, Fauzan, Ridwan, Riza, Atika, Puteri, Yuri, Reza, Kasirotur, Sheanie, Irdianti), teman-teman satu bimbingan (Amal, Chadefi, Sheanie, Andreas, Nadya, Dessy, Ayu, Frisca) dan semua teman-teman ESL 47 atas segala doa, dukungan, bantuan dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau ... 10

2.2 Pendekatan Valuasi Ekonomi dan Formulasi Strategi RTH ... 12

2.3 Pengertian Willingness to Pay (WTP) ... 13

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 14

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

IV METODE PENELITIAN... 28

4.1 Lokasi dan Waktu ... 28

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 29

4.4 Analisis Dampak Positif RTH Taman Kota Waduk Pluit ... 30

4.5 Tahapan dalam Penerapan Analisis WTP ... 31

4.6 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP ... 34

4.7 Pengujian Parameter... 37

4.8 Analisis SWOT dan QSPM ... 38

V GAMBARAN UMUM ... 45

5.1 Gambaran Umum Lokasi ... 45

5.2 Gambaran Umum RTH ... 46

5.3 Gambaran Umum Responden ... 49

5.4 Gambaran Pengetahuan Lingkungan Responden... 53

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

6.1 Analisis Dampak Positif Taman Kota Waduk Pluit ... 55

6.2 Pemanfaatan Taman Kota Waduk Pluit ... 57

6.3 Estimasi Nilai Ekonomi Taman Kota Waduk Pluit ... 60

6.4 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP ... 62

6.5 Analisis Ketidaksediaan Memberi WTP Taman Kota Waduk Pluit ... 65

6.6 Pengujian Parameter... 66

6.7 Analisis Lingkungan Internal-Eksternal Taman Kota Waduk Pluit ... 67

6.8 Analisis SWOT Taman Kota Waduk Pluit ... 73

6.9 Analisis Pengambilan Strategi dengan QSPM ... 74

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

(12)

7.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 85

RIWAYAT HIDUP ... 92

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1 Rekapitulasi data luas RTH di Jakarta tahun 2013 ... 3

2 Perbandingan penelitian terdahulu yang relevan ... 17

3 Matriks metode analisis data ... 30

4 Indikator variabel WTP ... 36

5 Contoh matriks pembobotan IFE ... 39

6 Contoh matriks pembobotan EFE ... 39

7 Gambaran matriks IFE RTH Taman Kota Waduk Pluit ... 40

8 Gambaran matriks EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit ... 41

9 Gambaran matriks SWOT RTH Taman Kota Waduk Pluit ... 42

10 Contoh matriks QSPM ... 43

11 Luas wilayah menurut peruntukan tanah Kelurahan Pluit ... 45

12 Luas wilayah menurut peruntukan tanah Kelurahan Penjaringan ... 46

13 Penilaian masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan Pluit ... 57

14 Distribusi WTP responden terhadap RTH Taman Kota Waduk Pluit ... 61

15 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit ... 63

16 Nilai IFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh PT. Jakarta Propertindo ... 70

17 Nilai EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta ... 71

18 Nilai EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit oleh Kelurahan Pluit... 73

19 Matriks SWOT RTH Taman Kota Waduk Pluit ... 74

20 Penilaian QSPM RTH Taman Kota Waduk Pluit ... 75

21 Peringkat Strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit ... 76

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1 Diagram kerangka pemikiran operasional ………..27

2 Lokasi penelitian……... ...….………..28

3 Lokasi pengambilan sampel... ..……….28

4 Contoh grafik WTP………... …….32 5 Gambaran peta strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit….………...………44

6 Suasana Taman Kota Waduk Pluit ……….47

(13)

8 Sebaran jarak tempat tinggal dari Taman Kota Waduk Pluit….………50

9 Sebaran usia responden... ……….51

10 Sebaran tingkat pendidikan responden…... ….………51

11 Sebaran pekerjaan responden………... ...………52

12 Sebaran pendapatan per kapita responden………..53

13 Presentase pengetahuan jasa lingkungan responden...………54

14 (a) Pengetahuan fungsi RTH responden.………..……….. 54

(b) Preferensi kepentingan RTH responden…. ………….………...54

15 Presentase kunjungan ke Taman Kota Waduk Pluit ……….57

16 Presentase intensitas kunjungan ke Taman Kota Waduk Pluit….... ...………58

17 Presentase jenis pemanfaatan Taman Kota Waduk Pluit…... ……….59

18 Dugaan Kurva WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit ………....61

19 Pendidikan responden yang tidak bersedia memberikan WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit………65

20 Alasan responden yang tidak bersedia memberikan WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit. ………...………….…….66

21 Grafik Scatterplot WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit…..……… ...67

22 Peta strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit... ………...79

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1 Hasil ANOVA Fungsi WTP RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan Minitab 14 Portable… ………...………..………..…..…...86

2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov WTP Taman Kota Waduk Pluit ………...87

3 Tabel Pembobotan IFE dan EFE RTH Taman Kota Waduk Pluit…….…….88

(14)
(15)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu kota besar terutama ibukota tidak dapat terlepas dari berbagai macam permasalahan, mulai dari masalah sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. Pemerintah tingkat pusat hingga pemerintah daerah sudah mencoba berbagai macam upaya dalam menangani permasalahan-permasalahan yang berada di ibukota. Masyarakat dan organisasi-organisasi juga turut serta dalam melakukan berbagai macam gerakan dan kegiatan untuk membantu pemerintah dalam menangani permasalahan yang menjerat ibukota. Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan salah satu kota besar yang padat penduduk dengan jumlah penduduk mencapai 9.991.778 jiwa sampai tahun 2012 (Bidang Neraca dan Analisis 2013) dan selalu dipenuhi oleh berbagai macam kesibukan dari kegiatan masyarakat yang tinggal di sana yang tentu mengakibatkan berbagai masalah sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Penelitian ini akan difokuskan pada permasalahan lingkungan di Jakarta.

(16)

dijadikan lahan terbuka hijau, dan melakukan pembebasan SPBU yang menempati areal jalur hijau.

Pada suatu kota, keberadaan pepohonan dan tumbuhan biasanya ditempatkan pada suatu kawasan tertentu yang dikenal dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penggalakan program pembangunan RTH disebabkan oleh kebutuhan masyarakat Jakarta akan kualitas lingkungan yang lebih bersih, sehat dan nyaman untuk dihuni. Keberadaan pepohonan dan tumbuhan merupakan suatu hal yang sangat penting karena selain dapat menghasilkan oksigen sebagai kebutuhan utama kehidupan setiap makhluk hidup, pepohonan dan tumbuhan juga dapat menjadi penyaring udara dari berbagai macam polusi, menyimpan cadangan air dan memberikan perasaan yang nyaman. RTH dapat berupa ruang yang berkelompok atau memanjang yang di atasnya tumbuh tanaman baik secara liar maupun sengaja ditanam yang dapat menjadikan suatu kota nyaman dan sehat (Dwihatmojo 2013). RTH juga memberikan tiga fungsi utama bagi masyarakat dan lingkungan yaitu pelayanan fasilitas umum, konservasi, dan budidaya pertanian (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2009). Oleh karena itu keberadaan RTH di suatu kota merupakan suatu hal yang sagat penting, terutama di kota-kota besar yang penuh dengan aktivitas masyarakatnya yang tinggi dan penuh akan polusi.

