commit to user
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret Surakarta
DISUSUN OLEH :
CHURRIYATURRAHMAH ALFUTCHAH NIM. I 0206044
DOSEN PEMBIMBING :
IR. MUSYAWAROH, MT IR. ANNA HARDIANA, MT
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
PUSAT PERDAGANGAN PERLENGKAPAN MUSLIM
DI SURAKARTA
commit to user
BAB I - 1 PENDAHULUAN
1.1. JUDUL
Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta
1.2. PENGERTIAN JUDUL
Pusat : Pangkal pokok yang menjadi tumpuan berbagai macam
urusan.
(tim penyusun Kamus Pusat Pembangunan dan
Pengembangan Bahasa, 1998 : 177)
Perdagangan : Berasal dari kata dagang, yang berarti pekerjaan yang
berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk
memperoleh keuntungan ; jual beli ; niaga. (Raharjo
Bayu, TA, 2001)
Perlengkapan : Berasal dari kata lengkap, yang berarti tidak ada
kurangnya, genap. (pusatbahasa.diknas.go.id).
Muslim : Penganut Agama Islam. (KBBI, Depdikbud, RI,
Jakarta. 1998)
Surakarta : Suatu kota di Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan
berada pada Wilayah aliran Sungai Bengawan Solo.
(BAPPEDA, Surakarta, 2003).
Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta merupakan
sarana untuk menampung kegiatan produksi, konsultasi, promosi, penjualan
perlengkapan muslim, dan aktifitas penunjang lainnya, sebagai pendukung
aktivitas penganut agama Islam.
1.3. LATAR BELAKANG
1.3.1. Diberlakukannya AFTA
Asean Free Trade Area (AFTA) merupakan bentuk kerjasama
perdagangan di wilayah negara-negara ASEAN yang mempunyai tujuan
commit to user
BAB I - 2
tahun 2008, namun dalam perkembangannya dipercepat menjadi tahun
2003. Bagi Indonesia, kerjasama AFTA merupakan peluang yang cukup
terbuka bagi kegiatan ekspor komoditas yang selama ini dihasilkan dan
sekaligus menjadi tantangan untuk menghasilkan komoditas yang kompetitif
di pasar regional AFTA. Diharapkan dengan diberlakukannya otonomi
daerah perhatian pada sektor perdagangan dapat menjadi salah satu
dorongan bagi peningkatan kualitas produk sehingga lebih kompetitif di
pasar lokal, regional maupun pasar global, dan sekaligus memberikan
dampak positif bagi perekonomian nasional. Sehingga pemenuhan sektor
perdagangan di Indonesia akan sangat mendukung kerjasama AFTA
tersebut.
1.3.2. Mata Pencaharian Penduduk Surakarta
Mata pencaharian penduduk di Surakarta antara lain kerajinan batik,
kerajinan ukir, dan sebagainya. Dalam lingkungan keluarga keraton
mempunyai warisan leluhur berupa resep obat-obatan maupun kosmetika
yang sekarang berkembang menjadi industri jamu dan kosmetika. Home
industri sudah menjamur di kota Surakarta. Apalagi industri konveksi yang
telah menyebar sampai ke kampung – kampung. Hal ini dapat dikatakan
perdagangan menjadi salah satu mata pencaharian tradisional, sehingga
Surakarta mempunyai potensi sebagai kota perdagangan.
Berikut tersaji tabel data penduduk menurut mata pencaharian di
commit to user
BAB I - 3
Kecamatan
Petani
Buruh
Pengusaha
Buruh
Buruh
District
Sendiri
Tani
Entepreneur
Industri
Bangunan
Farmers
Farm
workers
Industry
workers
Workers of
constructor
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Laweyan
38
32
964
16.421
12.648
Serengan
-
-
1.124
5.264
4.372
Pasar Kliwon
-
-
2.237
8.894
7.589
Jebres
81
-
1.119
17.653
16.534
Banjarsari
337
397
2.810
21.802
21.616
K o t a
2007
450
438
8.752
74.655
63.114
2006
486
569
8.218
75.667
68.535
2005
486
569
8.042
70.254
64.406
2004
768
1.061
9.035
76.059
71.329
( sumber : Surakarta dalam angka 2008 )
Salah satu cara untuk melihat kondisi ekonomi suatu kota adalah
dengan melihat mata pencaharian penduduk. Di Kota Solo yang terkenal
sebagai kota jasa dan perdagangan, prosentase terbesar dari mata
pencaharian penduduk, adalah dagang dan wiraswasta sebesar 38,28 persen,
buruh industri sebesar 18,25 persen dan buruh bangunan sebesar 16,15
persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan memegang peranan
penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian daerah.
1.3.3. Potensi Pariwisata Belanja
Destinasi pariwisata adalah area atau kawasan geografis yang berada
commit to user
BAB I - 4
melengkapi untuk terwujudnya kegiatan. Daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang menarik pada sebuah atau berbagai destinasi pariwisata yang
memiliki unsur alam, budaya, dan atau minat khusus yang bersifat unik,
khas, dan / atau langka. Kota Surakarta dapat dikatakan kota yang memiliki
daya tarik wisata. (sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia).
Tabel.1.2.Perkembangan laju inflasi menurut kelompok barang dan jasa
di Surakarta
Tahun
Kelompok
Sandang Kesehatan
Pendidikan,
Rekreasi & OR
Transport,
Komunikasi
&
Keuangan
(1) (2) (3) (4) (5)
2001 15,58 18,28 21,25 14,82
2002 8,64 6,42 8,41 12,95
2003 1,73 -4,13 3,01 5,55
2004 3,03 2,75 7,76 6,5
2005 2,69 1,92 8,24 44,33
2006 1,44 2,88 2,72 0,56
2007 3,82 2,58 2,23 2,09
2008 2,98 6,65 1,82 4,14
( Sumber : BPS kota Surakarta )
Dari tabel di atas tersaji perkembangan laju inflasi kelompok barang
dan jasa yang berada di kota Surakarta. Ada beberapa jenis wisata belanja di
Surakarta yang menarik wisatawan. Pasar Klewer adalah urutan pertama
bagi yang perlu berbelanja oleh – oleh khas Solo, yaitu batik. Pasar Klewer
commit to user
BAB I - 5
menyediakan batik dalam beragam corak dan aplikasi. Bersebrangan dengan
alun-alun ada pusat perbelanjaan Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Square.
Juga ada pasar Gede yang lebih beragam, mirip pasar tradisional di
daerah-daerah lain. Barang yang dijual pun lebih banyak kebutuhan rumah tangga.
Di Kampung Batik Laweyan merupakan sentra pembuatan batik yang bisa
jadi sama besarnya dengan Kota Gede di Yogyakarta. Kampung Batik
Kauman juga menyediakan beragam batik yang tak kalah dalam menarik
perhatian wisatawan. Satu tempat lagi sebagai wisata belanja yang
mendukung wisata budaya keraton mangkunegaran, yaitu night market yang
berada di depan gerbang mangkunegaran, lebih dikenal dengan sebutan
“ngarsopuro”. Pasar ini dibuka tiap sabtu malam. Sepanjang jalan
diponegoro akan ditutup pada sabtu sore. Dan berfungsi kembali pada
minggu pagi dini hari.
1.3.4. Penduduk Muslim Indonesia
Pada kenyataannya, negara Indonesia menempati peringkat pertama
dengan jumlah muslim terbesar di seluruh dunia (sumber: Pew Forum on
Religionand Public Life). Setidaknya 1,57 miliar populasi muslim dari
seluruh dunia diperkirakan 60 persennya dari benua Asia. Penduduk muslim
Indonesia dengan total kurang lebih 202.867.000 jiwa. Kota Surakarta
termasuk kota dengan prosentasi penduduk muslim tinggi. Hal ini belum
didukung kualitas yang sesungguhnya oleh penganut agama Islam tersebut,
termasuk dalam tata cara berbusana muslim yang sesuai syari’at. Secara
khusus fasilitas ini ditujukan bagi masyarakat muslim, maka perlu pula
diketahui demografi penduduk berdasar kepercayaannya. Berikut tabel
commit to user
BAB I - 6
tahun 2008
Kecamatan
Islam
Kristen
Kristen
District
Moslem
Katholik
Protestan
Catholic
Protestan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Laweyan
88.520
10.464
10.564
426
530
110.504
Serengan
38.545
5.532
6.532
100
91
50.800
Pasar Kliwon
67.686
10.238
9.139
750
167
87.980
Jebres
95.296
20.802
22.518
1.804
872
142.292
Banjarsari
116.292
23.256
20.700
1.382
463
162.093
K o t a
406.339
70.292
69.453
4.462
2.123
553.669
2007
412.283
74.355
69.971
4.605
2.141
563.355
2006
408.992
74.253
71.538
4.624
2.169
561.576
2005
403.412
73.251
75.171
4.211
1.993
558.038
2004
401.358
74.665
74.504
.4.687
2.517
557.731
Budha
Hindu
Jumlah
( Sumber : surakarta dalam angka 2008 )
1.3.5. Kurangnya Fasilitas Perlengkapan Muslim di Surakarta
Banyaknya Pusat Perdagangan perlengkapan muslim yang tidak
mewadahi kegiatan penjualan, produksi, konsultasi, promosi, dan aktifitas
penunjang kegiatan Islam lainnya secara lengkap sebagai pendukung
aktivitas penganut agama Islam.
