• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Prioritas

Sasaran peningkatan ketahanan pangan tahun 2012, adalah:

a) terpeliharanya dan meningkatnya tingkat pencapaian swasembada bahan pangan pokok;

b) terjaminnya penyaluran subsidi pangan bagi masyarakat miskin; c) terjaganya stabilitas harga bahan pangan dalam negeri;

d) meningkatnya kualitas pola konsumsi pangan masyarakat dengan skor pola pangan harapan (PPH) menjadi sekitar 89,8;

e) terlindunginya dan meningkatnya lahan pertanian pangan;

f) terbangunnya dan meningkatnya luas layanan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi;

g) meningkatnya PDB sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan dengan pertumbuhan sekitar 3,2 persen; serta

h) tercapainya indeks Nilai Tukar Petani (NTP) di atas 105 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) menjadi 110.

Arah Kebijakan

Arah kebijakan pembangunan ketahanan pangan pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatkan produksi pangan terutama daging sapi dan ikan serta mencapai surplus produksi padi untuk memantapkan ketahanan pangan, melalui:

(a) perluasan areal/ekstensifikasi dan optimasi lahan,

(b) intensifikasi, dengan peningkatan produktivitas (teknologi) dan intensitas tanaman,

(c) peningkatan produktivitas dengan penyediaan sarana pertanian (bantuan benih, pupuk), penerapan teknologi dan penyuluhan,

(e) mendukung pelaksanaan undang-undang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

(2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan, melalui:

(a) pengelolaan konsumsi dengan melakukan diversifikasi konsumsi pangan, pengembangan industri pangan berbasis tepung dan pangan lokal,

(b) stabilisasi harga pangan dalam negeri dengan peningkatan efisiensi distribusi dan logistik pangan, terutama peningkatan peran serta BUMN, dan

(c) penyediaan pangan bersubsidi untuk keluarga miskin; (3) Meningkatkan kualitas konsumsi pangan, melalui:

(a) peningkatan mutu pangan, melalui pengolahan hasil, dan (b) peningkatan ketersediaan sumber protein terutama ikan.

Prioritas 6: INFRASTRUKTUR

Sasaran Prioritas (1) Sumber Daya Air

a. Meningkatkan jumlah kawasan yang terlindungi dari bahaya banjir dan abrasi pantai, termasuk pemulihan pasca bencana alam.

b. Mempercepat pencapaian prioritas nasional penanganan secara terpadu DAS Bengawan Solo.

c. Mendukung upaya peningkatan akses penduduk terhadap air minum sesuai

target MDG’s.

(2) Transportasi

a. Meningkatnya keterhubungan wilayah untuk memperlancar arus distribusi barang dan manusia.

b. Meningkatnya keselamatan masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi.

c. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas prasarana transportasi dan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi sesuai dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda.

(3) Perumahan dan Permukiman

Penyediaan rumah layak huni dan terjangkau melalui pembangunan rusunawa 223 twin blok (TB), fasilitasi pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas kawasan perumahan dan permukiman sebanyak 190.500 unit serta fasilitasi dan stimulasi perumahan swadaya sebanyak 53.333 unit.

(4) Komunikasi dan Informatika

a. Prosentase jumlah ibukota kabupaten/kota yang dilayani jaringan broadband mencapai sekurang-kurangnya 76 persen dari total ibukota kabupaten/kota. b. Prosentase ibukota provinsi yang terhubung dengan jaringan backbone serat

c. Lanjutan beroperasinya fasilitas jasa akses telekomunikasi di 33.186 desa dan Pusat Layanan Internet Kecamatan di 5.748 desa ibukota kecamatan sebagai bagian dari program USO.

(5) Penataan Ruang

a. Penguatan kelembagaan dalam rangka paduserasi rencana pembangunan, termasuk MP3EI, dengan RTR.

b. Penyelesaian peraturan perundang-undangan amanat UU 26/2007, termasuk di dalamnya RTR Pulau, RTR KSN, RTRWP dan RTRWK, yang juga dilakukan dalam rangka menunjang paduserasi rencana pembangunan dan RTR.

Arah Kebijakan

Secara umum arah kebijakan pembangunan infrastruktur berdasarkan RPJMN 2010- 2014 akan difokuskan pada: (i) Meningkatkan pelayanan infrastruktur sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM), (ii) Mendukung peningkatan daya saing sektor riil, dan (iii) Meningkatkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).

Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan pelayanan infrastruktur sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) diprioritaskan pada penyediaan infrastruktur dasar untuk mendukung peningkatan kesejahteraan. Sasaran fokus prioritas adalah terjaminnya ketersediaan infrastruktur dasar sesuai dengan tingkat kinerja yang telah ditetapkan, dengan indikator presentase tingkat pelayanan sarana dan prasarana yang meliputi sarana dan prasarana sumber daya air, transportasi, perumahan dan permukiman, energi dan ketenagalistrikan, serta komunikasi dan informatika.