(17)

Untuk mengetahui jumlah RTH di Jakarta, tabel berikut mencantumkan rekapitulasi data luas RTH pada tahun 2013.

Tabel 1 Rekapitulasi data luas RTH di Jakarta tahun 2013

Tahun

Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (2014)

(18)

pembangunan RTH, Pemerintah Provinsi DKI juga menggiatkan gerakan kampung hijau (BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2014).

Gerakan kampung hijau yang ramah lingkungan perlu digalakkan karena mulai berkurangnya lahan akibat bertambahnya pemukiman serta tidak tertanganinya sampah di lingkungan pemukiman. Dalam rangka mengurangi permasalahan tersebut, warga kota dengan kesadaran masing-masing mulai mendaur ulang sampah rumah tangga di lingkungan sekitar tempat tinggal dengan menjadikan kompos dan berbagai barang berguna lainnya. Warga Jakarta juga mulai dibiasakan sadar dan peduli dalam menjaga kebersihan, membuat sumur resapan air, mengolah limbah, dan membuat tempat bermain. Gerakan kampung hijau juga bisa membantu pemerintah DKI Jakarta untuk mencapai target RTH sebesar 30% dari luas kota pada tahun 2030 (BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2014).

Pemerintah DKI Jakarta pun memiliki program untuk melestarikan wilayah penyangga yang memiliki peran besar untuk meredam energi gelombang laut, untuk itu keberadaannya perlu dilestarikan sehingga dapat mengurangi dampak banjir rob yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Ada pun yang termasuk wilayah penyangga adalah pantai dan rawa, terutama kawasan mangrove seperti pemulihan Sabuk Hijau Pantai atau green belt yang dilaksanakan di wilayah Pantai Indah Kapuk melalui kerja sama dengan pihak swasta. Melaksanakan dan meningkatkan program pembuatan sumur biopori, membuat sumur resapan, Adiwiyata (Green School), Jakarta Green and Clean, penerapan green building

yang saat ini sudah dilaksanakan dan terus dikembangkan di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan untuk program jangka panjang akan dilaksanakan relokasi pemukiman di sepanjang bantaran kali Ciliwung, dimana warga pemukiman tersebut akan ditempatkan di perumahan Rusunami, agar dapat hidup lebih layak dan mendapatkan pelayanan sanitasi yang lebih baik (BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2014).

(19)

karang taruna, organisasi kepemudaan, kalangan agama, dan tim penggerak PKK terus dilakukan. Masyarakat dilibatkan dalam pelestarian alam dan lingkungan serta mendorong pembangunan hulu-hilir berdasarkan kesatuan ekosistem. Sosialisasi tentang bahaya pemakaian bensin bertimbal baik terhadap siswa, mahasiswa dan pengguna kendaraan bermoto serta mengkampanyekan penghapusan bensin bertimbal juga dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta.

Kegiatan ”Stop Nyampah” dilaksanakan di semua wilayah DKI Jakarta, yang

pelaksanaannya dilakukan bersama masyarakat dengan melakukan penyuluhan kepada warga di bantaran kali agar tidak menjadikan kali sebagai tempat pembuangan sampah (BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2014).

Jakarta Utara merupakan salah satu Kotamadya di Jakarta yang memiliki penduduk sebanyak 1.462.054 jiwa pada tahun 2009 dan diprediksi jumlahnya akan menjadi 2.032.688 jiwa pada 2015 (BPS 2010) tentu memiliki berbagai macam masalah khususnya masalah lingkungan. Salah satu wilayah di Jakarta Utara yang perlu dibangun RTH adalah kawasan Waduk Pluit yang terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan. Kawasan tersebut dahulu merupakan hutan kota, lalu dijadikan perumahan kumuh ilegal oleh oknum-oknum tertentu yang akhirnya kerap menimbulkan sampah, polusi udara berupa bau yang tidak sedap, dan berbagai macam permasalahan lingkungan lainnya. Wilayah Pluit juga merupakan wilayah yang cukup panas dan kering dimana jarang dijumpai pepohonan dan tumbuhan di pinggiran jalan ditambah lagi daerah terebut merupakan dataran rendah yang minim daerah resapan air sehingga sering terjadi banjir.

Pembuatan RTH di Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari lagi, pemerintah memutuskan untuk membangun taman hidup atau RTH dengan lahan seluas kurang lebih 6 Ha di kawasan Taman Kota Waduk Pluit yang dilakukan oleh PT. Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pihak yang diberi tanggung jawab oleh Gubernur DKI Jakarta. RTH ini nantinya tidak hanya akan dijadikan daerah resapan air dan paru-paru kota saja, melainkan akan dijadikan tempat pusat penyemaian bibit pohon dan

(20)

maja, johar, anyang-anyang, mindi, dan biola cantik. Selain untuk kepentingan lingkungan, RTH Taman Kota Waduk Pluit juga akan dijadikan taman edukasi dimana nanti di tiap pohon akan diberikan label untuk mencantumkan nama pohon tersebut. Di samping untuk menopang berbagai atribut ekologis, di sana juga akan dijadikan tempat untuk jogging, panggung terbuka, pementasan seni dan beranekaragam kegiatan lainnya untuk melakukan interaksi sosial masyarakat khususnya warga sekitar kawasan Pluit1.

Taman Kota Waduk Pluit diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dari berbagai masalah lingkungan yang terjadi di daerah tersebut. Namun apabila masyarakat tidak tahu akan nilai dari RTH tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa RTH Taman Kota Waduk Pluit tidak akan dapat bertahan dan lestari seperti yang diharapkan, dan tidak menutup kemungkinan wilayah tersebut akan kembali kumuh seperti sebelumnya. Oleh sebab itu, dibutuhkan valuasi nilai ekonomi dari RTH Taman Kota Waduk Pluit. Valuasi nilai ekonomi dengan menggunakan pendekatan Willingness to Pay warga yang tinggal di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar preferensi dan kepedulian lingkungan warga terhadap RTH tersebut yang dapat menjadi tolak ukur seberapa penting keberadaan RTH tersebut bagi masyarakat dan formulasi strategi implementasi juga perlu untuk dilakukan dalam rangka menentukan strategi apa yang dapat diterapkan agar RTH tersebut dapat lestari dan berkembang. Dengan mengetahui nilai ekonomi dan formulasi strategi implementasi dari RTH Taman Kota Waduk Pluit diharapkan keberadaannya dapat lebih dihargai dan dapat menjadi dorongan untuk melakukan pemeliharaan RTH. Lebih jauhnya lagi dapat menjadi titik awal untuk pengembangan RTH lain di Jakarta.