Beberapa contoh butik / rumah mode muslim di Surakarta yang
kurang lengkap dalam menyediakan perlengkapan muslim untuk keperluan
masyarakat muslim pada khususnya. (sumbe: analisa pribadi)
1. Kilat
Hanya menyediakan busana muslimah dan perangkat Sholat dalam
variasi yang sangat terbatas dan sederhana telah melalui berbagai
commit to user
BAB I - 7
semua perlengkapan dapat dijangkau di toko ini.
2. Boutiq Savanah
Butik savanah ini merupakan show room dan work shop busana
muslim yang terdapat di jalan wora – wari no 16 Mangkubumen wetan,
Surakarta. Semua busana yang dipasarkan merupakan hasil desain dan
produksi sendiri oleh pemilik. Selain busana, juga menyediakan
aksesoris berupa tas dan beranekaragam kerudung. Di butik ini hanya
melayani fasilitas busana dan aksesoriesnya. Untuk perlngkapan lain,
seperti perlengkapan haji, perlengkapan walimahan, belum tersedia di
tempat ini.
1.3.6. Potensi pasar di Surakarta
Pasar Klewer merupakan pasar tradisional yang barang dagangannya
sudah merambah ke negara – negara ASEAN. Tak jarang warga Asing yang
berkunjung ke Indonesia menyempatkan berkunjung di Pasar Klewer.
Banyak pula warga asing yang sengaja datang ke Indonesia khusus untuk
mengunjungi pasar klewer.
Kota Surakarta memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan
produk busana, terutama busana muslim. Dewasa ini busana muslim banyak
diminati oleh masyarakat. Industri tekstil dan sandang yang ada di Surakarta
sudah cukup banyak dan ditunjang dengan adanya industri batik yang
terkenal baik di dalam maupun di luar negeri.
Tabel. 1.4. Perusahaan Yang Bergerak Di Bidang Garmen Dan Tekstil
No Industri Jumlah
1 Tekstil 28
2 Benang dan jarum 3
3 Pakaian jadi 27
4 Batik 5
commit to user
BAB I - 8
Dengan adanya industri-industri di atas maka akan sangat membantu
dalam pemenuhan bahan di dunia fashion.
1.4. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
1.4.1. Permasalahan
Bagaimana merencanakan suatu wadah fisik yang mampu
menampung kegiatan produksi, promosi, konsultasi, penjualan dan
workshop tentang perlengkapan muslim sehingga mampu melaksanakan
fungsinya secara optimal dalam melayani customernya dengan penampilan
fisik yang dapat mencerminkan pusat perdagangan perlengkapan muslim.
1.4.2. Persoalan Makro
1. Bagaimana merencanakan konsep lokasi dan site Pusat
Perdagangan Perlengkapan Muslim pada tapak yang sesuai dengan
fungsi kegiatan yang dapat menjadi pusat untuk mewadahi kegiatan
produksi, promosi, konsultasi, penjualan dan workshop.
2. Menentukan kriteria dan persyaratan yang meliputi kapasitas
pemakai, struktur organisasi pengelola, serta program ruang yang
sesuai dengan fungsi kegiatan produksi, promosi, konsultasi,
penjualan dan workshop yang berkarakter Islami.
Mikro
1. Memanfaatkan site yang dipilih untuk dapat menentukan pola tata
massa bagi fungsi sebuah Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim
yang direncanakan.
2. Menentukan tata ruang bangunan Pusat Perdagangan Perlengkapan
Muslim yang disesuaikan jenis kegiatan islami yang dapat
memperhatikan aspek kelancaran, kenyamanan serta aktivitas
commit to user
BAB I - 9
Perlengkapan Muslim yang mampu menampung jenis kegiatan
produksi, promosi, konsultasi, penjualan dan workshop di
dalamnya berkarakter Islami.
1.5. TUJUAN DAN SASARAN 1.5.1. Tujuan
Merancang bangunan sebagai wadah kegiatan promosi, produksi,
konsultasi dan penjualan perlengkapan muslim serta kegiatan pendukung
lainnya sehingga mampu melaksanakan fungsinya secara optimal sebagai
pusat perdagangan yang efektif dan efisien bagi warga muslim.
1.5.2. Sasaran
Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan sebagai landasan
perwujudan fisik bangunan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim yang
mewadahi kegiatan penjualan, promosi, produksi, konsultasi dan informasi
tentang perlengkapan muslim serta kegiatan pendukung lainnya yang
meliputi:
1. Konsep Perencanaan
a. Konsep penentuan tapak
b. Konsep pengolahan tapak, lokasi, site, dan zonifikasi
2. Konsep perancangan
a. Konsep bentuk kegiatan perdagangan yang Islami
b. Konsep kelompok kegiatan dan kebutuhan ruang yang Islami
c. Konsep besaran ruang
d. Konsep pola hubungan ruang dan organisasi ruang
e. Konsep tuntutan dan persyaratan ruang
f. Konsep penampilan eksterior dan interior bangunan
commit to user
BAB I - 10 1.6.1. Lingkup
Pembahasan didasarkan pada disiplin ilmu arsitektur, sedangkan
pembahasan teoritik di luar disiplin ilmu arsitektur digunakan sebagai bahan
pendukung untuk memperkuat keputusan konsep dalam perancangan dan
memberi pengarahan dalam pembahasan.
1.6.2. Batasan
1. Lingkup wilayah yang digunakan adalah wilayah kota Surakarta.
2. Pembahasan mengacu pada tinjauan serta analisa konsep arsitektur islami
akan diterapkan dalam bangunan.
1.7. METODE PEMBAHASAN
1.7.1. Tahap pengumpulan data
Konteks kebutuhan data dan informasi menentukan program
perancangan bangunan, dimana berpengaruh pada pemecahan
permasalahan.
1. Observasi lapangan
a. Wilayah, dimana dalam langkah ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan dan identifikasi kondisi tapak terpilih yang berada di
sentra perdagangan. Kawasan PGS, BTC, Pasar Klewer.
b. Komparasi, pengamatan terhadap objek sejenis yang sudah ada.
Pengamatan mengenai bangunan PGS dan BTC.
2. Studi literatur dengan berorientasi pada objek observasi untuk
mendapatkan data sekunder yang tidak dapat diperoleh dari observasi.
Dengan Tugas Akhir Jurusan Arsitektur yang berada di perpustakaan
jurusan Arsitektur.
3. Wawancara
Sumber informasi utama adalah pelaku / pengguna yang akan
menempati site, seperti pemilik usaha mikro konveksi di wilayah
Surakarta, serta pemilik usaha perlengkapan haji di wilayah Surakarta
commit to user
BAB I - 11 1.7.2. Analisis
Data–data yang didapat dari hasil studi observasi yang terdiri dari
observasi wilayah dan komparasi dan wawancara dengan pihak–pihak yang
terkait. Akan didapatkan data–data mengenai penyewa retail pada pusat
perdagangan, pembeli, maupun pihak pengelola tersebut. Diperhitungkan
keterkaitan dengan standart yang ada didapat dari studi literatur yang ada
untuk pendekatan menuju konsep perencanaan dan perancangan bangunan
pusat perdagangan perlengkapan muslim.
1.7.3. Sintesis
Sintesis ini merupakan jawaban dari permasalahan yang telah
diungkapkan diatas. Hasil dari sintesis ini selanjutnya dijadikan dasar dalam
pembuatan konsep perancangan yang nantinya akan berpengaruh pada
bentuk serta peruangan pada bangunan pusat perdagangan perlengkapan
muslim.
