• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Parameter Fungsi Permintaan Rumah-

VII. PERILAKU KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI PAD

7.1.1. Estimasi Parameter Fungsi Permintaan Rumah-

Hasil estimasi parameter fungsi permintaan rumahtangga petani disajikan pada Tabel 34. Nilai koefisien determinasi (R2) sistem yang diperoleh sebesar 0.5704 diartikan bahwa sebagian besar petani di lahan sawah irigasi (57.04 persen) proporsi permintaan pangan, non pangan dan waktu luang rumahtangga dipengaruhi oleh tingkat harga dan upah atau dengan kata lain bahwa harga dan upah masih menjadi faktor penting bagi rumahtangga dalam mengalokasikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan dan keputusan petani memilih waktu luang. Hal ini dicerminkan dari 60 koefisien regresi yang diamati 46 diantaranya (76.67 persen) memiliki tanda yang nyata pada tingkat 90 hingga 99 persen. Hasil ini menyiratkan bahwa selain harga dan upah masih ada

faktor lain yang mempengaruhi pangsa pengeluaran pangan dan non pangan serta waktu luang rumahtangga petani seperti preferensi, kebiasaan dan budaya setempat.

Dari sistem persamaan permintaan barang pasar (pangan yang dibeli dan non pangan) ternyata pangsa pengeluarannya tidak dipengaruhi oleh harga padi dan harga sayur. Hal ini menggambarkan bahwa besar kecilnya permintaan barang pasar bagi rumahtangga di lahan irigasi relatif stabil karena rumahtangga tetap harus mengalokasikan pendapatan untuk membeli keperluan tersebut. Proporsi konsumsi non pangan menduduki peringkat pertama dari seluruh pengeluaran rumahtangga yaitu 25.62 persen dari pendapatan total rumahtangga mengingat konsumsi non pangan adalah semua pengeluaran di luar pangan seperti biaya anak sekolah, perawatan kesehatan, biaya listrik dan bahan bakar lainnya. Dari beberapa keperluan rumahtangga maka biaya bahan listrik dan bahan bakar memiliki proporsi terbesar (27.75 persen) diikuti oleh biaya pendidikan (23.95 persen). Oleh karena itu masih diperlukan kebijakan harga pada tarif dasar listrik, harga minyak dan biaya pendidikan anak sekolah.

Waktu luang anggota keluarga pria dan wanita sangat ditentukan oleh variasi harga dan upah kecuali harga sayur karena kontribusi pendapatan dari sayur relatif kecil. Variabel pendapatan mempunyai pengaruh yang signifikan dengan tanda negatif terhadap waktu luang artinya untuk meningkatkan pendapatan maka anggota rumahtangga akan mengurangi waktu luang dan menambah waktu untuk bekerja. Namun pada tingkat pendapatan tertentu dengan

Tabel 34. Estimasi Parameter Fungsi Permintaan Rumahtangga Petani Padi Lahan Sawah Irigasi di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Pangsa Permintaan

Variabel Independen Padi Sayur Pangan Dibeli Non Pangan Luang TK Pria Luang TK Wanita

