• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contingent Valuation Method (CVM) merupakan salah satu teknik valuasi ekonomi dengan cara menanyakan kepada masyarakat mengenai suatu nilai atau harga dari suatu komoditas yang tidak memiliki harga pasar seperti barang publik atau barang lingkungan secara sederhana (Berry and Martha 2002). CVM menggunanakan pendekatan secara langsung terhadap masyarakat atau individu yang tidak memiliki hak atas suatu sumber daya alam, barang dan/atau jasa lingkungan dengan menggunakan Willingness to Pay (WTP) untuk mendapatkan suatu nilai atau harga dari jasa lingkungan atau berupa tambahan manfaat dari adanya suatu barang lingkungan. Penggunaan Willingness to Accept (WTA) dilakukan untuk mendapatkan nilai atau harga dari besaran kompensasi suatu kerusakan atau penurunan manfaat barang lingkungan dimana masyarakat atau individu yang ditanya memiliki hak atas suatu sumberdaya, barang dan/atau jasa lingkungan (Fauzi 2004). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan WTP dikarenakan nilai yang hendak didapatkan adalah harga dari jasa lingkungan atau berupa tambahan manfaat dari adanya RTH Taman Kota Waduk Pluit.

Teknik valuasi ekonomi CVM memiliki beberapa kelebihan di antaranya adalah sebegai berikut (Hanley dan Spash 1993):

1. CVM dapat digunakan di berbagai kondisi dan konteks kebijakan serta kerap menjadi alat analisis satu-satunya dalam melakukan pendekatan nilai ekonomi suatu barang atau jasa lingkungan.

2. CVM dapat mengestimasi nilai suatu barang atau jasa lingkungan meskipun barang atau jasa lingkungan tersebut tidak digunakan secara langsung dengan melakukan estimasi nilai utilitas dari barang atau jasa lingkungan.

3. CVM dapat diaplikasikan pada berbagai jenis barang atau jasa lingkungan di sekitar masyarakat.

4. CVM memerlukan analisis yang baik, namun hasil penelitian tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan.

Penggunaan teknik CVM memiliki kelemahan dalam pengumpulan data dengan munculnya berbagai bias (Tietenberg 1988) antara lain:

1. Bias Strategi (Strategic Bias)

Terdapat pemberian nilai bias pada WTP, pemberian nilai WTP yang kecil dengan alasan dan pemikiran adanya responden lain yang bersedia memberikan nilai yang lebih besar dalam peningkatan kualitas lingkungan atau pun sebaliknya, responden memberikan nilai yang terlalu besar dari nilai yang sesungguhnya mereka rasakan dikarenakan ada kepentingan tertentu.

2. Bias Informasi (Information Bias)

Bias terhadap informasi dapat terjadi apabila responden yang dimintai penilaian terhadap suatu sumber daya, barang dan/atau jasa lingkungan guna memperoleh WTP tidak pernah mengetahui atau merasakan secara langsung sumber daya, barang dan/atau jasa lingkungan yang ditanyakan.

3. Bias Titik Awal (Starting Point Bias)

Bias terhadap titik awal bisa terjadi saat instrumen survey yang ditanyakan kepada responden menimbulkan bias. Perancangan rentang nilai pada suatu instrumen survey bisa mempengaruhi jawaban dari responden.

4. Bias Hipotetik (Hypothetical Bias)

Bias hipotetik dapat timbul dikarenakan responden dihadapkan pada situasi yang dibuat-buat, bukan yang sebenarnya. Responden yang tahu bahwa mereka tidak akan sungguh-sungguh diminta untuk membayar akan cenderung memberikan nilai yang tidak sesuai dengan pertimbangan sesungguhnya.

3.1.2 Tahapan Willingness to Pay (WTP)

Willingness to Pay yaitu nilai yang bersedia dibayar oleh warga yang tinggal dan menetap di sekitar RTH Taman Kota Waduk Pluit sebagai balas jasa akibat peningkatan kualitas lingkungan dari keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit dan juga agar tetap dapat merasakan jasa lingkungan, ekonomi, dan sosial dari RTH tersebut.

Dalam menganalisis WTP diperlukan suatu asumsi yang mana asumsi adalah suatu anggapan atau pernyataan yang sudah dianggap benar berdasarkan beberapa teori atau hasil observasi yang sudah dilakukan. Asumsi diperlukan dalam melakukan penelitian ini untuk menyederhanakan dan memperjelas inti permasalahan dalam pelaksanaan penelitian ini. Beberapa asumsi yang perlu dibentuk dalam pengungkapan preferensi nilai Willingness to Pay dari setiap responden yang telah ditentukan antara lain:

1. Responden merupakan warga yang tinggal dan menetap di daerah Kelurahan Pluit Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara yang mengetahui dan/atau merasakan keberadaan RTH Taman Kota Waduk Pluit.