1.8. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika yang digunakan dalam pembahasan konsep perencanaan
dan perancangan Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim di Surakarta
sebagai wadah yang merupakan sarana untuk menampung kegiatan
produksi, konsultasi, promosi, penjualan, dan aktifitas penunjang lainnya
bagi penganut agama Islam, sebagai berikut:
Tahap I
Mengemukakan pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan
persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metoda
penulisan serta sistematika pembahasan.
Tahap II
Mengemukakan tinjauan umum Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim,
dan tinjauan Arsitektur Islami yang akan diterapakan dalam proses
commit to user
BAB I - 12
Mengemukakan tinjauan khusus kota Surakarta yang akan menjadi tempat
didirikannya bangunan yang akan dirancang.
Tahap IV
Melakukan analisis pendekatan perencanaan Pusat Perdagangan
Perlengkapan Muslim di Surakarta yang direncanakan untuk menentukan
perencanaan luar dan dalam bangunan yang direncanakan.
Tahap V
Kesimpulan dari analisis berupa konsep perencanaan dan perancangan Pusat
commit to user
BAB II - 13 BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. TINJAUAN UMUM PUSAT PERDAGANGAN
Perdagangan diartikan sebagai pedagang yang menjual barang
dalam jumlah yang besar maupun kecil. Perdagangan berhubungan
dengan kegiatan menjual dan membeli barang untuk memperoleh
keuntungan (jual beli; niaga). Untuk kegiatan ini dibutuhkan suatu tempat
(bursa / pasar) sebagai tempat untuk memperjualbelikan sesuatu. (sumber:
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)
Secara umum pusat perdagangan diartikan sebagai suatu tempat
berkumpulnya kegiatan yang dilakukan di suatu tempat ( bursa / pasar ) dengan
sistem penjualan yang dapat dinikmati oleh khalayak.
Skala pelayanan dalam pusat perdagangan disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan akan kegiatan perdagangan dalam lingkungan sekitar. Dapat berkisar
dari tingkat lokal (setempat) maupun tingkat regional (propinsi), bahkan dapat
dikembangkan sampai ke tingkat Nasional. Skala pelayanan ini sangat
berpengaruh terhadap besar – kecilnya luasan bangunan pusat perdagangan.
Untuk skala pelayanan yang semakin luas maka diperlukan juga luasan bangunan,
dan keberagaman barang dagangan yang diperjualbelikan di pusat perdagangan
tersebut.
2.1.1. Karakteristik
Dalam sebuah pusat perdagangan disamping skala pelayanan yang
nantinya akan berpengaruh dalam luasan bangunan, hal yang harus
diperhatikan yaitu sistem sirkulasi baik di luar maupun di dalam bangunan.
Dalam hal ini tingkat efisiensi dan nilai ekonomis sangat diperhatikan,
sehingga selain bangunan dapat diukur maksimal dalam nilai ekonomis
(bisnis) harus juga dipertimbangkan sistem sirkulasi yang baik, sehingga
kegiatan yang ada dalam pusat perdagangan dapat berjalan dengan lancar.
commit to user
BAB II - 14
dipertimbangkan (Nadine Beddington, Design for Shopping Centre, London :
Butterworth Scientific, 1982):
a. Aliran pengunjung harus melewati bagian depan toko – toko pengecer
b. Pintu masuk dan keluar sebaiknya terpisah agar tidak monoton dan
pengunjung dapat menikmati semua yang ada dalam pusat grosir
tersebut.
c. System sirkulasi tunggal dimana semua toko retail mempunyai nilai
komersil yang sama.
2.1.2. AKTIVITAS DALAM PUSAT PERDAGANGAN
Aktivitas yang ada dalam pusat perdagangan dipengaruhi oleh
personel / individu. Individu yang terlibat langsung dalam kegiatan pusat
perdagangan antara lain (sumber : Analisa Pribadi):
1. Pengunjung
a. Jenis pengunjung
Terdiri atas masyarakat kawasan karesidenan Surakarta (Surakarta,
Klaten, Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar), serta
masyarakat dari luar kota yang berminat untuk berdagang (kulakan)
di pusat perdagangan ini.
b. Karakteristik Pengunjung
Mengingat gedung yang direncanakan adalah pusat kegiatan
perdagangan maka pengunjung tidak dibatasi untuk golongan
tertentu, tapi untuk masyarakat umum, untuk semua golongan, yang
mencari kebutuhan mereka masing–masing sebagai penunjang bagi
umat muslim.
2. Penyewa (pemilik, karyawan)
Meliputi pengusaha atau pemilik usaha, beserta karyawannya baik
kantor dan toko, maupun usaha lainnya yang ada di gedung yang akan
commit to user
BAB II - 15
3. Pengelola
Meliputi pimpina, karyawan yang bekerja mengelola Pusat
Perdagangan Perlengkapan Muslim ini, dan termasuk petugas servis
yang menjaga perawatan gedung sehari–hari.
2.1.3. FASILITAS
Seiring dengan pandangan konsumen saat ini, bahwa berbelanja selain
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, juga merupakan kegiatan rekreasi
untuk melupakan ketegangan dan bersantai. Maka kehadiran fasilitas
penunjang dalam pusat perdagangan dapat memberikan dampak positif yang
cukup menguntungkan.
Rencana fasilitas yang akan disediakan antara lain ;
1. Kios / Gerai
2. Food court
3. Fasilitas pelayanan (servis)
4. Tempat produksi
5. Tempat pameran
6. Atrium serbaguna
7. Anchor
2.1.4. Tinjauan Pusat Perdagangan di Surakarta
Dikota Surakarta hingga saat ini baru terdapat 4 bangunan
perdagangan yang dapat diklasifikasikan sebagai bangunan pusat
perdagangan sebagai pembanding Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim:
1. Pasar Klewer
Pasar klewer saat ini berpotensi sebagai pusat pemasaran tekstil
terbesar di kota Surakarta khususnya, bahkan Indonesia pasca
kebakaran di pasar Tanah Abang, Jakarta. Fasilitas pemasaran pasar
Klewer berupa kios-kios yang memiliki ukuran 2,5 x 2,5 m setiap
kaplingnya. Buka setiap hari pukul 09.00-16.00 WIB, dengan
commit to user
BAB II - 16
Produk yang mendominasi adalah berbagai macam produk batik.
Kondisi yang dirasakan pada pasar Klewer ini kurang nyaman karena
jalur sirkulasi yang sempit, suasana gerah karena kurangnya sirkulasi
udara, serta tidak tersedianya mushola (karena dekat dengan masjid
Agung Surakarta), walaupun pada kenyataannya justru warga pasar
yang muslim melakukan ritual ibadahnya di dalam kios mereka, diatas
dagangan yang dijual, dan kurangnya sarana promosi dan informasi
mengenai batik dan produk yang dijual didalamnya.
Display produk dengan menggunakan rak gantung dan rak
pajangan. Karena luasan kios pada tiap-tiap kaplingnya yang relatif
sempit, maka lay out produk yang ada menjadi bergeser dan
memenuhi gang-gang yang ada sehingga para pengunjung di paasar
Klewer harus berdesak-desakan apabila berbelanja di sana. (sumber:
DPPKS-Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta)
2. Plaza Singosaren
Plaza singosaren tadinya adalah sebuah pasar yang mengalami
modernisasi yang kemudian secara perlahan berubah dari sebuah pasar
tradisonal menjadi sebuah plaza. Pada lantai satu dari plaza singosaren
banyak konter selular yang menjual handphone baik baru maupun
bekas, toko mas, makanan-makanan cepat saji (KFC dan Mc Donald),
accesories dan konter pakaian-pakaian, dan beberapa toko yang
menjual peralatan elektronik, serta masih juga tersisa beberapa bagian
dari plaza singosaren ini berupa pasar tradisional yang menjual
jajanan tradisional seperti intip, brem dan manisan buah-buahan.
selain itu juga terdapat Supermarket Matahari. bagian depan dari plaza
singosaren lantai satu ini juga sering ada pameran kendaraan bermotor.
Di lantai dua menjual pakaian anak dan dewasa, sandal, sepatu, tas,
alat-alat kecantikan dan berbagai accesories. Sedangkan di lantai tiga
juga banyak kita jumpai selluler, alat-alat rumah tangga, gerai
commit to user
BAB II - 17
bioskop. Lantai empat dipakai untuk parkir kendaraan roda empat dan
roda dua. Jalanan di sekitar Plaza Singosaren ini biasanya selalu macet
terlebih lagi di hari sabtu, baik siang maupun malam selalu macet.