1.2 Perumusan Masalah

Kebutuhan masyarakat akan lingkungan yang nyaman, sehat, indah, kualitas udara yang bersih, dan kebutuhan ruang untuk bersosialisasi yang ideal bagi masyarakat di Jakarta tidak dapat ditawar lagi. Namun di lain sisi, kegiatan

1

(21)

perekonomian dan kegiatan harian lain di Jakarta justru mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Dengan jumlah penduduk yang besar tentu menimbulkan persaingan kebutuhan lahan antara kebutuhan penggunaan non-RTH seperti perumahan, apartemen, pengembangan business area, dan infrastruktur lainnya untuk menunjang kehidupan perkotaan dengan kebutuhan RTH. Semakin berkurangnya jumlah RTH akibat penggunaan lahan untuk kepentingan lain membuat keberadaan RTH tidak sesuai dengan penetapan UU Nomor 26 Pasal 29 Bulir 3 dan Bulir 4 tentang pengadaan Ruang Terbuka Hijau minimal 20% hingga 30% dari luas lahan suatu kota.

Selain diakibatkan tingginya jumlah penduduk, minimnya ketersediaan dari paru-paru kota dan daerah resapan air untuk menjaga kualitas lingkungan juga dapat diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat dan pemerintah serta pihak-pihak yang bersangkutan dalam penentuan tata kota tentang nilai ekonomi dari RTH, sehingga mengakibatkan kurangnya prioritas mengenai keberadaan RTH. Selain itu, kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya keberadaan RTH yang masih rendah juga dapat mengakibatkan ketidak pedulian masyarakat untuk menjaga, merawat, dan mempertahankan keberadaan RTH yang sudah ada.

Berdasarkan uraian masalah di atas maka pertanyaan penelitiannya adalah: 1. Apakah RTH Taman Kota Waduk Pluit dapat memberikan dampak positif bagi

masyarakat?

2. Berapa nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit berdasarkan preferensi masyarakat sekitar?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya Willingness to Pay

masyarakat di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit?

4. Bagaimana formulasi strategi implementasi yang tepat dari RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

(22)

Taman Kota Waduk Pluit dengan menggunakan WTP dan memformulasikan strategi implementasi perlunya RTH Taman Kota Waduk Pluit. Sedangkan tujuan secara spesifik dilakukannya penelitian ini telah ditetapkan sebagai berikut:

1. Menganalisis dampak positif yang dirasakan masyarakat dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit.

2. Mengestimasi nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit berdasarkan preferensi masyarakat sekitar dengan menggunakan nilai Willingness to Pay

(WTP).

3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya

Willingness to Pay masyarakat disekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit.

4. Menganalisis formulasi strategi implementasi yang tepat dari RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain:

1. Bagi Pemerintah Provinsi Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara: dapat dijadikan bahan kajian dalam menentukan nilai ekonomi dan formulasi strategi implementasi RTH sehingga dapat melakukan alokasi lahan yang lebih baik lagi dan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Selain itu juga dapat meningkatkan kepedulian pemerintah terkait dalam melakukan pengembangan, perawatan, dan pelestarian RTH.

2. Bagi Masyarakat di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit: dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai pentingnya keberadaan dari RTH Taman Waduk Pluit. Selain itu, dapat meningkatkan kepedulian masyarakat dalam melakukan pemanfaatan, perawatan dan pelestarian RTH. 3. Bagi Mahasiswa: penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana

(23)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dan batasan-batasan dalam penelitian diperlukan untuk menjaga agar penelitian tetap fokus pada obyek yang diteliti dan mempermudah pelaksanaan penelitian. Ada pun ruang lingkup dan batasan-batasan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Wilayah penelitian dilakukan pada Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. RTH merupakan Taman Kota Waduk Pluit yang berada di Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan, Jakarat Utara.

2. Obyek penelitian adalah warga yang tinggal dan menetap di daerah Kelurahan Pluit dan Kelurahan Penjaringan RW 19 Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara yang mengetahui dan/atau merasakan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Selain warga yang tinggal di sekitar RTH, pengelola RTH juga dijadikan objek penelitian sebagai pihak internal dan instansi-instansi pemerintah terkait dengan RTH Taman Kota Waduk Pluit sebagai objek penelitian dari pihak eksternal.

3. Nilai RTH dalam penelitian ini adalah nilai ekologi, ekonomi, dan sosial yang diungkapkan masyarakat berdasarkan preferensi dari apa yang mereka rasakan semenjak dibangunnya RTH Taman Kota Waduk Pluit.

(24)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Secara definitif Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu ruang terbuka memanjang atau berkelompok dengan area geografis tertentu yang di atasnya tumbuh atau ditanami berbagai macam vegetasi dan tidak terdapat bangunan di atasnya guna mendukung manfaat langsung maupun tidak langsung dari suatu RTH yaitu kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. Selain itu, Ruang Terbuka Hijau juga memiliki berbagai macam fungsi sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan seperti untuk tempat rekreasi dan olah raga, tempat pertanian pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias, jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai koridor kota, sebagai wilayah konservasi atau preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan erosi, pengamanan tepi sungai dan daerah resapan air.

Dasar hukum yang memperkuat keberadaan Ruang Terbuka Hijau di Indonesia telah tercantum dalam beberapa Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, antara lain:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28H Ayat (1) tentang hak seseorang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok

Agraria (UUPA).

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH).

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR). 5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242).

(25)

telah ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030 pemerintah Provinsi DKI Jakarta, antara lain:

1. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 41 tentang Kawasan hijau lindung adalah bagian dari kawasan terbuka hijau yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan ekosistem setempat maupun untuk tujuan perlindungan wilayah yang lebih luas.

2. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 64 tentang Ruang Terbuka Hijau, selanjutnya disingkat RTH, adalah area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 3. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 65 tentang Ruang Terbuka

non-Hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras, maupun yang berupa badan air.

4. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 66 tentang Ruang terbuka hijau budi daya, yang selanjutnya disingkat dengan RTH budi daya, adalah ruang hijau di luar kawasan hijau lindung yang dimanfaatkan untuk kegiatan penanaman, pengembangan, pemeliharaan, maupun pemulihan vegetasi yang diperlukan sebagai sarana ekonomi, ekologi, sosial, dan estetika.

5. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB I Pasal 1 No. 80 tentang Perbaikan lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untuk memperbaiki struktur lingkungan yang telah ada dan dimungkinkan melakukan pembongkaran terbatas guna penyempurnaan pola fisik prasarana yang telah ada.

6. Peraturan Daerah RTRW 2030 BAB III Pasal 5 No. 5 tentang mewujudkan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang, ditetapkan kebijakan sebagai berikut :

a. melaksanakan konservasi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan lindung, sumber daya air, dan pengembangan RTH untuk keseimbangan ekologi kota Jakarta;

(26)

2.2 Pendekatan Valuasi Ekonomi dan Formulasi Strategi RTH

Penilaian nilai ekonomi atau valuasi ekonomi terhadap nilai RTH sudah banyak dilakukan secara global khususnya pada negara-negara yang sudah maju. Namun hal yang sebaliknya terjadi pada negara yang belum maju atau negara berkembang, dimana pembangunan kawasan urban masih lebih diutamakan dari pada kawasan yang diperuntukan untuk menjaga kondisi lingkungan. Hal tersebut mengakibatkan pengembangan kawasan RTH menjadi dikesampingkan.