2. Nilai WTP yang diberikan merupakan nilai maksimum atau tertinggi yang bersedia dibayar responden apabila kondisi iuaran atau pembayaran atas jasa lingkungan dari RTH benar-benar dilakukan.

3. Responden dipilih dengan cara Purposive Sampling yang merupakan penentuan sampel secara non probabilitas terhadap responden yang memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan dan/atau sudah ditentukan sebelumnya (Scheaffer et al. 1990).

4. Kuisioner sudah dibentuk sedemikian rupa agar sesuai dengan metode yang akan digunakan dan responden yang dipilih.

5. Responden mengerti dan paham akan kuisioner yang diajukan dan mengisinya sesuai dengan kemampuan dan keinginan dari masing-masing responden.

Dalam memperoleh nilai Willingness to Pay diperlukan beberapa tahapan agar nilai tersebut dapat diperoleh secara baik dan benar. Ada pun tahapan dalam analisis nilai WTP (Hanley dan Spash 1993) antara lain:

1. Menentukan Pasar Hipotetik

Berupa tahapan awal dengan membangun suatu alasan atau asumsi mengapa responden seharusnya membayar suatu jasa yang disediakan oleh lingkungan, dimana tidak terdapat harga pasar dari jasa lingkungan tersebut. Penentuan pasar hipotetik juga sangat penting untuk membangun pemikiran responden agar responden dapat memberikan sejumlah besaran WTP yang rasional. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Berupa tahapan setelah kuisioner selesai dibuat dimana dilakukannya wawancara terhadap sampel yang telah ditentukan, baik dengan cara tatap muka, wawancara via telepon atau surat. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapat besaran WTP yang akan dibahas lebih lanjut pada penelitian ini.

3. Mencari Nilai Rata-Rata atau Nilai Tengah WTP

Berupa tahapan setelah data mengenai WTP terkumpul maka dilanjutkan dengan mencari nilai tengah (Median) apabila terjadi perbedaan data yang mencolok. Pengunaan nilai rata-rata (Mean) apabila data menyebar relatif normal.

4. Menduga kurva WTP

Berupa tahapan pembentukan kurva setelah nilai WTP diketahui dan dijadikan variabel terikat dan faktor-faktor yang mempengaruhi WTP sebagai variabel bebas. Kurva WTP dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan atau meramalkan perubahan nilai WTP akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP tersebut.

5. Menjumlahkan Data

Berupa tahapan untuk mengkonversi nilai rata-rata atau nilai tengah WTP yang dijadikan nilai WTP populasi.

6. Mengevaluasi Penggunaan dari CVM

Berupa tahapan untuk menilai sejauh mana responden memahami dan mengerti pertanyaan dan pasar hipotetik yang sudah disusun dalam pembentukan kuisioner.

Menurut Berry and Martha (2002) tahapan-tahapan untuk menganalisis CVM antara lain:

1. Identifikasi dan deskripsi dari karakteristik kualitas lingkungan yang akan divaluasi.

2. Identifikasi responden yang akan diwawancarai, termasuk prosedur penarikan sampel yang digunakan untuk memilih responden.

3. Merancang dan mengaplikasikan kuisioner survey melalui tatap muka, komunikasi via telepon atau surat elektronik.

4. Menganalisis hasil dan menjumlahkan respon tiap individu untuk mengestimasi nilai kelompok yang terpengaruh perubahan lingkungan.

Metode yang dapat digunakan dalam pengaplikasian pertanyaan kuisioner untuk mengungkapkan preferensi Willingness to Pay responden yang sudah ditentukan (Hanley dan Spash 1993) antara lain:

1. Bidding Game

Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dimana responden akan diajukan satu harga awal atau harga dasar yang menjadi titik acuan sistem tawar-menawar yang bertujuan untuk mencapai harga tertinggi yang disepakati dan hendak dibayarkan oleh responden.

2. Closed-ended Question

Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dengan pertanyaan tertutup dimana responden diberikan beberapa pilihan harga dari jasa lingkungan tertentu sehingga responden dapat langsung memilih pilihan yang sesuai dengan kemampuan dari responden tersebut.

3. Open-ended Question

Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dengan pertanyaan terbuka dimana responden akan langsung diberi pertanyaan mengenai harga maksimum yang hendak dibayarkan atas suatu jasa lingkungan tertentu tanpa memberikan titik acuan tertentu.