1. Intersep -0.7037*** -0.0758*** 0.4083*** -0.0566*** 0.7490*** 0.6788***

2. Harga padi 0.0030*** -0.0012*** 0.0031*** -0.0005*** 0.0163*** -0.0207***

3. Harga sayur -0.0012*** 0.0018*** 0.0005*** -0.0009*** -0.0005*** 0.0004***

4. Harga pangan dibeli 0.0031*** 0.0005*** 0.0729*** 0.0601*** -0.1066*** -0.0300***

5. Harga non pangan -0.0005*** -0.0009*** 0.0601*** 0.0834*** -0.0718*** -0.0704***

6. Upah TK pria 0.0163*** -0.0005*** -0.1066*** -0.0713*** 0.5257*** -0.3631***

7. Upah TK wanita -0.0207*** 0.0003*** -0.0300*** -0.0704*** -0.3631*** 0.4838***

8. Pendapatan 0.1209*** 0.0119*** -0.0633*** -0.0218*** -0.0235*** -0.0243***

9. Jumlah anggota keluarga 0.1959*** 0.0253*** -0.0474*** 0.0885*** -0.1542*** -0.0717***

10. Pendidikan KK 0.5377*** 0.0630*** -0.2444*** -0.0400*** 0.1058*** 0.0644***

Keterangan : *** berpengaruh nyata pada taraf 90 persen

Keterangan :*** berpengaruh nyata pada taraf 95 persen

adanya peningkatan upah maka tenaga kerja akan lebih memilih meningkatkan waktu luang. Terhadap produk yang tidak dihasilkan rumahtangga kepala keluarga bertanggungjawab dengan mengurangi waktu luang jika terjadi kenaikan harga barang pasar dan akan lebih meningkatkan waktu bekerja untuk memperoleh pendapatan atau upah.

Harga padi tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pangsa pengeluaran padi karena bagi rumahtangga petani khususnya di lahan sawah irigasi dengan asumsi keadaan normal atau jika tidak terjadi perubahan cuaca secara ekstrim padi selalu tersedia dalam rumah karena rumahtangga dapat memproduksi padi dua hingga tiga kali dalam satu tahun. Namun bila harga sayur mengalami peningkatan maka pangsa padi akan turun karena pangsa pengeluaran untuk sayur akan meningkat ditunjukkan oleh variabel harga sayur nyata dan negatif terhadap pangsa padi dan positif terhadap pangsanya sendiri.

Jika melihat variabel pendapatan yang mempunyai nilai dugaan positif terhadap padi dan sayur namun mempunyai pengaruh negatif terhadap barang pasar dan waktu luang maka hasil ini menyiratkan bahwa dengan pendapatan yang meningkat maka rumahtangga akan meningkatkan pangsa pengeluaran pangan untuk padi dan sayur, mengurangi pangsa pengeluaran barang pasar dan waktu luang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa padi dan sayur merupakan barang normal bagi rumahtangga petani. Dengan pendapatan yang meningkat maka konsumsi barang akan meningkat atau dengan pendapatan yang lebih tinggi rumahtangga lebih leluasa mengalokasikan kembali pendapatan untuk kebutuhan pangan rumahtangga.

Berbeda dengan hasil yang diperoleh Sawit (1993) yang mendapatkan hasil estimasi pendapatan terhadap permintaan padi bertanda positif dan mendekati nol (0.0032), sedangkan terhadap permintaan palawija bertanda negatif (-0.0001) yang dapat diartikan apapun tanda koefisien regresi yang diperoleh perubahan pendapatan cenderung tidak mengubah permintaan pangan produksi rumahtangga. Berbeda pula dengan penelitian Susila (2005) yang mendapatkan variabel pendapatan negatif terhadap pangsa pengeluaran beras, yaitu -0.0219. Dalam penelitian ini hanya permintaan sayur yang mendekati nol, yaitu 0.0019, sedangkan terhadap pangsa pengeluaran padi sebesar 0.1209.

Jika dilihat dari tanda negatif pada perubahan pendapatan terhadap pangsa pengeluaran barang pasar (pangan yang dibeli dan non pangan) maka dapat diartikan bahwa rumahtangga petani masih akan mengurangi pangsa untuk barang pasar jika terjadi kenaikan harga barang pasar dan mengkonsumsi jenis pangan yang diproduksi rumahtangga atau dengan kata lain diversifikasi pangan belum membudaya di wilayah penelitian mengingat adanya keterbatasan di wilayah penelitian terhadap produk di luar pertanian sehingga akses untuk memperoleh produk non pertanian masih terbatas.

Pengaruh variabel demografi yaitu jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan kepala keluarga hampir seluruhnya signifikan terhadap permintaan rumahtangga. Kedua parameter tersebut signifikan dengan tanda positif terhadap permintaan padi dan sayur, berpengaruh negatif terhadap permintaan pangan yang dibeli dan permintaan konsumsi non pangan. Hasil ini dapat diartikan jika jumlah anggota keluarga meningkat maka permintaan padi dan sayur juga akan meningkat karena padi dan sayur masih merupakan jenis pangan pokok yang

dikonsumsi sehari-hari sedangkan terhadap permintaan pangan yang dibeli dan non pangan pangsa pengeluarannya semakin kecil disebabkan bahwa dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga maka rumahtangga akan lebih mengalokasikan pendapatan untuk kebutuhan pangan pokok sehingga pangsa untuk konsumsi pangan yang dibeli dan konsumsi non pangan semakin rendah.