Para stake holder tidak mengetahui bahwa keberadaan keuntungan dari RTH selain dapat berfungsi untuk menjaga lingkungan juga dapat meningkatkan harga propeti di wilayah sekitarnya dan juga dapat menjadi nilai tambah bagi wilayah tersebut. Dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan RTH, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan secara seksama untuk mencari hubungan antara pemerintah, urban planners, masyarakat, dan pengembang properti agar tercipta kerjasama yang baik dan dapat menghasilkan tata kota yang baik pula. Faktor yang mempengaruhi nilai dari suatu properti antara lain adalah lokasi, kualitas, dan perlengkapan rumah atau apartmen, umur bangunan dan aksesbilitas, tipe atau jenis, struktur, kualitas lingkungan, dan keamanan. Dimana untuk menilai secara ekonomi manfaat dari RTH dengan menggunakan harga properti dapat menggunakan metode HPM (Hedonic Price Method) (Takacs 2013).

(27)

mengetahui manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar Ruang Terbuka Hijau dan untuk memperoleh nilai RTH tersebut secara moneter.

Untuk melakukan suatu formulasi strategi pengembangan sebuah wilayah terbuka atau taman di Inggris yang mempertimbangkan aspek internal dan eksternal dengan pertimbangan nila intrinsic dan instrumental value, nilai dari taman dan ruang terbuka bagi penduduk, kontribusi dalam ambisi perbaikan tempat tinggal dan bagaimana suatu taman atau ruang terbuka dapat mengantarkan tujuan dalam perbaikan lingkungan dengan cara perbaikan kesehatan, kesejahteraan, pembelajaran, pengembangan individu, pengembangan kota, dan komunitas maka digunakan analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) (Curtin 2014).

2.3 Pengertian Willingness to Pay (WTP)

Willingness to Pay (WTP) merupakan pengukuran nilai atau jumlah maksimum yang ingin dibayar atau dikorbankan suatu individu untuk mendapatkan atau mempertahankan manfaat berupa barang dan/atau jasa yang dapat dihasilkan suatu sumberdaya dan lingkungan. WTP berfungsi untuk mendefinisikan nilai suatu sumberdaya dan lingkungan secara ekonomi dengan besaran moneter (Fauzi 2004). WTP merupakan bagian dari CVM atau Contigent Valuation Method yang digunakan pelaku survey untuk memperoleh preferensi yang dinyatakan suatu individu dalam menilai suatu keadaan lingkungan atau sumberdaya yang bersifat nonmarket benefit value (Connell and Walls 2005).

Willingness to Pay (WTP) juga dapat bermakna preferensi seseorang terhadap nilai suatu benda dan/atau jasa lingkungan adalah kesediaan dan kemampuan seseorang untuk mengorbankan sesuatu. Dalam keterkaitannya

dengan nilai moneter, „sesuatu‟ yang dimaksud adalah dalam ukuran uang atau

harga. Harga yang hendak dibayar atau dikorbankan seseorang tentu akan berbeda dengan orang lain, yang mengakibatkan perbedaan tersebut adalah preferensi dari masing-masing individu. Perbedaan preferensi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pendidikan, kebutuhan akan barang atau jasa lingkungan tertentu, pendapatan, jenis kelamin, dan beberapa faktor lainnya. Besaran

(28)

jika suatu individu tidak memiliki suatu barang atau jasa lingkungan tertentu, maka ketersediaan membayar orang tersebut akan tinggi, namun untuk mendapatkan tambahan unit-unit berikutnya ketersediaan membayar orang tersebut akan menurun (Barry and Martha 2002).

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Salah satu penelitian yang membahas estimasi nilai ekonomi dari RTH adalah penelitian alumni mahasiswa IPB Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan bernama Damara (2011) yang berjudul Estimasi Nilai Ekonomi Ruang Terbuka Hijau pada Pemukiman di Kota Bogor Studi Kasus Harga Rumah pada Perumahan Bogor Raya Permai, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih tempat tinggal dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, selain itu tujuan selanjutnya adalah untuk mengestimasi nilai ekonomi dari ruang terbuka hijau di area perumahan Kota Bogor dengan metode Hedonic Price Method.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan alasan dari masyarakat yang diperoleh melalui proses survey dengan wawancara terhadap pemilihan tempat tinggal, beberapa hal yang menjadi alasan dalam memilih tempat tinggal antara lain ketersediaan infrastruktur dari pengembang perumahan yang telah tertata dengan baik, lingkungan perumahan yang nyaman bagi masyarakat untuk bertempat tinggal, dan letak perumahan yang berada pada lokasi strategis. Dalam melakukan estimasi nilai lingkungan RTH di perumahan, perkiraan fungsi hedonic price

rumah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis regresi berganda. Ada pun variabel yang digunakan dalam pendekatan analisis regresi berganda menggunakan dua variabel, yaitu variabel tak bebas dan variabel bebas. Variabel tak bebas atau terikat yang digunakan adalah harga rumah. Variabel bebas yang digunakan adalah kepemilikan rumah, kepemilikan pekarangan, jumlah jenis tanaman, jarak rumah ke taman umum, persepsi masyarakat terhadap kualitas udara, dan persepsi masyarakat terhadap kualitas air.

(29)

persamaan regresi berganda semi-log, setelah dikalikan dengan mean masing-masing variabel dengan nilai harga rumah rata-rata. Hasil tersebut masih dalam Ln

maka untuk mengubahnya ke dalam rupiah diperlukan proses eksponensial dan didapatkan estimasi nilai ekonomi RTH = 209.241.574 – 200.434.887 = 8.806.687 yang berarti bahwa keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berkorban mendapatkan manfaat ruang terbuka hijau yang terdapat dalam harga rumah adalah sebesar Rp 8.806.687.

Penelitian yang kedua adalah penelitian dari Asyrafy (2008) yang merupakan alumni mahasiswa IPB Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang berjudul Valuasi Ekonomi Hutan Kota Berdasarkan Pendekatan Biaya Kesehatan (Studi Kasus Taman Margasatwa Ragunan Jakarta). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan Hutan Kota Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dalam mereduksi pencemaran udara akibat kendaraan dengan metode analisis deskriptif dan kualitatif dan tujuan kedua adalah mengetahui nilai ekonomi Hutan Kota TMR berdasarkan pendekatan biaya kesehatan dengan pendekatan Cost of Illness.

Hasil penelitian tersebut menerangkan bahwa pencemaran udara yang terjadi di lokasi penelitian didapatkan data melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan, untuk Kelurahan Ragunan dan Pasar Minggu dengan jumlah kendaraan rata-rata per jam sebanyak 2.856 dan 2.903 kendaraan. Data perhitungan tersebut tidak memasukkan beberapa jenis kendaraan seperti bus, sepeda motor, dan bajaj. Hal ini dilakukan karena belum dilakukan uji emisi terhadap jenis kendaraan-kendaraan tersebut. Data tersebut diperkuat hasil wawancara dimana mayoritas penduduk Ragunan dan Pasar Minggu mengatakan telah terjadi pencemaran di daerah mereka. Biaya berobat didapatkan dari data rumah sakit swasta dan puskesmas yang telah diekstrapolasi.