Disepajang jalan Singosaren terdapat banyak toko-toko seperti toko
sepatu dan tas, Mc Donald,Monsa,Ginza dan lain lain Sebagai sebuah
sental bisnis dikota solo plaza singosaren miliki nilai yang sangat
berarti. (Sumber: www.perdagangansurakarta.com)
3. Beteng Tread Center ( BTC )
Potensi fasilitas pemasaran bursa Perdagangan BTC terletak di
basement bangunan, berupa kios - kios dengan mayoritas luasan 2 m x
3 m. Buka setiap hari mulai pukul 09.00-16.00 WIB dengan
pengunjung rata-rata 200-300 orang per hari.
Sirkualasi di tempat perbelanjaan ini cukup lancar sehingga
pembeli mempunyai kesempatan memilih-milih jenis produk yang
mereka inginkan dengan leluasa. Sistem pelayanan sepenuhnya
dilayani oleh penjual.
Jenis produk yang dijual bervariasai mulai dari tas, sandal, kain
dan pakaian. Terutama yang mendominasi adalah produk-produk
tekstil. Untuk produk-produk tekstil yang dijual berupa kain dan
pakaian. Display produk dengan menggunakan rak gantung dan rak
pajangan. Bangunan BTC ini mempunyai luas bangunan yang cukup
besar dan menyajikan berbagai jenis tekstil di Surakarta. Namun
kendalanya yaitu tempatnya di basement, terlihat suram, pengunjung
kesulitan mencari toilet, mushola dan sampai saat ini belum ada tindak
lanjut Pemerintah Daerah untuk masalah pembangunan kembali bursa
benteng ini. (Sumber: www.perdagangansurakarta.com )
4. Pusat Grosir Solo (PGS)
Pusat Grosir Solo melayani pembelian dalam jumlah besar /
commit to user
BAB II - 18
konsumen langsung. Bangunan ini terdiri dari empat lantai dan lantai
basement. Sedang parkiran berada di lantai 4, bersama dengan
mushola.
Barang yang dijual beragam, busana muslim termasuk
dijual di beberapa kios di PGS ini. Fasilitas pemasaran PGS
berupa kios – kios sebesar 2m x 3m setiap kaplingnya. Tanpa
kamar pas yang tersedia, membuat konsumen langsung
(membeli untuk pribadi) yang datang tidak dapat mencoba
busana pilihannya. (Sumber: www.perdagangansurakarta.com)
2.1.5. Prospek Fasilitas Pusat Perdagangan Muslim di Surakarta
Keberadaan berbagai fungsi yang tersedia di wilayah Surakarta
terutama fasilitas pusat kegiatan perdagangan memang merupakan suatu
tindak lanjut dari kebijakan pelaksanaan pembangunan perekonomian yang
salah satunya mengutamakan perkembangan pada sektor perdagangan.
Dengan kecenderungan peningkatan kualitas masyarakat penghuni kota
Surakarta sekarang ini menuntut suatu fasilitas yang dapat menyediakan
barang kebutuhan secara lengkap yang juga memberikan suatu efisiensi.
Jika dilihat dari berbagai fasilitas yang telah tersedia, ternyata belum
terdapat fasilitas yang mampu mewadahi kegiatan perdagangan grosir
busana muslim.
Dalam kaitan sebagai aternatif pengembangan sektor perdagangan,
disamping pasar klewer yang disebutkan diatas sudah hampir tidak mungkin
lagi untuk dikembangkan. Maka kawasan Pusat Perdagangan Perlengkapan
Muslim ini memiliki prospek yang cukup bagus dalam mengakomodasikan
kegiatan perekonomian khususnya perdagangan.
2.1.6. Status dan Kedudukan
Status kepemilikan dari Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim ini,
direncanakan menjadi milik suatu badan swasta yang berdiri dengan otoritas
commit to user
BAB II - 19
instansi terkait. Namun demikian koordinasi manajemen dan pengembangan
menjadi hak sepenuhnya dari badan pengelola bangunan pusat perdagangan
grosir perlengkapan busana muslim ini.
2.1.7. Skala Pelayanan
Pusat Perdagangan Perlengkapan Muslim ini direncanakan sebagai
jenis pusat kegiatan perdagangan yang mempunyai lingkup pelayanan kota
di seluruh Indonesia. Skala pelayanan mewadahi kebutuhan penduduk untuk
semua golongan masyarakat, terkhusus untuk masyarakat muslim di
Indonesia.
2.2. TINJAUAN UMUM ARSITEKTUR ISLAMI
Arsitektur merupakan seni rancang bangun. Namun pemaknaannya
sebenarnya lebih mendalam yang tidak hanya terfokus pada bangunan saja,
namun tergantung dari segi mana memandangnya. Arsitektur adalah bidang
dimana konsep seni dan estetika yang ditanamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam diri manusia dapat terlihat sehingga menjadi bagian dari kebudayaan
manusia yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain: seni, teknik,
ruang dan tata ruang, geografi, dan sejarah.
Islam merupakan tata cara kehidupan yang didasarkan oleh aturan Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW untuk
diajarkan kepada seluruh umat manusia dengan berpedoman kepada Al-Qur’an
dan as-Sunnah (Hadits). Islam adalah suatu bentuk aturan atau metode kehidupan
dunia yang akan membawa ke bentuk tatanan kehidupan yang baik di dunia dan
kehidupan yang kekal di akhirat.
Arsitektur Islami sendiri mengandung penerapan konsep-konsep Islam
dalam arsitektur dalam melahirkan suatu produk budaya fisik dan moral yang
merupakan ekspresi dan aktualisasi nilai-nilai Islam yang telah terinternalisasi
dalam diri seorang Muslim. Konsep-konsep yang dimaksud adalah suatu pesan
yang tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits karena sesungguhnya di dalamnya tidak
commit to user
BAB II - 20
aturan dan pola hidup yang diantaranya memiliki keterkaitan dengan suatu wadah
yang dapat dihubungkan dengan arsitektur.
2.2.1. Arsitektur dalam Islam
Islam merupakan jalan kebenaran milik Allah yang menuntun
manusia menuju kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat. Dengan
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits yang menjadi sumber dan
pokok-pokok hukum yang menjadi petunjuk dan aturannya meliputi segala aspek
kehidupan manusia di dunia hingga hari kiamat.
Adakah arsitektur dalam Islam? Dalam Al-Qur’an maupun Hadits
memang tidak ada yang menunjukkan penekanan khusus terhadap arsitektur.
Namun makna-makna dan isyarat-isyarat di dalam keduanya bisa menjadi
sebuah pedoman yang tegas untuk diterapkan dalam arsitektur. Dengan
demikian diperlukan adanya ijtihad yang arif dan bijaksana dalam
melakukan pendekatan terhadap nash-nash yang ada untuk menemukan
keterkaitannya dengan arsitektur.
Arsitektur sesungguhnya merupakan hasil manifestasi dari kreatifitas
manusia sebagai kecerdasan yang Allah karuniakan kepada manusia. Oleh
karena itu arsitektur sebenarnya merupakan sebuah budaya.
Kesalahpahaman bisa timbul dengan penyebutan “kebudayaan Islam”,
karena kebudayaan merupakan produk manusia baik berupa perilaku,
kebiasaan, adat istiadat, arsitektur, dan lain-lain. Islam merupakan wahyu
yang Allah berikan kepada Nabi-Nya untuk menjadi petunjuk bagi manusia.
Kebudayaan yang lahir dan tumbuh tidak seiring atau tidak menjadikan
Islam sebagai tuntunan, seringkali menggiring masyarakatnya kepada
kesesatan. Mereka lebih memilih ajaran dan kebiasaan nenek moyang
mereka yang masih jahil dan jauh dari nilai-nilai Islam daripada mengikuti
commit to user
BAB II - 21 2.2.2. Bangunan Publik Aktivitas Islami
Arsitektur merupakan ungkapan fisik dari budaya masyarakat pada
tempat dan waktu tertentu. Keberadaan arsitektur bisa dibilang seumur
dengan adanya manusia di muka bumi ini. Apabila arsitektur dikaitkan
dengan bangunan, maka pertanyaannya adalah:
Apakah bangunan yang pertama kali didirikan di muka bumi ini?
Apabila kita mencoba dan benar-benar memahami Al-Qur’an akan
dengan mudah mencari jawabannya.
