• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kelainan Payudara

2.2.3 Kanker Payudara

2.2.3.1 Etiologi dan Faktor Resiko

Belum begitu jelas apa yang menyebabkan terjadinya kanker payudara. Dokter mengetahui bahwa kanker payudara terjadi ketika beberapa sel payudara mulai tumbuh secara tidak normal dan membelah secara lebih cepat dari sel-sel pada keadaan normal. Proses pembelahan itu akan terus berlangsung dan menimbulkan akumulasi sehingga membentuk sebuah massa, bahkan sel-sel tersebut bisa saja mengalami penyebaran atau metastasis dari payudara menuju pembuluh limfe maupun ke bagian lain dari tubuh (Mayo Clinic, 2014).

Banyak faktor resiko yang bisa meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terkena kanker payudara, namun tetap saja belum diketahui secara pasti bagaimana berbagai faktor resiko tersebut menyebabkan sel berkembang menjadi sebuah kanker. Faktor resiko sendiri merupakan sesuatu yang bisa menyebabkan

seseorang mempunyai kesempatan untuk mendapatkan suatu penyakit, termasuk kanker. Namun, faktor resiko tidak menjelaskan kepada kita sepenuhnya. Mempunyai sebuah faktor resiko, atau bahkan beberapa, tidak berarti seseorang pasti akan mendapatkan penyakit. Kebanyakan wanita yang mempunyai satu atau lebih faktor resiko tidak pernah berkembang menjadi suatu penyakit, ketika wanita lain yang tidak mempunyai faktor resiko mengalami kanker payudara. Bahkan ketika seorang wanita dengan faktor resiko mengalami kanker payudara, ini masih sulit untuk menjelaskan seberapa besar faktor resiko tersebut memberikan kontribusi terhadap terjadinya kanker payudara (American Cancer Society, 2015).

1) Jenis kelamin

Wanita merupakan faktor resiko terpenting dari kanker payudara. Namun, pria juga bisa mengalami kanker payudara hanya saja resiko untuk wanita sekitar 100 kali lebih besar daripada pria. Kemungkinan hal ini akibat pria memiliki sedikit hormon estrogen dan progesteron daripada wanita, di mana hormon tersebut merupakan promoter dari pertumbuhan sel kanker payudara (American Cancer Society, 2015).

Menurut penelitian Kumiko dan Tomotaka pada tahun 2009, dijelaskan bahwa angka kematian kasar penderita kanker payudara pria di Jepang pada tahun 2006 adalah 0,2 per 100.000 populasi. Sedangkan di Amerika pada tahun 2004 angka ini menunjukkan besar 0,3 per 100.000 populasi. Namun, angka ini masih rendah bila dibandingkan tingkat kematian pada wanita yang mencapai 85-90 kAli lebih tinggi daripada pria di Negara Jepang maupun Amerika.

2) Usia

Resiko berkembangnya kanker payudara meningkat dengan bertambahnya usia. Sekitar 1 dari 8 kanker payudara invasive ditemukan pada wanita berusia dibawah 45 tahun, ketika 2 dari 3 kanker payudara invasive

ditemukan pada wanita berusia 55 tahun dan lebih tua (American Cancer Society, 2015).

Hal tersebut dikuatkan dengan penelitian yang dlakukan oleh Ali et al tahun 2011 di Iran di mana distribusi pada pasien yang mengalami kanker payudara berdasarkan usia terdapat lebih banyak pada usia lebih dari 40 tahun dibandingkan dengan usia dibawah 40 tahun yakni 82,8%.

3) Genetik

Sekitar 5% hingga 10% kasus kanker payudara diperkirakan karena adanya faktor herediter, artinya bahwa kanker merupakan hasil langsung dari adanya defek pada gen atau biasa disebut dengan mutasi yang berasal dari orang tua (American Cancer Society, 2015). Mutasi tersebut diturunkan secara autosomal dominan dan bervariasi dalam jenis mutasi yang terjadi (Devita et al, 2011).