(30)

dengan metode pendugaan data, tujuan ketiga dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi pekarangan dengan metode pendugaan jumlah penderita dan Cost of Illness dan tujuan yang terakhir adalah untuk melakukan valuasi pekarangan dengan metode selisih nilai dari dua lokasi penelitian yang berbeda.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa kualitas udara dapat diketahui dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kualitas udara baku yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan dalam penelitian ini adalah Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Bogor. Pencemaran udara yang terjadi menyebabkan potensi terjangkitnya penyakit dan jenis penyakit gangguan pernapasan diduga akibat dari pencemaran udara yang terjadi di desa tersebut ISPA merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak di derita warga Desa Gunung Putri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di RW 03 dan RW 06 sebanyak 77% dan 50% responden menyatakan bahwa pencemaran udara yang terjadi di Desa Gunung Putri akan mempengaruhi kesehatan.

Penelitian yang keempat adalah sebuah tesis yang berjudul Kajian Ekologi Ekosistem Mangrove untuk Rehabilitasi di Desa Tiwoho Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara yang ditulis oleh Warongan (2009). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalsis kondisi sumber daya

mangrove dan tingkat kerusakan serta pola ruang ekosistem mangrove serta memberikan alternatif strategi pengelolaan ekosistem mangrove dengan cara rehabilitasi.

(31)

Tabel 2 Perbandingan penelitian terdahulu yang relevan

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Tujuan Metode Analisis Data

1 Damara

penderita dan Cost of Illness

4. Selisih nilai dari dua lokasi penelitian yang sebaran hutan Mangrove di Desa Tiwoho

Perbedaan antara penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada pendekatan yang digunakan untuk melakukan valuasi terhadap nilai ekonomi, yaitu dengan Analisis Willingness to Pay (WTP) yang langsung ditanyakan kepada responden dan formulasi strategi RTH Taman Kota Waduk Pluit dengan analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) serta

(32)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini terdiri dari kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis berisi penjelasan secara rasional terkait objek yang diteliti yang didukung oleh berbagai acuan secara teoritis, sedangkan kerangka pemikiran operasional adalah kerangka pemikiran yang menyatakan tentang urutan dari langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian.

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) merupakan salah satu teknik valuasi ekonomi dengan cara menanyakan kepada masyarakat mengenai suatu nilai atau harga dari suatu komoditas yang tidak memiliki harga pasar seperti barang publik atau barang lingkungan secara sederhana (Berry and Martha 2002). CVM menggunanakan pendekatan secara langsung terhadap masyarakat atau individu yang tidak memiliki hak atas suatu sumber daya alam, barang dan/atau jasa lingkungan dengan menggunakan Willingness to Pay (WTP) untuk mendapatkan suatu nilai atau harga dari jasa lingkungan atau berupa tambahan manfaat dari adanya suatu barang lingkungan. Penggunaan Willingness to Accept (WTA) dilakukan untuk mendapatkan nilai atau harga dari besaran kompensasi suatu kerusakan atau penurunan manfaat barang lingkungan dimana masyarakat atau individu yang ditanya memiliki hak atas suatu sumberdaya, barang dan/atau jasa lingkungan (Fauzi 2004). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan WTP dikarenakan nilai yang hendak didapatkan adalah harga dari jasa lingkungan atau berupa tambahan manfaat dari adanya RTH Taman Kota Waduk Pluit.

(33)

1. CVM dapat digunakan di berbagai kondisi dan konteks kebijakan serta kerap menjadi alat analisis satu-satunya dalam melakukan pendekatan nilai ekonomi suatu barang atau jasa lingkungan.

2. CVM dapat mengestimasi nilai suatu barang atau jasa lingkungan meskipun barang atau jasa lingkungan tersebut tidak digunakan secara langsung dengan melakukan estimasi nilai utilitas dari barang atau jasa lingkungan.

3. CVM dapat diaplikasikan pada berbagai jenis barang atau jasa lingkungan di sekitar masyarakat.

4. CVM memerlukan analisis yang baik, namun hasil penelitian tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan.

Penggunaan teknik CVM memiliki kelemahan dalam pengumpulan data dengan munculnya berbagai bias (Tietenberg 1988) antara lain:

1. Bias Strategi (Strategic Bias)

Terdapat pemberian nilai bias pada WTP, pemberian nilai WTP yang kecil dengan alasan dan pemikiran adanya responden lain yang bersedia memberikan nilai yang lebih besar dalam peningkatan kualitas lingkungan atau pun sebaliknya, responden memberikan nilai yang terlalu besar dari nilai yang sesungguhnya mereka rasakan dikarenakan ada kepentingan tertentu.

2. Bias Informasi (Information Bias)

Bias terhadap informasi dapat terjadi apabila responden yang dimintai penilaian terhadap suatu sumber daya, barang dan/atau jasa lingkungan guna memperoleh WTP tidak pernah mengetahui atau merasakan secara langsung sumber daya, barang dan/atau jasa lingkungan yang ditanyakan.

3. Bias Titik Awal (Starting Point Bias)

Bias terhadap titik awal bisa terjadi saat instrumen survey yang ditanyakan kepada responden menimbulkan bias. Perancangan rentang nilai pada suatu instrumen survey bisa mempengaruhi jawaban dari responden.

4. Bias Hipotetik (Hypothetical Bias)

(34)

3.1.2 Tahapan Willingness to Pay (WTP)

Willingness to Pay yaitu nilai yang bersedia dibayar oleh warga yang tinggal dan menetap di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit sebagai balas jasa akibat peningkatan kualitas lingkungan dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit dan juga agar tetap dapat merasakan jasa lingkungan, ekonomi, dan sosial dari RTH tersebut.

Dalam menganalisis WTP diperlukan suatu asumsi yang mana asumsi adalah suatu anggapan atau pernyataan yang sudah dianggap benar berdasarkan beberapa teori atau hasil observasi yang sudah dilakukan. Asumsi diperlukan dalam melakukan penelitian ini untuk menyederhanakan dan memperjelas inti permasalahan dalam pelaksanaan penelitian ini. Beberapa asumsi yang perlu dibentuk dalam pengungkapan preferensi nilai Willingness to Pay dari setiap responden yang telah ditentukan antara lain:

1. Responden merupakan warga yang tinggal dan menetap di daerah Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara yang mengetahui dan/atau merasakan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit.

2. Nilai WTP yang diberikan merupakan nilai maksimum atau tertinggi yang bersedia dibayar responden apabila kondisi iuaran atau pembayaran atas jasa lingkungan dari RTH benar-benar dilakukan.

3. Responden dipilih dengan cara Purposive Sampling yang merupakan penentuan sampel secara non probabilitas terhadap responden yang memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan dan/atau sudah ditentukan sebelumnya (Scheaffer et al. 1990).

4. Kuisioner sudah dibentuk sedemikian rupa agar sesuai dengan metode yang akan digunakan dan responden yang dipilih.

5. Responden mengerti dan paham akan kuisioner yang diajukan dan mengisinya sesuai dengan kemampuan dan keinginan dari masing-masing responden.

(35)

1. Menentukan Pasar Hipotetik

Berupa tahapan awal dengan membangun suatu alasan atau asumsi mengapa responden seharusnya membayar suatu jasa yang disediakan oleh lingkungan, dimana tidak terdapat harga pasar dari jasa lingkungan tersebut. Penentuan pasar hipotetik juga sangat penting untuk membangun pemikiran responden agar responden dapat memberikan sejumlah besaran WTP yang rasional. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Berupa tahapan setelah kuisioner selesai dibuat dimana dilakukannya wawancara terhadap sampel yang telah ditentukan, baik dengan cara tatap muka, wawancara via telepon atau surat. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapat besaran WTP yang akan dibahas lebih lanjut pada penelitian ini.

