• Tidak ada hasil yang ditemukan

 Tidak menghadap qiblat

Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah

Shallallāhu alaihi wa sallam bersabda,

“Jika kamu mendatangi kakus maka janganlah menghadap qiblat dan juga tidak membelakanginya, tetapi menghadaplah ke timur atau barat.” (HR. Bukhari)

Pembangunan kakus harus diposisikan sehingga apabila seseorang buang air di situ, posisi badannya tidak menghadap atau membelakanginya.

 Menjauh atau menutup diri dari pandangan orang lain

Dari Hudzaifah radhiyallāhu ‘anhu,

“Nabi Shallallāhu alaihi wa sallam (kencing) sambil berdiri di balik

sebuah dinding. Saya menjauh, namun beliau memanggil saya, lalu saya mendekat. Saya menunggu di sebelah beliau sampai beliau selesai kencing.” (HR. Bukhari)

Hadist di atas mengisyaratkan pentingnya ketika sedang buang air jangan sampai ada orang lain yang melihat kita. Posisi urinoir yang berjejer yang umum ada pada bangunan-bangunan sehingga orang bisa melihat satu sama lain dalam keadaan buang air, sungguh telah menyalahi sunnah Rasul.

 Tidak buang air sambil berdiri

Hadits ini tidak menganjurkan adanya urinoir yang merupakan

produk barat yang menyalahi sunnah Rasulullah Shallallāhu alaihi wa

sallam. Kencing harus dilakukan dengan jongkok di sebuah kakus yang tertutup sehingga tidak terlihat dengan orang lain.

Dari Abdullah ibn ‘Umar radhiyallāhu ‘anhu,

“Sesungguhnya pada suatu hari saya naik ke atas rumah saya, ketika

commit to user

BAB II - 44

berjongkok di atas dua batu untuk buang air dengan menghadap Bait al-Maqdis.” (HR. Bukhari – Muslim)

Hadits ini juga tidak menganjurkan adanya kloset duduk yang merupakan produk barat yang juga menyalahi sunnah Rasulullah

Shallallāhu alaihi wa sallam. Buang air baik besar maupun kecil harus dilakukan dengan jongkok.

 Pemisahan antara tempat wudhu` dan WC

Dari Abdullah ibn Mughaffal radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah

Shallallāhu alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kamu buang air kecil dalam tempat mandi (kamar mandi), kemudian kamu berwudhu` pula di situ, karena kebanyakan was-was datang dari yang demikian.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Abu Dawud & ibn Majah)

Ini mementingkan adanya pemisahan dan jarak antara ruang wudhu dengan toilet karena kekhawatiran najis yang terbawa atau yang tertinggal serta mengahindari was-was.

Selain prinsip – prinsip dalam teori Nangkula Utaberta diatas, ada juga prinsip Islami yang dapat diterapkan pada bangunan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta, yaitu:

 Tidak menampilkan manusia sebagai peraga pakaian.

Rosulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabdah, “dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku melihat keduanya, a. Sekelompok orang yang memegang cemeti seperti ekor sapi

dengannya mereka memukuli manusia.

b. Kaum wanita yang berpakaian tapi telanjang berjalan berlenggak- lenggok,kepala mereka laksana punuk unta.

2.2.4. Ornamen Islam

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, aspek keindahan merupakan salah satu konsep dalam arsitektur Islami. Di antara banyak kaidah-kaidah Islam pada penerapannya dalam arsitektur, rupanya aspek inilah yang

commit to user

BAB II - 45

banyak mengambil bagian pada perencanaan dan perancangan arsitektur Islami. Sudah menjadi fitrah manusia menyenangi keindahan. Setiap manusia sesunggguhnya menginginkan sesuatu yang dapat menyenangkan dan menenagnkan hati.

Dalam hampir semua karya arsitektur, aspek estetika selalu mendapat perhatian utama. Dekorasi pada arsitektur sangat terkait pada zaman dan budaya suatu masyarakat. Sejalan dengan waktu perkembangan seni hiasan atau ornamental dalam arsitektur kian menunjukan kreatifitasnya. Banyak gaya baru diciptakan tapi tak sedikit yang masih bertahan pada corak hias masa lampau yang sangat bernilai dan beberapa mencoba memadukan di antara keduanya. Motif hias yang sering digunakan pada karya-karya arsitektur Islami terdahulu dan masih digunakan sekarang adalah motif floral, geometris dan kaligrafi.

Berikut beberapa yang termasuk dalam ornamen Islam :

1. Ornamen Floral ( Arabesque )

Berdasakan hadits dari ibn ‘Abbas Ra yang diriwayatkan oleh dua imam hadits, “Jika memang kamu harus menggambar, maka gambarlah pepohonan, dan apa yang tidak mempunyai ruh (nyawa)”, menjadikan ornamen Floral sebagai bagian dari seni dekoratif Islami yang cukup digemari. Motif tersebut berupa bentuk tumbuhan yang memiliki sulur-sulur dan cabang yang banyak dengan pola yang melengkung-lengkung yang menghiasi dinding, kolom, interior, kubah, dan lain-lain.

2. Geometris

Kerap kali kita jumpai, bangunan yang Islami, menggunakan unsur-unsur desain geometris baik dari bentuk bangunan, fasad, denah, maupun pola peruangan yang ada di dalamnya. Bentuk geometris

commit to user

BAB II - 46

sendiri mempunyai pemaknaan kesederhanaan dalam desain. Walaupun tampil dengan kesederhaan, tetapi mempunyai nilai estetis tersendiri jika diterapkan dengan desain yang indah.

3. Kaligrafi

Dari sekian banyak elemen

dekoratif yang mendukung sestetika pada sebuah bangunan ataupun karya arsitektur Islami lainnya, kaligrafi menjadi elemen yang oleh banyak orang dianggap menyatu pada sebuah desain arsitektur Islami. Jadi keberadaannya seperti menjadi sebuah keharusan. Kaligrafi adalah seni menulis huruf indah. Dan dalam konteks ini adalh seni menulis huruf Arab yang umunya berupa ayat Al-Qur’an, lafadz Allah, asmaul khusna, dan nama Muhammad Saw. Jadi keindahannya tidak hanya terletak pada bentuk tulisannya, namun lebih kepada makna dan kemuliannya.

Sejalan dengan perkembangan zaman, kaligrafi pun selama berabad-abad lamanya mengalami perkembangan dengan berbagai aliran atau gaya penulisan baru pada setiap zamannya. Pada masa Islam awal, dikenal gaya Mashq. Huruf Arab kuno ini bentuknya jauh berbeda dengan huruf Arab yang kita kenal sekarang ini. Berkembang pada abad pertama Islam di Makkah dan Madinah. Kemudian dikenal pula model Kafic yang berkembang di Kufa, Irak. Model ini banyak ditemukan pada manuskrip Al-Qur’an yang dibuat pada abad ketiga Hijriyah. Model Eastern Kufic memiliki gaya penulisan yang lebih rumit dengan garis-garis yang tegas, berkembang sejak akhir abad X. Naskhi adalah diri dari kaligrafi yang paling popular karena relative paling mudah ditulis dan dibaca sehingga sering dipakai untuk menulis Al-Qur’an. Tidak jauh beebeda dengan Naskhi yaitu model Muhaqqaq.

commit to user

BAB III - 47

Dokumen terkait