4. Payment Card Referendum

Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dengan menawarkan kepada responden beberapa kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk

membayar sehingga responden dapat memilih salah satu nilai maksimal atau minimal sesuai dengan tingkat kemampuan dan preferensinya.

3.1.3 Model Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah hubungan yang dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel tak bebas dan satu atau lebih variabel bebas. Menurut Gujarati (1978), tujuan analisis regresi adalah untuk menaksir nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai-nilai variabel yang ada, untuk menguji hipotesis tentang sifat ketergantungan antar variabel, dan untuk memprediksi nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai variabel bebas yang berada diluar rentang sampel.

Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda.Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS).

Sifat-sifat OLS adalah penaksiran OLS tidak bias, penaksiran OLS mempunyai varian yang minimum, konsisten, efisien, dan linier. Analisis regresi berganda digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter (variabel penjelas yang diamati). Asumsi-asumsi yang dapat digunakan untuk model regresi linier berganda dengan OLS adalah :

1. E (ui) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, ...., n, artinya rata-rata galat adalah nol, dengan nilai yang diharapkan bersyarat dari ui tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol.

2. Cov (ui,uj) = 0, i ≠ j. artinya covarian (ui,uj) = 0, dengan kata lain tidak ada

autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain.

3. Var (ui) = 2, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, ...., n. Artinya setiap galat

memiliki varian yang sama (asumsi homoskedastisitas).

4. Cov (ui, X1i) = cov (ui, X2i) = 0. Artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang

pasti antara variabel yang menjelaskan, atau variabel penjelas harus saling bebas. Fungsi umum regresi berganda dituliskan sebagai berikut (Juanda 2009):

Y = β0+ β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki + εi ...(1)

dimana :

Y = Peubah tak bebas

i = Nomor pengamatan dari 1 sampai n (sample) Xki = Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk

β 0 = Intersep

β 1,3,..n = Parameter penduga Xi

i = Pengaruh sisa (error term)

3.1.4 Formulasi Strategi Implementasi (SWOT dan QSPM)

Dalam sebuah perencanaan strategi diperlukan berbagai macam identifikasi dan analisis lingkungan secara eksternal dan internal agar strategi tersebut dapat mencapai sasaran. Analisis lingkungan eksternal merupakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang berada di luar sistem tertentu yang berkepentingan dalam pengembangan strategi berupa peluang dan ancaman. Peluang merupakan faktor eksternal berupa kondisi yang menarik, diharapkan dan berdampak baik pada suatu strategi. Ancaman merupakan faktor eksternal berupa tantangan yang kemungkinan dapat terjadi dari kecenderungan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan, berpotensi untuk menghambat dan membahayakan suatu strategi. Analisis lingkugan internal merupakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang berada di dalam sistem tertentu yang berkepentingan dalam pengembangan strategi berupa kekuatan dan kelemahan. Kekuatan merupakan faktor internal berupa kelebihan-kelebihan yang dimiliki untuk dimanfaatkan dan dikembangkan dalam rangka meraih peluang. Kelemahan merupakan faktor internal berupa kekurangan-kekurangan yang dimiliki suatu sistem yang dapat menghambat perolehan peluang (Kotler 1994). Dalam mengidentifikasi peluang (opportunity), ancaman (threat), kekuatan (strength), dan kelemahan (weakness) diperlukan tahapan input yang menggunakan External Factor Evaluation Matrix (EFE) dan

Internal Factor Evaluation Matrix (IFE) (David 2007).

Analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) merupakan tahapan analisis pencocokan (matching) dari faktor eksternal dan internal. Analisis ini merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor internal

berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta faktor eksternal berupa peluang (opportunity) dan ancaman (threat) lingkungan luar strategi yang menyajikan kombinasi-kombinasi terbaik di antara keempat jenis faktor. Setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada, dapat ditentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus untuk meminimalisasi atau mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang ada. Ada pun kombinasi strategi SWOT dari keempat faktornya adalah sebagai berikut (David 2007):

1. Strengths-Opportunities (SO). 2. Weaknesses-Opportunities (WO). 3. Strengths-Threats (ST).

4. Weaknesses-Threats (WT).

Menurut David (2007) langkah berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan atau decision stage dengan menggunakan suatu teknik yang dirancang untuk menentukan ketertarikan secara relatif dari berbagai kegiatan atau aksi alternatif yang memungkinkan yaitu penggunaan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM disajikan dalam bentuk matriks yang disusun berdasarkan faktor strength, weakness, opportunity, dan threat setelah alternatif strategi dikembangkan. Analisis QSPM memungkinkan untuk mengevaluasi kemudian memilih strategi yang sesuai dengan lingkungan internal serta lingkungan eksternal.

Dokumen terkait