3. Mencari Nilai Rata-Rata atau Nilai Tengah WTP

Berupa tahapan setelah data mengenai WTP terkumpul maka dilanjutkan dengan mencari nilai tengah (Median) apabila terjadi perbedaan data yang mencolok. Pengunaan nilai rata-rata (Mean) apabila data menyebar relatif normal.

4. Menduga kurva WTP

Berupa tahapan pembentukan kurva setelah nilai WTP diketahui dan dijadikan variabel terikat dan faktor-faktor yang mempengaruhi WTP sebagai variabel bebas. Kurva WTP dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan atau meramalkan perubahan nilai WTP akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP tersebut.

5. Menjumlahkan Data

Berupa tahapan untuk mengkonversi nilai rata-rata atau nilai tengah WTP yang dijadikan nilai WTP populasi.

6. Mengevaluasi Penggunaan dari CVM

(36)

Menurut Berry and Martha (2002) tahapan-tahapan untuk menganalisis CVM antara lain:

1. Identifikasi dan deskripsi dari karakteristik kualitas lingkungan yang akan divaluasi.

2. Identifikasi responden yang akan diwawancarai, termasuk prosedur penarikan sampel yang digunakan untuk memilih responden.

3. Merancang dan mengaplikasikan kuisioner survey melalui tatap muka, komunikasi via telepon atau surat elektronik.

4. Menganalisis hasil dan menjumlahkan respon tiap individu untuk mengestimasi nilai kelompok yang terpengaruh perubahan lingkungan.

Metode yang dapat digunakan dalam pengaplikasian pertanyaan kuisioner untuk mengungkapkan preferensi Willingness to Pay responden yang sudah ditentukan (Hanley dan Spash 1993) antara lain:

1. Bidding Game

Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dimana responden akan diajukan satu harga awal atau harga dasar yang menjadi titik acuan sistem tawar-menawar yang bertujuan untuk mencapai harga tertinggi yang disepakati dan hendak dibayarkan oleh responden.

2. Closed-ended Question

Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dengan pertanyaan tertutup dimana responden diberikan beberapa pilihan harga dari jasa lingkungan tertentu sehingga responden dapat langsung memilih pilihan yang sesuai dengan kemampuan dari responden tersebut.

3. Open-ended Question

Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dengan pertanyaan terbuka dimana responden akan langsung diberi pertanyaan mengenai harga maksimum yang hendak dibayarkan atas suatu jasa lingkungan tertentu tanpa memberikan titik acuan tertentu.

4. Payment Card Referendum

(37)

membayar sehingga responden dapat memilih salah satu nilai maksimal atau minimal sesuai dengan tingkat kemampuan dan preferensinya.

3.1.3 Model Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah hubungan yang dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel tak bebas dan satu atau lebih variabel bebas. Menurut Gujarati (1978), tujuan analisis regresi adalah untuk menaksir nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai-nilai variabel yang ada, untuk menguji hipotesis tentang sifat ketergantungan antar variabel, dan untuk memprediksi nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai variabel bebas yang berada diluar rentang sampel.

Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda.Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS).

Sifat-sifat OLS adalah penaksiran OLS tidak bias, penaksiran OLS mempunyai varian yang minimum, konsisten, efisien, dan linier. Analisis regresi berganda digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter (variabel penjelas yang diamati). Asumsi-asumsi yang dapat digunakan untuk model regresi linier berganda dengan OLS adalah :

1. E (ui) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, ...., n, artinya rata-rata galat adalah nol, dengan nilai yang diharapkan bersyarat dari ui tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol.

2. Cov (ui,uj) = 0, i ≠ j. artinya covarian (ui,uj) = 0, dengan kata lain tidak ada

autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain.

3. Var (ui) = 2, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, ...., n. Artinya setiap galat

memiliki varian yang sama (asumsi homoskedastisitas).

4. Cov (ui, X1i) = cov (ui, X2i) = 0. Artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang

(38)

Y = β0+ β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki + εi ...(1)

dimana :

Y = Peubah tak bebas

i = Nomor pengamatan dari 1 sampai n (sample) Xki = Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk

β 0 = Intersep

β 1,3,..n = Parameter penduga Xi

i = Pengaruh sisa (error term)

3.1.4 Formulasi Strategi Implementasi (SWOT dan QSPM)

Dalam sebuah perencanaan strategi diperlukan berbagai macam identifikasi dan analisis lingkungan secara eksternal dan internal agar strategi tersebut dapat mencapai sasaran. Analisis lingkungan eksternal merupakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang berada di luar sistem tertentu yang berkepentingan dalam pengembangan strategi berupa peluang dan ancaman. Peluang merupakan faktor eksternal berupa kondisi yang menarik, diharapkan dan berdampak baik pada suatu strategi. Ancaman merupakan faktor eksternal berupa tantangan yang kemungkinan dapat terjadi dari kecenderungan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan, berpotensi untuk menghambat dan membahayakan suatu strategi. Analisis lingkugan internal merupakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang berada di dalam sistem tertentu yang berkepentingan dalam pengembangan strategi berupa kekuatan dan kelemahan. Kekuatan merupakan faktor internal berupa kelebihan-kelebihan yang dimiliki untuk dimanfaatkan dan dikembangkan dalam rangka meraih peluang. Kelemahan merupakan faktor internal berupa kekurangan-kekurangan yang dimiliki suatu sistem yang dapat menghambat perolehan peluang (Kotler 1994). Dalam mengidentifikasi peluang (opportunity), ancaman (threat), kekuatan (strength), dan kelemahan (weakness) diperlukan tahapan input yang menggunakan External Factor Evaluation Matrix (EFE) dan

Internal Factor Evaluation Matrix (IFE) (David 2007).

(39)

berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta faktor eksternal berupa peluang (opportunity) dan ancaman (threat) lingkungan luar strategi yang menyajikan kombinasi-kombinasi terbaik di antara keempat jenis faktor. Setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada, dapat ditentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus untuk meminimalisasi atau mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang ada. Ada pun kombinasi strategi SWOT dari keempat faktornya adalah sebagai berikut (David 2007):

1. Strengths-Opportunities (SO). 2. Weaknesses-Opportunities (WO). 3. Strengths-Threats (ST).

4. Weaknesses-Threats (WT).

Menurut David (2007) langkah berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan atau decision stage dengan menggunakan suatu teknik yang dirancang untuk menentukan ketertarikan secara relatif dari berbagai kegiatan atau aksi alternatif yang memungkinkan yaitu penggunaan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM disajikan dalam bentuk matriks yang disusun berdasarkan faktor strength, weakness, opportunity, dan threat setelah alternatif strategi dikembangkan. Analisis QSPM memungkinkan untuk mengevaluasi kemudian memilih strategi yang sesuai dengan lingkungan internal serta lingkungan eksternal.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

(40)

Jakarta terus berkurang. Saat ini jumlah RTH yang masih sangat minim dan tingginya polusi di Jakarta dapat menurunkan kualitas hidup.