Hasil penelitian serupa juga dilaporkan oleh Abdulai et al. (1999) bahwa variabel jumlah anggota keluarga nyata dan positif untuk persamaan pangsa pengeluaran pangan yang murah dan bertanda negatif untuk jenis pangan yang mahal. Rachman (2001) juga mendapatkan variabel jumlah anggota keluarga sebagian besar nyata mempengaruhi pangsa pengeluaran pangan dengan tanda positif, sedangkan Kemalawaty (1999) mendapatkan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap pangsa pengeluaran pangan yang diminta rumahtangga, yaitu pangsa ikan, daging ternak dan telur.

Tingkat pendidikan kepala keluarga mempunyai pengaruh nyata terhadap semua permintaan rumahtangga dengan tanda berbeda antar permintaan. Berbeda dengan hasil penelitian Rachman (2001) yang melaporkan bahwa dengan tingginya tingkat pendidikan kepala keluarga terdapat kecenderungan menurunnya pangsa pengeluaran untuk pangan pokok disebabkan oleh adanya pergeseran ke arah pangan yang lebih bermutu. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dengan semakin tingginya tingkat pendidikan kepala keluarga pangsa pengeluaran produk rumahtangga (padi dan sayur) semakin tinggi dan menurunnya pangsa untuk pangan yang dibeli dan pangsa non pangan. Hal ini dapat dimengerti bahwa rata-rata pendidikan kepala keluarga di daerah penelitian masih setara dengan pendidikan dasar sehingga belum membentuk pola pikir ke

arah pemenuhan gizi keluarga yang dapat diperoleh dengan mendiversifikasi bahan pangan.

Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Abdulai et al. (1999) bahwa pendidikan kepala keluarga mempengaruhi konsumsi pangan di daerah perkotaan di India. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di daerah pedesaan yang didominasi oleh petani, tingkat pendidikan kepala keluarga belum bisa mempengaruhi pola konsumsi pangan rumahtangga yang mengarah kepada kecukupan gizi anggota keluarga. Disamping itu infrastruktur pedesaan yang belum terbenahi dengan baik seperti jalan desa, jasa listrik dan pasar desa pada hari-hari tertentu dapat menghambat akses rumahtangga terhadap informasi jenis pangan yang tidak diproduksi oleh rumahtangga petani.

7.1.2. Estimasi Parameter Fungsi Permintaan Rumahtangga Petani Padi Lahan Sawah Tadah Hujan

Hasil estimasi model permintaan rumahtangga yang mencakup permintaan pangan, non pangan dan waktu luang petani padi lahan sawah tadah hujan disajikan pada Tabel 35. Dari hasil analisis diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sistem sebesar 0.4635 artinya 46.35 persen proporsi pengeluaran rumahtangga dipengaruhi oleh tingkat harga dan upah. Hal ini dapat diamati dari 60 koefisien regresi terdapat 44 koefisien (73.33 persen) memiliki tanda yang nyata pada tingkat 90 hingga 99 persen.

Dari enam persamaan pangsa pengeluaran terlihat bahwa variabel harga padi hanya mempengaruhi pangsanya sendiri dan tidak mempengaruhi pangsa pengeluaran lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi rumahtangga selain konsumsi padi tidak bergantung dari perubahan harga padi. Di sisi lain, harga sayur akan mempengaruhi permintaannya sendiri dan pangan yang dibeli

Tabel 35. Estimasi Parameter Fungsi Pangsa Permintaan Rumahtangga Petani Padi Lahan Sawah Tadah Hujan di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009