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat
beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia[214]. . ( QS. Ali Imran
[3] : 96 )
[214]. Ahli kitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama
dibangun berada di Baitul Maqdis, oleh karena itu Allah membantahnya.
Baitullah di Makkah yang menjadi orientasi dan qiblat shalat umat
Islam dunia merupakan bangunan atau arsitektur pertama di dunia. Ibnu
Jarir meriwayatkannya dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi Adam AS adalah
manusia pertama (atau arsitek pertama?) yang membangun ka’bah atas
perintah Allah Ta’ala di atas tanah suci sebagai tempat ibadah dan melalui
perantaraan malaikat Allah mengajarkan cara bermanasik. Ka’bah yang ada
di bumi merupakan simbol dari ‘Arsy Allah yang malaikat selalu
mengelilinginya.(Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan Perancangan Arsitektur
Islam Berbasiskan Al-Quran dan Sunnah, oleh: Nangkula Utaberta)
Dalam rentang waktu yang lama Ka’bah mengalami kerusakan yang
kian lama kian parah sehingga hancur. Sehingga Allah memerintahkan Nabi
Ibrahim AS untuk membangun kembali Baitullah bersama anaknya Nabi
Ismail AS. Nabi Ibrahim AS meninggikan posisi Ka’bah dan dibantu
anaknya memasang batu. Setelah membangun makin meninggi, Nabi Ismail
AS membawakan batu sebagai pijakan Nabi Ibrahim AS. Batu pijakan
commit to user
BAB II - 22
Pada zaman Rasulullah yang rentang waktunya cukup panjang dan
jauh dari zaman Nabi Ibrahim, waktu dan alam membuat kerusakan yang
berarti pada bangunan Ka’bah. Bersama suku Quraisy, Rasulullah
membantu melaksanakan pemugaran Ka’bah untuk memperbaiki banyaknya
batu-batu dinding yang lepas. Setelah Fat’khu Makkah (penguasaan
Makkah), Muslim menguasai Ka’bah, merawat dan memuliakannya sebagai
tempat ibadah yang paling utama dan menjadi qiblat yang menyatukan
seluruh Muslim dunia.
Dari Abu Dzar RA berkata:
“Ya Rasulullah! Masjid apa yang pertama kali dibangun di muka
bumi?”
Rasulullah menjawab: “Masjidil Haram.” (HR. bukhari – Muslim)3
2.2.3. Konsep – konsep Islam dalam Arsitektur
Arsitektur merupakan bentuk komunikasi yang dimanifestasikan
melalui suatu perancangan bangunan yang memiliki makna atau nilai
tertentu dalam dimensi budaya, spiritual dan harkat serta martabat
penggunaannya. Arsitektur juga bisa berperan sebagai pengungkapan fungsi
suatu bangunan sehingga bisa dijadikan ciri atau karakter sebuah bangunan.
Demikian pula dengan arsitektur berdasarklan nilai-nilai Islam yang
merupakan ungkapan atau ekspresi bangunan yang didasarkan pada konsep
ajaran Islam. Namun arsitektur dalam Islam bukanlah arsitektur yang
bergaya arabesque, tetapi lebih bersifat universal yang keberadaan dan
perkembanganannya selalu mengikuti perkembangan kebudayaan manusia
dimana Islam itu berada. Oleh
karena itu tidak ada kebudayaan
Islam, tetapi yang ada adalah
kebudayaan umat Islam, karena
arsitektur Islami antara suatu
daerah satu dengan yang lainnya
commit to user
BAB II - 23
mendapat pengaruh pada tempat dan zaman yang berbeda.
Dengan demikian boleh dikatakan tidak ada ciri khas dalam arsitektur
Islami. Gaya Arabesque sering dikaitkan dengan arsitektur Islami
semata-mata hanya mencoba untuk menciptakan suasana dimana Islam itu pertama
kali bercahaya yakni di semenanjung Arab dengan arsitektur Timur
Tengahnya yang khas.
Menurut Nangkula Utaberta, dalam prinsip dasar pemikiran Arsitektur
Islam, maka sumber dan dasar pemikiran Islam adalah sumber dan dasar
pemikiran yang juga di aplikasikan dalam Arsitektur Islam yaitu, Al- Qur’an
dan Hadits. Beliau menjabarkan prinsip prinsip tersebut sebagai berikut:
a. Prinsip Pengingatan kepada Tuhan
Melalui berbagai firmannya Allah banyak mengingatkan kita
untuk lebih banyak berkontemplasi merenungi ciptaan-Nya di alam ini.
Melalui berbagai ayat Al-Qur’an, Ia banyak mengajak kita untuk
merenungi penciptaan alam dan mengambil pelajaran dari makhluk
ciptaan-Nya tersebut.
Karenanya sangat penting bagi kita untuk memperlihatkan
kebesaran alam sebagai ciptaan langsung dari Allah jika dibandingkan
dengan bangunan atau produk ciptaan manusia. Perancangan
bangunan dan perkotaan haruslah berusaha mendekatkan penghuninya
dengan suasana yang lebih alami dan dekat dengan alam. Makhluk
ciptaan Allah seperti pepohonan, rumput dan bunga-bungaan haruslah
mendominasi sebuah perancangan bangunan, perumahan atau
perkotaan yang Islami.
Pada perancangan bangunan dan perancangan perkotaan dewasa
ini, prinsip yang lebih mengutamakan penjagaan terhadap alam
seringkali ditinggalkan. Para pengembang dan arsitek lebih memilih
untuk meratakan lahan, menghancurkan alamnya, baru kemudian
mendirikan bangunan sesuai keinginannya. Bagian yang alami
commit to user
BAB II - 24
bangunan.Kita akan melihat bagaimana manusia menjajah alam
melalui usaha pengasingan elemen-elemen alam tersebut dari produk
ciptaan manusia.
Selain perancangan dan pembentukan masa bangunan, elemen
alam seperti cahaya matahari, aliran udara, suara-suara alam dan
gemericik air perlu diintegrasikan ke dalam bangunan. Bangunan
sedapat mungkin harus menggunakan sumber energi yang ramah
dengan lingkungannya. Penggunaan pencahayaan dan pengudaraan
buatan yang dapat merusak lingkungan perlu dihindari dan efek
negatifnya perlu diminimalisir sehingga tercipta hubungan yang serasi
antara manusia dengan alam sekitarnya sebagai sarana pembentukan
kecintaan kita kepada Tuhan.
b. Prinsip Pengingatan pada Ibadah dan Perjuangan
Islam merupakan agama yang sangat berbeda dengan agama lain
karena tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhannya, namun juga mengatur bagaimana hubungan sesama
manusia dalam konteks hubungan dengan Tuhannya. Secara teoritis
dan praktis prinsip ini cukup kompleks karena ia tidak hanya berbicara
tentang aspek ibadah saja namun juga berbicara mengenai muamalat
dan perjuangan perbaikan kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena
konsep ibadah dalam Islam menyatu dengan keseharian kehidupan
Muslim itu sendiri.
Rasulullah sendiri melalui berbagai hadith beliau secara tegas
menjelaskan bahwa seorang Muslim bukanlah seorang individu yang
berdiri sendiri dan mencari keimanan dan ketakwaan untuk dirinya
sendiri. Seorang Muslim adalah bagian dari masyarakatnya karenanya
ia perlu berjuang demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Dalam dunia arsitektur, hal ini merupakan suatu prinsip yang
membawa implikasi sangat besar. Dalam perancangan masjid
commit to user
BAB II - 25
masjid bukan hanya sekedar tempat sholat dan ibadah ritual saja.
Namun juga berperan sebagai pusat kegiatan sehari-hari dan pusat
interaksi serta aktivitas dari komunitas Muslim di kawasan tersebut.
Hal ini berarti perancangan ruang-ruang suatu masjid haruslah dibuat
sedemikian rupa sehingga memungkinkan aktivitas di luar aktivitas
ritual seperti sholat atau i’tikaf memungkinkan untuk dijalankan.
Aktivitas seperti olah-raga, seminar, diskusi keagamaan, sekolah dan
pusat pendidikan, perpustakaan, aktivitas perniagaan dan kegiatan
yang dapat memperkuat ukhuwah dan silaturahmi seharusnya
mendapat porsi perhatian yang cukup sebagaimana aktivitas ritual tadi.