Penerapan UU Nomor 26 Tahun 2007 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi permasalahan minimnya ketersediaan RTH. Undang-Undang tersebut mangatakan bahwa suatu kota minimal memiliki 30% dari luas lahan untuk dijadikan RTH yang terdiri dari 20% RTH Umum dan 10% RTH Pribadi (Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2009). Didukung Perda Jakarta mengenai RDTR yang turut mendorong pengembangan RTH di Jakarta yang menargetkan peningkatan RTH sebanyak 6% hingga 2030 akan meningkatkan jumlah RTH di Jakarta. Namun apabila kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan RTH rendah, maka Undang-Undang dan Perda tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik.

(41)

Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran operasional

Keterangan:

= Ruang Lingkup Penelitian

Dampak positif yang dirasakan masyarakat dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit.

Faktor-faktor yang Peningkatan kualitas lingkungan akibat keberadaan

RTH Taman Kota Waduk Pluit Masalah lingkungan

Penurunan kualitas hidup

UU Nomor 26 Tahun 2007 dan RDTR Jakarta

Pembuatan RTH Taman Kota Waduk Pluit Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara

Kebutuhan lahan untuk non-RTH mengakibatkan kurangnya lahan untuk pembangunan RTH

Masalah

Nilai ekonomi dari WTP masyarakat dan formulasi strategi implementasi RTH Taman Kota Waduk Pluit

(42)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kawasan RTH tepatnya di RTH Taman Kota Waduk Pluit yang terletak di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan tersebut merupakan pengembangan RTH hasil kerjasama antara Pemprov DKI Jakarta dengan CSR perusahaan-perusahaan yang beroprasi di Jakarta. Penelitian dilakukan selama kurun waktu dua bulan tepatnya pada April 2014 sampai dengan Mei 2014. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Lokasi penelitian

Ada pun lokasi pengambilan sampel sejumlah responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Lokasi pengambilan sampel

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada sampel masyarakat yang tinggal dan menetap di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit. Data primer digunakan untuk mencari manfaat jasa lingkungan dari

Lokasi Pengambilan Sampel

(43)

keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara dengan menggunakan WTP masyarakat di sekitar lokasi. Nilai WTP dapat diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada sampel masyarakat di daerah tersebut. Metode dalam mengambil sampel data menggunakan purposive sampling dikarenakan peneliti membutuhkan kriteria data yang sudah ditentukan, sesuai dengan kriteria responden yang diperlukan. Jumlah responden sebanyak 76 orang berdasarkan pengukuran sampel dengan metode slovin dengan alpha sebesar 15%, namun jumlah responden yang bersedia membayar sebanyak 62 orang. Ada pun kriteria responden adalah warga sekitar pluit dan penjaringan yang merasakan keberadaan dari RTH Taman Kota Waduk Pluit. Berikut rumus Slovin (Sevilla 2007):

= �

1+(�× 2)………...(2)

dimana :

n = Jumlah sampel dari metode slovin (orang) N = Jumlah populasi (orang)

e = besaran error (%)

Selain kuisioner untuk membangun WTP, juga terdapat kuisioner yang digunakan untuk memformulasikan implementasi strategi pada RTH Taman Kota Waduk Pluit yang ditanyakan kepada pihak-pihak terkait baik secara internal maupun eksternal. Pihak internal dari Taman Kota Waduk Pluit adalah PT. Jakarta Propertindo (PT. Jakpro) selaku pembangun dan pengurus taman. Pihak eksternal yang berkaitan dengan Taman Kota Waduk Pluit adalah Kelurahan Pluit dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Data sekunder diperoleh dari PT. Jakpro, Dinas Pertamanan dan Pemakanan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta, Kelurahan Pulit, Kelurahan Pluit, literatur berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan sumber-sumber lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

(44)

komputer seperti Microsoft Office Excell 2007 dan Minitab14 portable untuk mempermudah melakukan pengolahan data yang sudah didapat dari hasil wawancara kuisioner. Namun hasil olahan data dari kedua software tersebut diinterpretasikan secara manual sesuai dengan bidang keilmuan yang sudah dipelajari. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks metode analisis data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1. 2.

Menganalisis dampak positif yang dirasakan masyarakat dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit.

Mengestimasi nilai ekonomi RTH Taman Kota Waduk Pluit berdasarkan preferensi masyarakat sekitar. yang mempengaruhi besarnya Willingness to Pay masyarakat di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit dikarenakan

peningkatan kualitas lingkungan. 5. Menganalisis formulasi strategi

implementasi yang tepat dari RTH Taman Kota Waduk Pluit Jakarta Utara.

4.4 Analisis Dampak Positif RTH Taman Kota Waduk Pluit

Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Informasi mengenai dampak positif yang diterima masyarakat didapatkan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara langsung dengan metode purposive sampling kepada masyarakat di sekitar RTH sebagai responden. Pertanyaan pada kuisioner yang disampaikan kepada responden merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai dampak positif yang dirasakan.

(45)

sosial-ekonomi-lingkungan yang dirasakan masyarakat yang diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

4.5Tahapan dalam Penerapan Analisis WTP

Dalam memperoleh nilai Willingness to Pay diperlukan beberapa tahapan agar nilai tersebut dapat diperoleh (Hanley dan Spash 1993). Ada pun tahapan dalam analisis nilai WTP antara lain sebagai berikut.

4.5.1 Menentukan Pasar Hipotetik

Penentuan pasar hipotetik pada penelitian ini dilakukan dengan cara pembuatan skenario dimana responden diberikan sebuah alur pemikiran bahwa keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit akan memberikan beberapa jasa lingkungan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup kepada reponden. Jasa lingkungan yang akan diberikan oleh RTH tersebut antara lain adalah:

1. Peningkatan kualitas udara dari fungsi RTH sebagai paru-paru kota yang dapat menyerap polusi dan menggantikannya dengan oksigen atau udara yang lebih bersih.

2. Pengurangan dampak banjir dan penambahan cadangan air tanah dari fungsi RTH sebagai daerah resapan air.

3. Sebagai sarana tempat untuk bersosialisasi bagi setiap anggota keluarga sekitar RTH.

Alur pikir dari penentuan pasar hipotetik ditulis sebagai berikut:

Kondisi lingkungan Pluit yang dahulu banyak mengalami permasalahan lingkungan menggerakan pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan upaya untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang telah dan sedang dilakukan adalah pengembangan RTH Taman Kota Waduk Pluit yang diharapkan dapat menjadi solusi dari berbagai masalah yang kerap menimpa Pluit seperti banjir, kekurangan air dan polusi udara.

Dengan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit, diharapkan kondisi dan kualitas lingkungan di Pluit akan membaik. RTH Taman Kota Waduk Pluit menyediakan fungsi-fungsi yang dapat bermanfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Untuk itu diperlukan sebuah apresiasi yang baik terhadap keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit.