Pangsa Permintaan

Variabel Independen Padi Sayur Pangan yang

Dibeli

Non Pangan Luang TK Pria Luang TK Wanita

1. Intersep -0.8738*** -0.0858*** 0.2444*** 0.0248*** 1.2743*** 0.4161***

2. Harga gabah 0.0093*** 0.0013*** -0.0002*** 0.0037*** -0.0034*** -0.0107***

3. Harga sayur 0.0013*** 0.0017*** 0.0034*** 0.0027*** -0.0031*** -0.0059***

4. Harga pangan dibeli -0.0002*** 0.0034*** 0.0846*** 0.0436*** -0.0746*** -0.0568***

5. Non pangan 0.0037*** 0.0027*** 0.0436*** 0.0685*** -0.0746*** -0.0438***

6. Upah TK pria -0.0034*** -0.0031*** -0.0746*** -0.0746*** 0.4229*** -0.2672***

7. Upah TK wanita -0.0107*** -0.0059*** -0.0568*** -0.0438*** -0.2672*** 0.3844***

8. Pendapatan 0.1414*** 0.0126*** -0.0374*** -0.0102*** -0.0976*** -0.0088***

9. Jumlah anggota keluarga 0.7621*** 0.0816*** -0.1349*** 0.0461*** -0.4602*** 0.1009***

10. Pendidikan KK 0.3268*** 0.0310*** -0.0681*** -0.0036*** -0.1520*** 0.1085***

Keterangan : *** = nyata pada taraf 95 persen

dengan tanda positif. Hasil ini mengindikasikan bahwa meskipun usahatani sayur bukan usahatani pokok, namun bila harga sayur meningkat maka pendapatan petani juga akan meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan dari usahatani sayur akan dialokasikan untuk meningkatkan pangan yang dibeli, sedangkan terhadap konsumsi sayur sendiri pangsanya meningkat dengan meningkatnya harga sayur.

Variabel pendapatan berpengaruh nyata dengan tanda positif terhadap pangsa permintaan padi dan sayur, bertanda negatif terhadap pangsa pangan yang dibeli, konsumsi non pangan serta waktu luang. Hal ini menyiratkan bahwa apabila pendapatan meningkat maka pengsa pengeluaran padi dan sayur juga meningkat tetapi pangsa pangan yang dibeli, pangsa konsumsi non pangan dan waktu luang akan menurun. Pernyataan ini menggambarkan bahwa padi dan sayur masih merupakan pangan pokok dan merupakan barang normal serta pola konsumsi pangan keluarga petani cenderung belum mengarah ke ragam pangan yang dibeli. Dengan pendapatan yang meningkat maka tenaga kerja akan mengurangi waktu luang untuk bekerja baik di usahatani maupun di luar usahatani untuk mendapatkan upah.

Variabel demografi rumahtangga nyata mempengaruhi pangsa pengeluaran rumahtangga petani kecuali konsumsi non pangan. Jumlah anggota keluarga nyata mempengaruhi konsumsi pangan produksi rumahtangga dengan tanda positif serta konsumsi pangan yang dibeli dengan tanda negatif, artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka konsumsi padi dan sayur meningkat, sedangkan konsumsi pangan yang dibeli menurun. Yang menarik dari perubahan variabel demografi adalah signifikan dengan tanda negatif terhadap

waktu luang pria dan positif terhadap luang wanita. Ini menyiratkan bahwa dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga maka kepala keluarga akan mengurangi waktu luang, sedangkan semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga akan semakin sedikit waktu luang, sebaliknya bagi wanita akan lebih banyak mengalokasikan waktu untuk kegiatan rumahtangga.

Bila dicermati dari hasil penelitian ini koefisien upah tenaga kerja mempunyai tanda yang berkebalikan antara tenaga kerja pria dan wanita terhadap waktu luang tenaga kerja. Bila upah tenaga kerja pria meningkat maka kepala keluarga akan meningkatkan waktu luang, tetapi tidak bagi ibu rumahtangga. Namun bila upah tenaga kerja wanita meningkat maka ibu rumahtangga akan mengurangi waktu bekerja dan lebih banyak luang, sedangkan kepala keluarga akan lebih giat bekerja. Hal ini dapat dipandang bahwa pada tingkat pendapatan tertentu pekerja pria dan wanita saling mendukung guna memperoleh pendapatan. Temuan serupa juga diperoleh pada penelitian Sawit (1993) dan Susila (2005) dimana upah tenaga kerja pria berpengaruh nyata dengan tanda positif terhadap waktu luang tenaga kerja pria dan berpengaruh negatif terhadap waktu luang tenaga kerja wanita.

Dokumen terkait