Penyebab paling utama dari terjadinya kanker payudara adalah adanya mutasi dari gen BRCA1 dan BRCA2 yang diturunkan. Pada keadaan normal, gen-gen tersebut berfungsi mencegah kanker dengan memproduksi suatu protein yang menjaga sel agar tidak mengalami perkembangan secara tidak normal, sehingga jika seseorang memiliki kopian mutasi dari kedua gen tersebut dari orang tua, maka seseorang tersebut memiliki resiko tinggi untuk menjadi kanker payudara di sepanjang hidupnya (American Cancer Society, 2015).

Lebih dari 700 perbedaan mutasi yang terjadi pada gen BRCA1 dan 300 pada BRCA2 telah dijelaskan, dan posisi mutasi dalam gen telah ditunjukkan mempengaruhi resiko terjadnya kanker payudara maupun kanker ovarium (Devita et al, 2011). Pada beberapa keluarga dengan mutasi gen BRCA1 resiko terjadinya kanker payudara sebesar 80%. Pada usia lebih tua resiko ini terlihat menurun, yakni berkisar antara 55% sampai dengan 65%. Sedangkan untuk

mutasi gen BRCA2 resikonya lebih rendah dari BRCA1 yakni sebesar 45% (American Cancer Society, 2015).

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Antoniou et al yang memperlihatkan hasil bahwa pada sampel yang mengalami mutasi gen BRCA1 mempunyai resiko kumulatif yang lebih besar untuk terjadinya kanker payudara dibandingkn pada sampel yang mengalami mutasi gen BRCA2.

Terdapat mutasi genetik lainnya yang berasosiasi dengan terjadinya kanker payudara, walaupun jumlahnya mungkin saja lebih sedikit bila dibandingkan dengan mutasi yang terjadi pada BRCA1 ataupun BRACA2. Gen ATM yang pada kondisi normal memiliki kemampuan untuk membantu dalam hal memperbaiki DNA yang rusak, jika terjadi mutasi dapat menyebabkan kelainan tertentu. Adanya dua kopian abnormal dari gen ini yang diturunkan akan menyebabkan terjadinya ataxia-telangiektasis sedang satu kopian abnormal dari gen ini yang diturunkan akan berhubungan dengan kejadian kanker payudara pada beberapa keluarga.

Selain itu adanya mutasi pada gen TP53 juga dpat memicu terjadinya kanker payudara, karena pada kondsi normal gen ini menghasilkan protein p53 yang membantu menghentikan pertumbuhan sel yang tidak normal.Namun mutasi pada gen ini jarang terjadi. Mutasi pada gen PALB2 juga meningkatkan resiko kanker payudara, karena gen ini berfungsi menghasilkan sebuah protein yang berinteraksi dengan protein yang dibuat oleh gen BRCA1 dan BRCA2. Mutasi gen CHEK2, PTEN, CDH1, dan STK11 juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara pada wanita (American Cancer Society, 2015).

4) Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga sudah sejak lama diakui sebagai faktor resiko terjadinya kanker payudara. Resiko untuk menjadi kanker payudara meningktat

1,5 sampai 3 kali lipat pada wanita yang memiliki ibu ataupun saudara perempuan yang mengalami kanker payudara. Riwayat keluarga, bagaimanapun, merupakan faktor resiko yang heterogen dengan implikasi yang berbeda-beda bergantung pada relativitas kanker payudara, hubungan keluarga yang dekat, usia saat terdiagnosis, dan sebagainya (Harold et al, 2011).

5) Ras dan Etnis

Wanita kulit putih sedikit lebih mungkin untuk terkena kanker payudara dibandingkan wanita Afrika-Amerika. Kanker payudara juga lebih umum terjadi pada wanita Afrika-Amerika di usia kurang dari 45 tahun. Wanita Asia, Hispanic, dan Native-America mempunyai resiko yang lebih rendah untuk berkembang menjadi kanker payudara (American Cancer Society, 2015).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ruth et al yang melihat kejadian kanker payudara pada wanita kulit putih dan kulit hitam di Inggris Tenggara menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat insiden kanker payudara pada wanita Black Caribbean, Black African dan wanita kulit putih dibawah usia 50 tahun, namun wanita Black Caribbean dan Black African didiagnosis dengan kanker payudara pada usia rata-rata yang lebih muda dibandingkan wanita kulit putih ataupun wanita yang tidak diketahui etnisnya.