Secara lebih rinci, arah kebijakan dalam rangka meningkatkan pelayanan infrastruktur sesuai SPM meliputi:

1. Rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi untuk menjamin keberlanjutan dan tingkat pelayanan transportasi kepada seluruh lapisan masyarakat;

2. Penyediaan fasilitas keselamatan transportasi yang memenuhi standar keselamatan internasional, guna mendukung penurunan tingkat kecelakaan sebesar 50 persen dari kondisi saat ini, yang didorong melalui pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK); 3. Penyediaan pelayanan transportasi perintis di wilayah terpencil, pedalaman dan

perbatasan dan public service obligation (PSO) untuk angkutan penumpang kelas ekonomi perkeretaapian dan angkutan laut;

4. Meningkatkan profesionalisme SDM transportasi (petugas, operator dan pengguna), melalui pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta pembinaan teknis tentang pelayanan operasional transportasi;

5. Pengembangan transportasi yang ramah lingkungan dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;

6. Penyediaan dan penambahan fasilitas dan peralatan pencarian dan penyelamatan (SAR) untuk meningkatkan kemampuan dan kecepatan tindak awal SAR dalam operasi penanganan kecelakaan transportasi dan bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya.

7. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak dan terjangkau;

8. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui penyediaan prasarana, sarana dasar, dan utilitas umum yang memadai dan terpadu dengan pengembangan kawasan perumahan dalam rangka mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; 9. Mendukung upaya peningkatan akses penduduk terhadap air minum sesuai target

MDG’s melalui: (1) pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah

rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis; (2) pengendalian pemanfaatan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air baku; dan (3) meningkatkan pembangunan tampungan-tampungan dan saluran pembawa air baku, dan optimalisasi sumber air baku yang ada melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan. 10. Meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air, dengan: (1) mempercepat

penyelesaian peraturan pemerintah dan pedoman teknis lainnya sebagai turunan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; (2) meningkatkan komunikasi, kerjasama, koordinasi antarlembaga dan antarwadah pengelolaan sumber daya air yang telah terbentuk; (3) melanjutkan proses peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air dan peningkatan pemberdayaan serta partisipasi masyarakat terutama di tingkat kabupaten/kota; 4) mempercepat penyelesaian rancangan pola pengelolaan Sumber Daya Air yang berbasiskan wilayah sungai, baik yang menjadi kewenangan pusat, provinsi maupun kabupaten.

11. Meningkatkan ketersediaan dan kemudahan akses terhadap data serta informasi dalam rangka pengelolaan sumber daya air secara terpadu, efektif, efisien dan berkelanjutan, dengan: (1) mendorong terbentuknya jaringan informasi sumber daya air antar seluruh pemangku kepentingan (stakeholders); (2) membangun dan mengoptimalkan jaringan basis data antar seluruh stakeholders dan menetapkan standar, kodifikasi, klasifikasi, proses dan metode/prosedur pengumpulan dan penyebaran data dan informasi; dan (3) melakukan collecting, updating dan sinkronisasi data serta informasi secara rutin dari instansi/lembaga terkait.

12. Menutup wilayah blank spot informasi melalui pemerataan penyediaan infrastruktur dan layanan komunikasi dan informatika; serta peningkatan jangkauan dan mempertahankan keberlanjutan layanan komunikasi dan informatika di wilayah perbatasan, perdesaan, terpencil, dan wilayah non komersial lain.

Arah kebijakan dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil diprioritaskan pada penyediaan sarana dan prasarana yang mampu menjamin kelancaran distribusi barang, jasa, dan informasi untuk meningkatkan daya saing produk nasional. Sasaran fokus prioritas adalah meningkatnya pelayanan sarana dan prasarana yang mendukung sektor riil, dengan indikator presentase peningkatan kapasitas dan kuantitas pelayanan sarana dan prasarana yang meliputi sarana dan prasarana sumber daya air, transportasi, perumahan dan permukiman, energi dan ketenagalistrikan, serta komunikasi dan informatika.

Secara lebih rinci, arah kebijakan dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riilmeliputi:

1. Pembangunan jalan lintas strategis nasional dan terintegrasi dalam suatu sistem transportasi nasional dan regional yang mampu menghubungkan wilayah-wilayah strategis dan kawasan cepat tumbuh, serta outlet-outlet (terminal, pelabuhan dan bandara) untuk meningkatkan perekonomian nasional;

2. Pengembangan sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pengembangan daerah pariwisata dan sentra-sentra produksi pertanian dan industri;

3. Pengembangan sarana dan prasarana penghubung antar-pulau dan antarmoda yang terintegrasi sesuai dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda;

4. Pengembangan transportasi umum massal di wilayah perkotaan yang terjangkau dan efisien sesuai dengan cetak biru transportasi perkotaan;

5. Memenuhi tuntuan kompatibilitas global yang menempatkan jaringan transportasi nasional sebagai subsistem dari jaringan global dan regional, sehingga standar sistem operasi, standar keselamatan, dan kualitas pelayanan dituntut memenuhi standar internasional.