Karenanya masjid seharusnya dirancang agar mampu menarik
perhatian dan mengundang jama’ah untuk bergabung dan beraktivitas
di dalamnya. Masjid bukanlah monument atau bangunan suci yang
justru diletakkan terpisah dan terasing dari masyarakatnya. Ia haruslah
menjadi pusat aktivitas yang menyatukan dan menjadi sarana dari
berbagai kegiatan masyarakat karenanya elemen-elemen seperti pagar
dan dinding bangunan seharusnya lebih terbuka dan memberi kesan
mengundang daripada melarang orang untuk masuk ke dalamnya.
c. Prinsip Pengingatan pada Kehidupan Setelah Kematian
Prinsip ini adalah prinsip yang sangat penting namun sering
dilupakan oleh banyak orang. Kematian dan kehidupan setelah mati
menjadi salah satu pilar penting dari prinsip hidup, filosofi, dan
keimanan dalam Islam. Seringkali sebagai seorang manusia kita
dilenakan dengan kesibukan di dunia ini, lalu melupakan bahwa kita
akan mati. Dalam prinsip keimanan Islam dinyatakan bahwa setelah
kematian setiap orang akan mendapatkan balasan dari perbuatannya di
dunia. Dalam berbagai ayatNya Allah SWT banyak mengingatkan
manusia untuk mempersiapkan bekal bagi menghadapi kehidupan
commit to user
BAB II - 26
Rasulullah sendiri juga banyak mengingatkan kita akan
pentingnya bagi kita untuk berhati - hati dalam kehidupan kita bagi
mempersiapkan kehidupan yang akan kita lalui setelah mati.
Pemakaman merupakan salah satu bentuk arsitektur dari prinsip
ini. Agak sulit menemukan literatur berkenaan dengan teori dan
konsep pemakaman dalam konteks Arsitektur Islam karena biasanya
dianggap tabu atau tidak penting. Namun kalau kita lihat berbagai
hadith Rasulullah berikut ini, kita akan mendapati bahwa pemakaman
merupakan elemen yang sangat penting dan perlu mendapatkan
perhatian yang cukup serius.
Pemakaman merupakan suatu bangunan yang penting, karena ia
dibangun bukan untuk orang yang sudah mati namun sebagai
pengingatan bagi orang yang masih hidup. Karenanya perletakkan
pemakaman haruslah diletakkan di tempat yang mudah terlihat dari
kehidupan sehari-hari. Manusia perlu untuk senantiasa diingatkan
bahwa mereka akan mati sehingga lebih berhati-hati dan lebih
tenggang rasa dengan masyarakat sekitarnya.
d. Prinsip Pengingatan akan Kerendahan Hati
Islam mengajarkan seorang Muslim untuk merendahkan diri di
hadapan Tuhannya. Seorang pemimpin haruslah merendahkan dirinya
di hadapan orang yang dia pimpin. Seorang panglima harus
merendahkan diri dari tentara yang dipimpinnya.
Dari hadith ini terlihat bahwa orang yang ingin bertemu dengan
Rasulullah tersebut tidak dapat mengenali Rasulullah diantara para
sahabatnya. Dari sini dapat kita asumsikan bahwa Rasulullah pasti
tidak berbeda dengan sahabat yang lain. Ia tidak mengenakan mahkota,
tidak mengenakan baju kebesaran, tidak duduk di tempat yang khusus
melainkan bercampur dan berpenampilan sebagaimana sahabat yang
lain. Dari sini terlihat akhlak kerendahan hati Rasulullah dan
commit to user
BAB II - 27
Pada beberapa kisah dibawah ini diceritakan beberapa kisah tentang
kerendahan hati Rasulullah yang walaupun menjadi seorang
pemimpin tetap memperhatikan dan mengasihi orang - orang yang
dipimpinnya.
Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa implikasi yang
sangat besar. Ia berbicara tentang bagaimana seharusnya kita
meletakkan dan menyusun massa bangunan dalam konteks
lingkungannya. Ukuran bangunan sebagaimana kita belajar dari
penampilan Rasulullah tadi tidak seharusnya berdiri terlalu besar
secara kontras dibandingkan bangunan sekitarnya. Pemilihan bahan
dan material bangunan pun harus dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak terkesan terlalu mewah yang akhirnya akan banyak
menghabiskan uang untuk perawatannya.
Kesan monumental pada bangunan (biasanya terjadi pada
Masjid atau bangunan pemerintahan) yang seringkali justru
menyebabkan pemborosan lahan dan menghabiskan banyak biaya
harus dihindari karena ia akan memberikan imej yang negatif terhadap
Islam ( sebagai agama yang feudal, penuh dengan pemborosan, haus
kekuasaan dan terbelakang ), namun kita harus berusaha memberikan
imej Islam sebagai agama yang demokratis, progresif dan siap
menerima berbagai perubahan. Bangunan pun tidak seharusnya
mengacaukan komposisi alami dari lingkungan alaminya dengan
memaksakan komposisi simetri yang seringkali justru dipaksakan
demi alasan simbolik atau formalitas saja.
e. Prinsip Pengingatan akan Wakaf dan Kesejahteraan Publik
Sebagaimana semangat dan prinsip yang telah disebutkan
sebelumnya, Islam mengajarkan agar umatnya berinteraksi dan saling
menolong dalam masyarakat. Islam tidak pernah memerintahkan
umatnya untuk menyendiri dan mencari keshalehan untuk dirinya
commit to user
BAB II - 28
dan sholat sunnah namun kesemuanya dibingkai oleh kerangka
kehidupan bermasyarakat. Karenanya aktivitas dan fasilitas sosial
merupakan suatu elemen penting dalam kehidupan masyarakat
Muslim.
Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa implikasi yang
sangat besar. Yang pertama, bahwa fasilitas umum dan fasilitas sosial
perlu mendapatkan prioritas yang utama. Berbeda dengan
perancangan bangunan dewasa ini yang seringkali mengutamakan
aspek komersial dari suatu bangunan dengan mengetepikan fasilitas
dan kebutuhan umum untuk masyarakat. Dalam sebuah mall
seringkali fasilitas umum seperti tempat bermain anak, tempat duduk,
taman atau masjid menjadi bagian dari bangunan yang terpinggirkan
karena dianggap tidak memiliki nilai komersial. Hal ini tentu
bertentangan dengan prinsip dan hadith diatas, sehingga kita perlu
merekonstruksi pola pikir dan pemahaman kita dari sebuah pola
perancangan yang berorientasi kepada materialistik ke pemikiran yang
lebih sosial dan mengutamakan kepentingan publik.
Bangunan-bangunan yang merupakan institusi sosial seperti
rumah jompo, rumah orang cacat dan orang-orang yang miskin perlu
ditingkatkan fasilitasnya. Masyarakat digalakkan untuk saling
membantu tanpa kecuali termasuk terhadap orang-orang di luar Islam.
Islam menggalakkan tanggung jawab komunitas bukan hanya
perseorangan.
f. Prinsip Pengingatan terhadap Toleransi Kultural
Sejarah telah mencatat Islam sebagai satu-satunya agama yang
memiliki toleransi yang luar biasa. Di negara - negara dimana Islam
menjadi umat mayoritas, toleransi dan kerjasama antara satu agama
dengan agama yang lain berjalan dengan baik dan berkembang. Hal
ini membuktikan bagaimana Islam sebagai sebuah sistem hidup
commit to user
BAB II - 29
Dalam Arsitektur, hal ini menegaskan akan kewajiban kita untuk
menghormati budaya dan kehidupan sosial masyarakat dimana
bangunan tersebut berdiri. Selama tidak bertentangan dengan Islam
kita diperbolehkan mempergunakan bahasa arsitektur masyarakat
setempat dengan memanfaatkan potensi dan material yang ada di
tempat tersebut. Hal ini tentu menjadi prinsip yang menjamin
fleksibilitas perancangan bangunan dalam Islam.
g. Prinsip Pengingatan akan Kehidupan yang Berkelanjutan
Allah menciptakan manusia sebagai Khalifah di muka bumi ini.
Khalifah berarti pemimpin sekaligus pemelihara dan penjaga.
Karenanya manusia memiliki kewajiban untuk menjaga, memelihara
dan melestarikan alam ini bagi kepentingan generasi yang akan datang.
Dewasa ini kita melihat banyak sekali kerusakan yang terjadi di muka
bumi ini yang disebabkan oleh tingkah laku manusia.