6) Kepadatan Jaringan Payudara

Kepadatan jaringan payudara adalah suatu kondisi di mana terdapat lebih banyak jaringan kelenjar dan jaringan ikat serta lebih sedikit jaringan lemak. Wanita dengan payudara yang padat pada mammografi mempunyai resiko untuk terkena kanker payudara sebesar 1,2 sampai 2 kali daripada wanita yang mempunyai kepadatan payudara seperti pada umumnya atau rata-rata. Dan sangat disayangkan juga bahwa jaringan payudara yang padat dapat membuat mamografi kurang akurat (American Cancer Society, 2015).

Menurut Norman kepadatan mammografi jaringan payudara berhubungan dengan proliferasi epitel dan stromal fibrosis. Hubungan diantara gambaran histologi dan resiko kanker payudara dijelaskan oleh adanya kerja sebuah growth factor yang diperkirakan mempunyai peran penting dalam perkembangan payudara dan karsinogenesis. Hasil tersebut didukung oleh sebuah studi meta-analysis yang melibatkan 42 artikel menunjukkan bahwa adanya peningkatan resiko kanker payudara pada wanita dengan densitas payudara yang meningkat.

7) Faktor Hormonal

Perkembangan kanker payudara pada banyak wanita berhubungan dengan hormon reproduksi wanita. Studi epidemiologi secara konsisten mengidentifkasi sejumlah faktor resiko kanker payudara yang berhubungan dengan peningkatan paparan terhadap estrogen endogen. Usia menarke yang lebih awal, nulliparitas, ataupun kehamilan pada usia yang terlalu tua, serta usia menopause yang terlambat meningkatkan resiko kanker payudara (Harold et al, 2011).

Terapi pengganti hormon setelah menopause yang berkorelasi dengan level estrogen plasma dan level estradiol plasma, dihubungkan dengan peningkatan resiko kanker payudara (Harold et al, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Ronald et al menujukkan bahwa resiko kanker payudara meningkat 10% setiap 5 tahun penggunaan terapi hormon pengganti. Walaupun resiko tidak meningkat secara monoton dengan peningkatan lama penggunaan terapi hormon pengganti, data yang ada tersebut sesuai dengan peningkatan yang teratur dari peningkatan lama penggunaan terapi hormon pengganti. Setelah 15 tahun penggunaan, resiko kanker payudara menjadi 36%.

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa menyusui menurunkan resiko untuk terkena kanker payudara pada wanita, terutama jika menyusui berlangsung selama 1,5 sampai 2 tahun (American Cancer Society, 2015). Penelitian Young Lee et al di Korea menunjukkan adanya penurunan insidensi kanker payudara dengan semakin lamanya seorang wanita menyusui.

9) Obesitas

Menjadi obesitas pada saat menopause ataupun karena mendapatkan berat sewaktu dewasa berhubungan dengan peningkatan resiko untuk menjadi kanker payudara (American Cancer Society, 2015). Menurut Margot dan Michael obesitas menjadi faktor resiko terjadinya kanker payudara untuk penderita kanker payudara pada usia postmenopause, terutama karena adanya perkembangan dari hormon-responsive tumor. Meningkatnya level estrogen pada sirkulasi menjadi faktor pertumbuhan primer dalam meningkatkan resiko kanker payudara. Selain itu adipokin yang secara langsung disintesis di jaringan adiposa mungkin mempengaruhi tumorigenesis.

Beberapa hipotesis lain diajukan untuk menjelaskan hubungan ini, salah satunya menyatakan bahwa obesitas yang berasosiasi dengan metabolic syndrome memicu terjadinya peningkatan sirkulasi insulin dan juga insulin-like growth faktor (IGF) yang berperan sebagai mitogen. Bagian dari mekanisme kerja mitogen tersebut juga dimediasi oleh adanya crosstalk dari jalur ini dengan jalur reseptor estrogen pada sel payudara (Lorincz dan Sukumar, 2006).

Dokumen terkait