(46)

4.5.2Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Kuisioner yang telah disiapkan berfungsi untuk memperoleh data dengan cara wawancara secara langsung kepada responden. Dalam penentuan dasar harga yang diminta, digunakan pendekatan iuran riil yang seharusnya dibayarkan oleh warga apabila seluruh biaya pembanguna dan relokasi taman ditanggung masyarakat. Ada pun rumus memperoleh harga penawaran dasar dapat diperoleh dengan persamaan untuk memperoleh rata-rata yang telah disesuaikan sebagai berikut (Walpole 1995):

�� � �

ℎ � � = � � … …(3)

4.5.3 Mencari Nilai Rata-Rata atau Nilai Tengah WTP

Perhitungan nilai rata-rata dan median dapat dilakukan setelah nilai WTP diketahui. Dugaan rata-rata dihitung melalui pendekatan secara statistik yang telah disesuaikan dengan rumus (Walpole 1995):

� �� = WTP�

Kurva WTP dapat diperkirakan dari nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independennya. Contoh bentuk kurva terdapat pada Gambar 4.

Gambar 4 Contoh kurva WTP

(47)

Pendugaan Kurva WTP dilakukan dengan persamaan:

WTP = f (PNDK, PNDPT, USR, LTGL, JTTRTH, SKU, SKP, SPB, Dsr,

Dkl)………(5)

dimana :

WTP = Nilai WTP responden (rupiah) PNDK = Pendidikan (tahun)

PNDPT = Pendapatan per kapita (rupiah per bulan) USR = Usia responden (tahun)

LTGL = Lama tinggal (tahun)

JTTRTH = Jarak tempat tinggal dengan RTH (meter) SKU = Skor kualitas udara (skor 1-10) (persepsi)

SKP = Skor kualitas pemandangan (skor 1-10) (persepsi) SPB = Skor penurunan dampak banjir (skor 1-10) (persepsi)

Dsr = Dummy status rumah (milik pribadi = 1; bukan milik pribadi = 0) Dkl = Dummy kepedulian lingkungan (di atas rata-rata = 1; di bawah

rata-rata = 0)

4.5.5 Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Nilai total WTP dari masyarakat dapat diketahui setelah menduga nilai tengah WTP. Rumus yang dapat digunakan dengan pendekatan statistik adalah (Walpole 1995):

� ��= � ��×�………(6)

dimana :

TWTP = Dugaan total WTP (rupiah) EWTP = Dugaan rataan WTP (rupiah)

N = Populasi warga sekitar Taman Kota Waduk Pluit (orang)

4.5.6 Evaluasi Penggunaan CVM

(48)

4.6 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP

Terdapat dua jenis variable dalam sebuah fungsi, yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini analisis variabel bebas dari fungsi WTP bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yang merasakan manfaat dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit. Selain itu juga untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor positif tersebut bagi besaran nilai WTP. Fungsi persamaannya sebagai berikut:

WTP = β0 + β1 PNDK + β2 PNDPT + β3 USR + β4 LTGL + β5 JTTRTH + β6SKU + β7SKP + β8SPB + β9Dsr + β10Dkl + ε .…….(7)

dimana :

WTP = Nilai WTP responden

β 0 = Konstanta

β 1,2, …,β10 = Koefisien regresi

PNDK = Pendidikan (tahun)

PNDPT = Pendapatan per kapita (rupiah per bulan) USR = Usia responden (tahun)

LTGL = Lama tinggal (tahun)

JTTRTH = Jarak tempat tinggal dengan RTH (meter) SKU = Skor kualitas udara (skor 1-10) (persepsi)

SKP = Skor kualitas pemandangan (skor 1-10) (persepsi) SPB = Skor penurunan dampak banjir (skor 1-10)(persepsi)

Dsr = Dummy status rumah (milik pribadi = 1; bukan milik pribadi = 0)

Dkl = Dummy kepedulian lingkungan (di atas rata-rata = 1; di bawah rata-rata = 0)

i = Responden ke-i

i = Galat

(49)

dampak banjir, dummy status rumah, dan variabel dummy kepedulian lingkungan. Pendidikan yang semakin tinggi diharapkan dapat mencerminkan semakin tingginya tingkat pengetahuan responden akan manfaat dari adanya RTH, sehingga responden akan memberikan penghargaan atau apresiasi kepada keberadaan RTH dengan nilai yang tinggi. Pendapatan per kapita responden dapat mencerminkan kemampuan responden untuk membayar, semakin tinggi pendapatan per kapita maka semakin tinggi pula kemampuan membayar. Lama tinggal mencerminkan tingkat kepedulian warga yang telah tinggal di suatu tempat, semakin lama seseorang tinggal di suatu tempat, maka akan semakin tinggi tingkat kepeduliannya. Usia responden dihipotesiskan dapat menggambarkan tingkat kepedulian pada kesehatan, semakin tua usia responden maka kepedulian terhadap kesehatan akan semakin tinggi. Skor kualitas udara yang merupakan nilai yang mencerminkan tingkat kualitas udara yang dirasakan masyarakat tergantung pada preferensinya, semakin baik kualitas udara maka nilai WTP juga akan semakin besar. Skor kualitas pemandangan merupakan nilai yang mencerminkan tingkat keindahan pemandangan yang dirasakan masyarakat tergantung pada preferensinya, semakin baik kualitas pemandangan maka nilai WTP juga akan semakin besar. Skor penurunan dampak banjir merupakan nilai yang mencerminkan tingkat penurunan dampak banjir yang dirasakan oleh masyarakat tergantung pada preferensinya, semakin baik penurunan dampak banjir maka nilai WTP juga akan semakin besar.

Variabel yang diduga berpengaruh negatif terhadap nilai WTP adalah jarak tempat tinggal dengan RTH. Jarak tempat tinggal dengan RTH mencerminkan tingkat pengaruh RTH secara langsung yang dirasakan masyarakat, semakin dekat dengan RTH maka pengaruh RTH akan lebih dapat dirasakan secara langsung dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal lebih jauh dari RTH. Semakin besar atau jauh jarak tempat tinggal masyarakat dari RTH maka akan berpengaruh secara negatif pada besaran WTP yang diungkapkan.

Gambar

Tabel 1 Rekapitulasi data luas RTH di Jakarta tahun 2013
Tabel 2 Perbandingan penelitian terdahulu yang relevan
Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran operasional
Gambar 2 Lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model intervensi akan digunakan untuk meramalkan jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia melalui bandara Soekarno Hatta dan bandara Juanda, model ini

[r]

Dalam rangka privatisasi yang ditargetkan dalam tahun 2002 dapat berhasil lebih baik, penulis merekomendasikan beberapa hal, pertama untuk menarik investor agar bersedia

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa fraksi kloroform kulit buah naga merah memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah, dengan

Menu Lihat Jadwal akan menampilkan jadwal kerja teknisi dan menu info teknisi akan menampilkan biodata teknisi, dan masing- masing dapat dilihat yang tersimpan dalam

1) Pencatatan jumlah surat masuk dan keluar yang telah diolah pada hari itu. 2) Mengecek surat masuk yang belum mendapat disposisi dari pimpinan. 3) Memastikan tidak ada surat

[r]

Tapi ada beberapa kemajuan dalam perubahan sikap dan sosialnya”7 Melihat fenomena yang ada di lapangan bahwa di dalam pendidikan inklusi terdapat beberapa siswa anak berkebutuhan