Dalam dunia Arsitektur kedua prinsip ini memiliki implikasi
yang sangat besar. Kelestarian secara alami mengajarkan kepada kita
untuk memperhatikan betul-betul kondisi lahan dan lingkungan sekitar
kita sebelum merancang sebuah bangunan. Pemilihan bahan dan
penggunaan teknologi perlu betul-betul diperhatikan sebelum kita
melakukan suatu perubahan terhadap tapak dan mengolahnya.
Sementara Kelestarian secara sosial memberikan pengajaran kepada
kita agar lebih memperhatikan bahasa arsitektur yang kita gunakan
dalam merancang sebuah bangunan. Bahasa arsitektur feodal dalam
perancangan bangunan pemerintahan atau bangunan umum seperti
simetri dan skala raksasa dengan set back yang berlebihan perlu
dihindari demi menciptakan sebuah bangunan pemerintahan atau
commit to user
BAB II - 30 h. Prinsip Pengingatan tentang Keterbukaan
Prinsip akuntabilitas publik berbicara tentang proses tranparansi
atau keterbukaan dari suatu pemerintahan kepada rakyat yang
dipimpinnya. Prinsip ini juga berbicara tentang kewajiban pemerintah
untuk menghilangkan dan menghindari apa-apa yang dapat
mengganggu serta mengancam keselamatan umum demi kesejahteraan
bersama.
Dalam upaya memenuhi ide akuntabilitas yang pertama
diperlukan kritik terhadap penguasa dalam upaya meluruskan jalannya
pemerintahan oleh rakyat. Sejarah telah mencatat bahwa Islam telah
membuktikan suatu sistem demokrasi yang begitu baik dimana
seorang rakyat dapat dengan mudah mengkritik pemimpinnya.
Prinsip-prinsip tersebut di atas dapat dijabarkan secara spesifik
kedalam prinsip prinsip desain Arsitektur. Adapun yang menjadi
konsepsi bangunan Islami adalah:
a. Penekanan Nilai-nilai Estetika, Seni dan Kreatifitas
(Dr. Yusuf Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, Gema Insani,
Jakarta. 2000. Hlm. 44.)
“Semua ciptaan Allah itu indah, dan Allah mencintai
keindahan.” (HR. Muslim)
Fitrah dari jiwa manusia adalah cenderung untuk mendapatkan
kesenangan dari segala sesuatu yang memiliki keindahan dan
kecantikan, dan Allah ‘Azza wa Jalla adalah pencipta segala
keindahan. Manusia beriman akan merasa sangat bahagia
mendapatkan kecantikan ini dan berupaya sebaik mungkin untuk
commit to user
BAB II - 31
Beberapa unsur dekorasi yang tertera dalam Al-Qur`an adalah
sebagai berikut:
1. Langit-langit yang tinggi
“Dan demi Baitul Makmur, dan atap yang ditinggikan.” (QS.
Ath Thūr [52]: 4-5)
Langit-langit atau plafond yang tinggi dapat memberikan
suasana lapang dan luas yang akan memberikan rasa nyaman dalam
qalbu manusia. Dalam arsitektur Islami, unsur ini lebih banyak
diwujudkan pada bangunan masjid dengan meninggikan atap dan
plafond sehingga menciptakan ruang yang sangat minim antara atap
dan plafond dan menciptakan ruang yang luas dalam ruang shalat.
2. Loteng dan Tangga-tangga Perak
“Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia
menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), Tentulah Kami buatkan
bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah
loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan tangga-tangga (perak)
yang mereka menaikinya.” (QS. Az Zukhruf [43]: 33)
Ayat di atas menjelaskan tentang balasan yang diberikan kepada
mereka apabila mereka beriman dan tidak hendak memecah belah
umat yang satu (Islam). Gambaran loteng-loteng dan tangga-tangga
perak menjadi salah satu bagian unsur dekorasi yang digambarkan
dalam Al-Qur`an.
3. Pintu-pintu
“Dan pintu-pintu (perak) bagi rumah mereka dan dipan-dipan
yang mereka bertelekan di atasnya.” (QS. Az Zukhruf [43]: 34)
Gambaran lain tentang unsur dekorasi dalam Al-Qur`an adalah
pintu. Di samping fungsinya sebagai transisi antar ruang, pintu-pintu
juga dapat bernilai estetis. Desain yang unik, ukiran yang
menyertainya, pemilihan material dan warna memberi nilai lebih pintu
[image:32.595.168.515.232.485.2]commit to user
BAB II - 32
4. Tiang-tiang Tinggi
“(Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan
yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di
negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamūd yang memotong batu-batu
besar di lembah.” (QS. Al Fajr [89]: 7-9)
Penduduk Iram adalah kaum ‘Ād, kaumnya Nabi Hud
‘alihis-salām, memiliki kemegahan arsitektur yang luar biasa dengan tatanan
tiang-tiang besar yang menjulang tinggi. Demikian juga kaum Tsamūd,
kaumnya Nabi Shalih ‘alihis-salām., mereka memotong-motong batu
gunung untuk membangun gedung-gedung dan ada pula yang
melubangi gunung sehingga menyerupai sebuah istana dalam gunung.
b. Memelihara Kebersihan
“Kecuali hama-hamba Allah yang dibersihkan.” (QS. Ash Shāffāt
[37]: 40)
“Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS.
At Taubah [9]: 108)
Dari ‘A`isyah radhiyallāhu ‘anha,
“Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam memerintahkan supaya
dibangun masjid-masjid di tiap-tiap kampung, sebagaimana Rasul
memerintahkan kita menjaga kebersihan masjid dan
mewangikannya.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Abu Dawud & ibn Majah)
“Menjadi bersihlah kamu sesungguhnya Islam itu bersih.” (HR. ibn
Hibban)1
“Sesungguhnya Allah itu Mahabaik lagi menyukai hamba yang baik;
Mahabersih lagi menyukai hamba yang bersih; Mahamulia lagi
menukai hamba yang mulia; Maha Pemurah lagi menyukai hamba
yang suka memberi; karena itu bersihkanlah halaman-halaman
commit to user
BAB II - 33
rumah kalian dan janganlah kalian menyerupai orang-orang
Yahudi.” (HR. Turmudzi)
“Kebersihan itu dapat mengajak orang pada iman, sedangkan iman
akan bersama pemiliknya ke surga.” (HR. Thabrani)
Kebersihan merupaka aspek yang paling ditekankan dalam
Islam. Bersih dan suci merupakan persyaratan yang selalu ditanamkan
kepada seorang Muslim baik suci lahir maupun batin. Kegiatan ibadah
seperti shalat, membaca mushhaf Al-Qur`an dan ibadah-ibadah
sunnah lain diawali dengan bersuci. Allah Subhānahu wa Ta’ālā
menyeru orang-orang yang beriman supaya membersihkan
(menyucikan) diri mereka. Kebersihan selalu menyejukkan siapa pun
yang memandang dan menikmatinya. Kebersihan meliputi kesucian
jiwa, kesucian ragawi, pakaian yang bersih, memelihara kebersihan
lingkungan, dan memakan makanan yang bersih.
Dengan demikian sebuah bangunan berarsitektur Islami tidak
akan meninggalkan pertimbangan yang sangat utama ini. Karena fisik
yang bersih di dalam naungan iman, akan melahirkan hati dan
perasaan yang bersih.
c. Pencahayaan yang Memadai
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah misykat, yang di
dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon
zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di
sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan
Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan
commit to user
BAB II - 34
Seseorang yang berjalan dalam keadaan terang yang disinari
oleh cahaya akan merasakan kemudahan dan ketenangan. Namun
apabila cahaya itu menghilang, ia akan berjalan dengan penuh
kebingungan sambil meraba-raba. Ia bisa tersesat atau terperosok ke
dalam lubang. Demikian pula halnya cahaya Allah tidak hanya
menerangi secara lahir melalui ciptaan-Nya, tetapi jauh menembus ke
dalam qalbu yang menerangi manusia menuju jalan keselamatan.
Sebaliknya apabila cahaya itu diambil, maka sudah pasti manusia akan
tersesat dan akan terperosok ke dalam jurang kekafiran.
Inilah cahaya Islam yang menerangi jiwa-jiwa manusia dari segala
kesesatan. Pada bangunan Pondok Pesantren fungsi pencahayaan
tidak hanya bersifat fisik pada pencahayaan ruangan. Fungsinya yang
mendidik individu Muslim agar menjadi sosok Muslim yang shalih
dan berjuang menegakkan Dinullah menjadi bagian dari cahaya-Nya
yang menerangi arah hidup kaum Muslimin kepada jalan yang lurus.
d. Struktur yang Kokoh
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff [61]: 4)
“Sesungguhnya orang mukmin yang satu dengan yang lain bagaikan
sebuah bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan.” (HR.