6. Mendorong efisiensi transportasi barang dan penumpang terutama dari aspek penegakan hukum, deregulasi pungutan dan retribusi di jalan, dan penataan jaringan dan ijin trayek.

7. Dalam upaya pengendalian banjir, lahar gunung berapi, dan pengamanan pantai, arah kebijakan pembangunan infrastruktur sumber daya air tahun 2012 diarahkan pada upaya pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir, terutama pada daerah perkotaan dan pusat-pusat perekonomian melalui: (1) percepatan pelaksanaan penanganan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo secara terpadu sesuai dengan tahapan yang direncanakan; (2) memprioritaskan pelaksanaan rehabilitasi sarana dan prasarana pengendali banjir dan lahar sedimen untuk pemulihan pasca bencana Merapi dan Wasior; (3) mengoptimalkan dan mengefektifkan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengendali banjir; (4) meningkatkan pembangunan sarana/prasarana pengamanan pantai dan optimalisasi fungsi sarana/prasarana pengamanan pantai yang telah ada; (5) merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim guna mengoptimalkan upaya pengendalian banjir dan pengamanan pantai; dan 6) meningkatkan koordinasi antarkementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penyelesaian permasalahan sosial dalam pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air

8. Pembangunan komunikasi dan informatika diarahkan kepada: (a) memperkuat konektivitas nasional secara virtual (virtual domestic connectivity) melalui pengembangan infrastruktur broadband nasional termasuk mendorong penetrasi broadband sebagai bentuk universal service melalui pemanfaatan ICT Fund dan mempercepat penetrasi siaran TV digital; (b) memperkuat komunikasi dan pertukaran informasi antarinstansi pemerintah melalui pengembangan e- government secara nasional; (c) meningkatkan e-literasi melalui peningkatan kualitas SDM TIK termasuk aparatur pemerintah; dan (d) mendukung pengembangan industri manufaktur TIK dalam negeri.

Dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur untuk mendukung kesejahteraan rakyat, pada RKP 2012 diupayakan beberapa inisiatif baru yang mendukung Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia dan Program Klaster IV (6 Program +3).

Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) adalah: (a) melanjutkan reformasi strategis kelembagaan dan peraturan perundang- undangan pada sektor dan lintas sektor yang mendorong pelaksanaan KPS, (b) mempersiapkan proyek KPS yang terintegrasi agar dapat diimplementasikan oleh Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah secara matang sehingga dapat menekan biaya transaksi yang tidak perlu, (c) melakukan penguatan peran kelembagaan KPS untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan pelaksanaan KPS dalam menyusun strategi perencanaan dan prioritas sektor yang akan dikerjasamakan, dan (d) menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mendukung investasi dalam pembangunan dan pengoperasian proyek KPS, termasuk menyediakan dana pendukung di dalam APBN.

Strategi yang akan ditempuh adalah: (a) membentuk jejaring dan meningkatkan kapasitas untuk mendorong perencanaan dan persiapan proyek KPS, melakukan promosi KPS, peningkatan kapasitas dalam pengembangan, dan memantau pelaksanaan KPS; (b) membentuk fasilitas-fasilitas yang mendorong pelaksanaan proyek KPS, seperti: fasilitasi dalam penyediaan tanah dan pendanaan seperti Infrastructure funds dan guarantee funds; (c) mendorong terbentuknya regulator ekonomi sektoral yang adil dalam mewakili kepentingan pemerintah, badan usaha, dan konsumen; (d) memfasilitasi penyelesaian sengketa pelaksanaan proyek KPS secara efisien dan mengikat; (e) mempersiapkan proyek KPS yang akan ditawarkan secara matang melalui proses perencanaan yang transparan dan akuntabel; (f) memberi jaminan adanya sistem seleksi dan kompetisi yang adil, transparan, dan akuntabel; (g) meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana daerah melalui peningkatan pengeluaran pemerintah daerah yang didukung oleh kerangka insentif yang lebih baik.

Arah kebijakan penyelenggaraan penataan ruang pada tahun 2012 adalah: (1) penyelesaian materi teknis peraturan perundangan amanat UU 26/2007 antara lain penyusunan RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN) Kawasan Pangandaran-Kalipuncang- Segara Anakan-Nusakambangan (Pacangsanak), RTR KSN Candi Prambanan, RTR KSN Fasilitas Uji Terbang Roket dan Pengamat Dirgantara Pamengpeuk, RTR KSN Taman Nasional Kerinci Seblat, RTR KSN Kawasan Toraja dan sekitarnya, RTR KSN KAPET Khatulistiwa, RTR KSN KAPET Batulicin, RTR KSN Taman Nasional Komodo, RTR KSN Tanjung Puting, RTR KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat, dan RTR KSN Kawasan Timika, persetujuan substansi teknis RTRW untuk 184 kabupaten dan 52 kota; (2) penyerasian sasaran dan indikator rencana pembangunan (RKP, RPJMD dan RKPD) dengan indikasi program lima tahunan dalam RTRWN, RTR Pulau, RTRWP dan RTRWK.