• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDANAAN MELALUI TRANSFER KE DAERAH

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

3.6. PENDANAAN MELALUI TRANSFER KE DAERAH

Pendanaan melalui transfer ke daerah terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus. Dana transfer ke daerah ini merupakan wujud dukungan pemerintah pusat terhadap kegiatan pembangunan di daerah. Kebijakan pengalokasian dana ke daerah pada tahun 2012 masih melanjutkan kebijakan tahun sebelumnya yaitu diarahkan untuk mendukung kesinambungan pembangunan di daerah serta peningkatan kualitas pelaksanaan program/kegiatan prioritas nasional di daerah. Sedangkan tujuan dari dana transfer ke daerah ini adalah untuk: (1) meningkatkan kapasitas fiskal daerah serta mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat, daerah dan antardaerah; (2) menyelaraskan besaran kebutuhan pendanaan di daerah sesuai pembagian urusan pemerintahan antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota; (3) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; (4) meningkatkan daya saing daerah; (5) mendukung kesinambungan fiskal nasional dalam kerangka kebijakan ekonomi makro; (6) meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi lokal daerah; serta (7) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional dan meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah.

3.6.1 DANA PERIMBANGAN

Berdasarkan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, didefinisikan bahwa Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dalam hal ini, alokasi Dana Perimbangan dimaksudkan termasuk untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta antar-Pemerintah Daerah. Dana perimbangan diklasifikasikan menjadi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) yang ditetapkan nilainya menggunakan formula penghitungan tertentu. Pendelegasian tugas pada pemerintah daerah yang semakin besar dalam era desentralisasi berimplikasi pada peningkatan transfer dana dari pemerintah pusat ke daerah yang di dalamnya termasuk dana perimbangan. Untuk ini, peningkatan alokasi dana perimbangan perlu disertai peningkatan kualitas pengelolaannya. Langkah peningkatan kualitas tersebut antara lain melalui penyempurnaan formula penghitungan dan peningkatan koordinasi perencanaan dengan para pemangku kepentingan. Sesuai dengan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka dalam perencanaan penganggaran di daerah juga perlu mendorong penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework). Selain itu, ketepatan waktu dan kepastian nilai alokasi dana perimbangan untuk masing-masing daerah diperlukan oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD yang berkualitas, efektif dan efisien. Dengan demikian ketidakpastian dalam perencanaan dan penganggaran APBD dapat dihindari.

Arah Kebijakan Pengalokasian Dana Alokasi Umum. DAU merupakan instrumen untuk mewujudkan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah yang formula dan mekanisme pengalokasiannya diatur dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Jumlah alokasi DAU sekurang- kurangnya 26 persen pendapatan netto yang ditetapkan APBN. Penentuan besar dana yang mencakup ’kebutuhan fiskal daerah’ dalam rangka melaksanakan fungsi dasar layanan umum, harus mengacu pada tujuan desentralisasi dan otonomi daerah itu sendiri yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata di daerah. Sedangkan arah kebijakan DAU menekankan pada penyempurnaan mekanisme penetapannya agar mengurangi porsi/ unsur belanja pegawai sehingga tidak memicu inefisiensi pegawai pemerintah daerah ataupun memicu pendirian daerah otonom baru. Proxy variables dalam penghitungan ’kebutuhan fiskal’ terus disempurnakan agar semakin mendekati kebutuhan pelayanan minimal (kesehatan, pendidikan) dan belanja infrastruktur sehingga menimbulkan multiplier effect yang signifikan. Arah kebijakan DAU adalah penyempurnaan formula alokasi melalui mekanisme peningkatan koordinasi antar instansi terkait, peningkatan akurasi basis penghitungan, serta akuntabilitas pengguna dana DAU.

Arah Kebijakan Pengalokasian Dana Bagi Hasil. Dana Bagi Hasil (DBH) bersumber dari pajak penghasilan dan sumber daya alam (kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, gas dan panas bumi). DBH dialokasikan untuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam hal kemampuan keuangan (kapasitas fiskal). Setiap daerah perlu mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber penerimaan DBH disertai dengan peningkatan efektivitas penggunaan dana tersebut. Arah kebijakan DBH adalah penyempurnaan formula alokasi DBH dan peningkatan ketepatan waktu penyaluran DBH. Langkah tersebut sejalan dengan RPJMN 2010-2014 yang menekankan pada pelaksanaan tata kelola keuangan yang tepat waktu, tepat sasaran, efisien dan akuntabel. Perlu adanya suatu sistim atau peraturan yang menjadi landasan mekanisme, perhitungan, dan alokasi DBH sedemikian sehingga dapat meminimalkan terjadinya keterlambatan atau kurang bayar DBH ke Daerah.

Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dalam rangka mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran nasional. Alokasi DAK ke daerah ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut: a) Kriteria Umum, yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah, diprioritaskan untuk daerah-daerah yang memiliki kemampuan fiskal rendah atau di bawah rata-rata nasional; b) Kriteria Khusus, yang dirumuskan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang mengatur kekhususan daerah; c) Kriteria Teknis, disusun berdasarkan indikator-indikator teknis yang didukung data-data teknis masing-masing bidang dan ditentukan oleh kementerian teknis.

Secara umum, arah kebijakan DAK tahun 2012 adalah: (a) mendukung pencapaian prioritas nasional dalam RKP 2012 termasuk program-program prioritas nasional yang bersifat lintas sektor/kewilayahan; (b) mendukung perencanaan DAK sesuai dengan kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure framework) dan penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting); dan (c) membantu daerah- daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dalam membiayai pelayanan publik dalam rangka pemerataan pelayanan dasar dan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Sedangkan terkait dengan perencanaan penganggaran dan pelaksanaan DAK maka arah kebijakannya sebagai berikut: (i). menetapkan jumlah alokasi DAK harus jelas dan transparan serta menggunakan kapasitas fiskal sebagai dasar utama; (ii)

mewujudkan APBD yang efektif, efisien dan akuntabel melalui penetapan alokasi DAK yang tepat waktu sebelum periode penyusunan rencana APBD di daerah dilakukan. (iii). meningkatkan koordinasi penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) sehingga tepat sasaran dalam rangka mewujudkan outcome yang ditentukan; (iv) meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan daerah sehingga terwujud sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai APBN dan APBD; (v). meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan DAK di daerah; (vi) memberikan disinsentive bagi pengelola DAK di daerah yang tidak melaporkan pelaksanaan kegiatan DAK di daerahnya, sesuai peraturan yang berlaku; (vii) meningkatkan penyediaan data-data teknis yang terpercaya sebagai basis kebijakan kementerian dan lembaga dalam rangka meningkatkan keserasian dan menghindari duplikasi kegiatan antar Bidang DAK; dan (viii). mendorong kementerian teknis untuk mengalihkan dekon dan tugas perbantuan kepada daerah sesuai dengan kewenangannya.

Kebijakan bidang DAK tahun 2012 ditentukan berdasarkan pada: (i) dukungan terhadap pencapaian prioritas nasional 2012; (ii) arah kebijakan DAK dalam RPJMN 2010- 2014 yang fokus pada outcome oriented dan (iii) penekanan pada klaster IV ( program pro rakyat). Selanjutnya sesuai dengan maksud dan tujuan DAK yang sesuai dengan prioritas nasional, khusus dan untuk daerah tertentu, maka dalam RKP 2012 dilakukan pengelompokan (regrouping) bidang menjadi 12 (dua belas) Kelompok Bidang DAK. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan keterkaitan bidang DAK dengan (a). prioritas nasional, (b). pendekatan outcome serta (c). kedekatan substansi teknis. Dengan adanya pengelompokan ini maka dimungkinkan untuk membatasi penambahan bidang DAK terkecuali sesuai dengan prioritas nasional, pelaksanaan monitoring dan evaluasi DAK yang berdasarkan outcome serta meningkatnya koordinasi penyusunan petunjuk teknis oleh masing-masing kementerian teknis terkait sehingga tidak terjadi overlapping atau duplikasi.Meskipun dilakukan pengelompokan, namun tata kelola DAK yang selama ini sudah berjalan tidak berubah yaitu misalnya petunjuk teknis tetap dilakukan oleh masing- masing kementerian/ lembaga, tidak merubah mata anggaran dan seterusnya.

Selanjutnya dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas dan dalam rangka mendukung tema RKP 2012 yaitu Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang

Inklusif dan Berkeadilan bagi Kesejahteraan Rakyat , maka terdapat 19 (sembilan belas) bidang DAK sebagai berikut: (1) Prasarana Pemerintahan Daerah; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Keluarga Berencana; (5) Infrastruktur Air Minum; (6) Infrastruktur Sanitasi; (7). Pertanian; (8) Infrastruktur Irigasi; (9) Kelautan dan Perikanan; (10) Infrastruktur Jalan; (11) Transportasi Perdesaan; (12) Keselamatan Transportasi Darat; (13) Perumahan dan Kawasan Permukiman; (14) Sarana Perdagangan; (15) Listrik Perdesaan; (16) Kehutanan; (17) Lingkungan Hidup; (18) Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan; dan (19) Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal.

Arah kebijakan bidang-bidang DAK tersebut di atas sesuai dengan kelompok bidangnya adalah sebagai berikut:

I. Kelompok Bidang DAK Prasarana Pemerintah Daerah (PN: Reformasi Birokrasi