Bukhari – Muslim)
Kesatuan yang kokoh akan memberi nilai yang lebih akan
kelebihan dan kekuatannya. Pendekatan sistem struktur menyangkut
aspek keamanan pengguna yang memberi perhatian besar terhadap
perencanaan dalam mempertimbangkan kekuatan dan ketahanan
bangunan dalam menanggung bebannya sendiri, ataupun beban
dikarenakan aktifitas yang berlangsung di dalamnya maupun beban
commit to user
BAB II - 35 e. Tidak Bermewah-mewahan
“Hingga apabila Kami timpakan adzab, kepada orang-orang yang
hidup mewah di antara mereka, dengan serta-merta mereka memekik
minta tolong.” (QS. Al Mu`minūn [23]: 64)
“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan
untuk bermain-main.” (QS. Asy-Syu’arā` [26]: 128)
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.” (QS. At Takātsur
[102]: 1)
Dari Anas ibn Malik radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu
alaihi wa sallam bersabda,
“Tiada terjadi kiamat, sehingga manusia bermegah-megahan dan
berlebih-lebihan dalam urusan membangun masjid.” (HR. Ahmad,
an-Nasa’i, Abu Dawud & ibn Majah)
f. Efektifitas Biaya dan Ruang
“Dan berikan kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan
dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al Isrā`
[17]: 26-27)
Dari Abu Hurayrah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi
wa sallam bersabda,
“Dan Allah membenci atas kalian; katanya dan katanya (banyak
bicara), dan banyak pertanyaan, serta menghambur-hamburkan
uang.” (HR. Bukhari)
Dari Usamah radhiyallāhu ‘anhu,
“Suatu ketika Nabi Shallallāhu alaihi wa sallam memandang benteng
-benteng/bangunan-bangunan yang tinggi di Madinah dari arah atas
kemudian beliau bertanya, ‘Apakah kalian melihat yang aku lihat?’
commit to user
BAB II - 36
fitnah di sela-sela rumah kalian bagaikan tempat-tempat jatuhnya air
hujan.” (HR. Bukhari)
Dalam perencanaan ruang dan tata ruang pada umumnya
menghendaki agar ruang-ruang yang terbentuk lebih efektif dan
fungsional sehingga dengan demikian dapat menekan biaya. Namun
harus dapat optimal dari segi penampilan, kenyamanan dan keamanan.
g. Tidak Meninggikan Bangunan
Dari Abu Hurayrah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi
wa sallam bersabda,
“Hari kiamat tidak akan bangkit sehingga orang-orang
berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan.” (HR. Bukhari)
Dari ibn ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa
sallam bersabda,
“Aku tiada diperintah mendirikan masjid tinggi-tinggi.” (HR. Abu
Dawud)
Nyata sudah bahwasanya kita sudah berada di zaman akhir
dengan sebuah fenomena yang tidak disukai oleh Rasulullah
Shallallāhu alaihi wa sallam di mana banyak orang ramai-ramai
membangun bangunan pencakar langit dan berusaha untuk menjadi
yang tertinggi. Bangunan tinggi sesungguhnya tidaklah mengapa
apabila benar-benar merupakan tuntutan fungsi dan kebutuhan ruang,
dan dikarenakan keterbatasan lahan.
h. Pemisahan Entrance Putera dan Puteri
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang
demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada
wanita-wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya
commit to user
BAB II - 37
perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya.’” (QS. An Nūr
[24]: 30-31)
Dari Jarir ibn ‘Abdullah radhiyallāhu ‘anhu,
“Saya bertanya Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam tentang
pandangan kebetulan. Maka beliau bersabda: ‘Palingkanlah
pandanganmu.’” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan Turmudzi)
Pemisahan entrance adalah untuk menghindari adanya
percampuran, berdesak-desakannya putera dan puteri, dan juga untuk
menghindari kontak fisik dan pandangan antara putera dan puteri.
Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam memerintahkan untuk
menundukkan pandangan adalah agar kehormatan dan kesucian
seorang tetap terpelihara.
i. Pemisahan Ruang
Dari Amir ibn Rabi’ah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu
alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah
sekali-kali berduaan dengan perempuan yang tidak disertai mahram
darinya, karena sesungguhnya pihak ketiganya adalah setan.” (HR.
Ahmad)
Islam melarang seorang laki-laki berduaan dengan wanita yang
bukan mahram baik untuk sebuah urusan tertentu yang penting karena
dikhawatirkan akan timbul fitnah. Maka itu, pembagian ruang antara
putera dan puteri ada tiga macam tergantung tingkat kebutuhannya,
yakni:
Membuat dua jenis ruangan yang terpisah. Hal ini dilihat dari
jumlah pengguna dari masing-masing putera dan masing-masing
puteri yang mungkin cukup banyak sehingga membutuhkan
kesendirian ruang khusus bagi masing-masing gender.
Membuat sebuah ruangan yang dipisahkan oleh sebuah tabir atau
commit to user
BAB II - 38
memungkinkan membangun ruang lebih dari satu. Namun tetap bisa
berkomunikasi tanpa harus kontak pandangan.
Penggiliran penggunaan sebuah ruang dengan menyepakati
kesepakatan jadwal penggunaan di antara kedua belah pihak.
j. Menghindari Ornamen Syirik, Gambar dan Patung Makhluk Bernyawa
Dari Ibn ‘Umar radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa
sallam bersabda,
“Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar ini (makhluk
bernyawa) akan disiksa nanti di hari kiamat, dikatakan kepada
mereka: ‘Hidupkan apa yang kalian ciptakan.’” (HR. Bukhari –
Muslim)
Dari Ibn ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa
sallam bersabda,
“Jika memang kamu harus menggambar, maka gambarlah pepohonan,
dan apa yang tidak mempunyai ruh (nyawa).” (HR. Bukhari – Muslim)
Dari Abu Hurayrah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi
wa sallam bersabda,
“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Tidak ada orang yang lebih zhalim
daripada orang yang membuat gambar/patung yang menyerupai
ciptaan-Ku. Buatlah gambar jagung, biji-bijian, atau gandum (yang
tidak bernyawa).” (HR. Bukhari – Muslim)
Dari Abu Hurayrah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi
wa sallam bersabda,
“Malaikat tidak mau masuk rumah yang di dalamnya ada patung
makhluk hidup atau gambar makhluk hidup.” (HR. Muslim)
Dari ‘A`isyah radhiyallāhu ‘anha,
“Sesungguhnya Nabi Shallallāhu alaihi wa sallam belum pernah
commit to user
[image:40.595.169.514.196.498.2]BAB II - 39
gambar-gambar salib kecuali beliau merobek-robeknya.” (HR.
Bukhari & Abu Daud)
Hadits-hadits di atas demikian tegasnya melarang menggambar
atau membuat patung makhluk yang bernyawa, manusia atau hewan,
atau simbol-simbol syirik karena itu adalah budaya kaum musyrik dan
penyembah berhala. Islam secara tegas mengharamkannya dalam
memberantas segala bentuk kemusyrikan Rasulullah Shallallāhu
alaihi wa sallam menganjurkan menggambar tetumbuhan atau sesuatu
yang tak bernyawa. Seperti yang banyak kita lihat dalam kemegahan
bangunan-bangunan Islam, biasanya berornamen dan berhiaskan
garis-garis dan bentuk-bentuk geometri, tetumbuhan atau
bunga-bunga yang meliuk-liuk, serta untaian Al-Qur`an yang mulia dalam
keindahan kaligrafi Islam.
k. Menghindari Bahan Sutra dan Kulit Binatang
Dari Mu’awiyah radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah Shallallāhu alaihi wa
sallam bersabda,
“Janganlah kalian menaiki kain sutra dan jangan pula kulit
harimau.” (HR. Abu Dawud dan Turmudzi)
Sutra merupakan bahan mahal yang biasanya menunjukan status
penggunanya yang kaya dan memiliki kehormatan, sehingga ia merasa
sangat bangga akan kemewahan tersebut. Ini jelas-jelas perbuatan
yang dibenci Allah. Disamping itu laki-laki diharamkan untuk
memakai sesuatu yang terbuat dari sutra. Demikian pula halnya
dengan kulit harimau. Hal itu merupakan perlakuan yang dinilai kejam
karena melakukan penyiksaan terhadap he