• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Katarak

2.2.2. Etiologi dan Klasifikasi Katarak

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokuler lainnya. Selain itu, katarak juga boleh disebabkan oleh bahan toksik khusus. Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak, seperti: eserin ( 0.25-0.5 % ), kortikosteroid, ergot, dan antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik juga dapat menyebabkan terjadinya katarak, seperti diabetes mellitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik ( katarak senil, juvenil, herediter ) atau

Katarak terdiri daripada beberapa klasifikasi :

a) Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.

Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapat sejak lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi pada ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan riwayat pemakaian obat selama kehamilan.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

i. Kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak polaris.

ii. Lentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak yang mengenai korteks atau nukleus lensa sahaja.

Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital :

i. Katarak piramidalis atau polaris anterior

Katarak piramidalis atau polaris anterior terjadi akibat gangguan perkembangan lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa. Pada saat ini apabila ibu dengan kehamilan kurang dari 3 bulan terdapat infeksi virus, maka amnion akan mengandungi virus. Pada pemeriksaan objektif akan terlihat kekeruhan kornea dan terdapatnya jaringan fibrosis di dalam bilik mata depan yang menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa terletak di polus. Kekeruhan lensa pada katarak polar anterior ini tidak progresif.

ii. Katarak piramidalis atau polaris posterior

di dataran belakang lensa. Adanya arteri hialoid yang menetap ini dapat dilihat dengan pemeriksaan ultrasonografi.

iii. Katarak zonularis atau lamelaris

Katarak lamelaris bersifat herediter, diturunkan secara dominan dan biasanya bilateral. Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan kemudian terjadi gangguan perkembangan serat, maka akan terlihat kekeruhan serat lensa pada suatu zona di dalam lensa.

iv. Katarak pungtata dan lain-lain.

Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strasbismus. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes mellitus toksoplasmosis, dan histoplasmosis. (Ilyas,2009)

b) Katarak Juvenil

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun

metabolik dan penyakit lainnya seperti : 1. Katarak metabolik

• Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)

• Katarak hipokalsemik (tetanik)

• Katarak defisiensi gizi

• Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)

• Penyakit Wilson

2. Otot

• Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun) 3. Katarak traumatik

4. Katarak komplikata

• Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).

• Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).

• Katarak anoksik

• Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan besi).

• Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis imperfekta, kondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.

• Katarak radiasi(Ilyas,2009)

c) Katarak Senil

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat degenerasi serat lensa karena proses penuaan. Penyebabnya sampai sekarag tidak diketahui secara pasti.

Katarak senil secara klinis dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur.(Ilyas,2009)

Tabel 2.1. Perbedaan stadium katarak senil

Insipien Imatur Matur Hipermatur

• Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif

• Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

• Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

• Bilik mata

depan

Normal Dangkal Normal Dalam

• Sudut bilik

mata

Normal Sempit Normal Terbuka

• Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos

• Penyulit - Glaukoma - Uveitis +

Glaukoma (Sumber : Ilyas, 2009)

I. Katarak insipien

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :

Kekeruhan mulai dari tepi akuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior. Vakuol mula terlihat di dalam korteks.

Katarak subkapsular posterior, kekeruhan ini mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah berbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif pada katarak insipien.

Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.

II. Katarak imatur

Sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

III. Katarak matur

Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini bias terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan,maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan negatif. (Ilyas,2009)

IV. Katarak hipermatur

Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.

Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.

d) Katarak Komplikata

Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intraokular, iskemia okular, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak

galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (steroid lokal lama, steroid sistemik, oral kontra septik dan miotika antikolinesterase).

Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya di daerah bawah kapsul atau pada lapisan korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata ataupun linear. Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya terlihat vakuol.

Dikenal 2 bentuk yaitu :

• Kelainan pada polus posterior mata

Terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina, miopia tinggi dan kontusio retina. Biasanya kelainan ini berjalan aksial sehingga sering terlihat nukleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan.

• Kelainan pada polus anterior mata

Biasanya akibat kelainan kornea berat, iridosiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada katarak iridosiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior sedangkan pada katarak akibat glaukoma akan terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior. (Ilyas,2009)

e) Katarak Diabetes

katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus.

Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk :

• Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemi nyata, pada lensa akan terlihat kekruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang jika terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.

• Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snowflakes atau bentuk piring subkapsular.

• Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologi dan biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.

f) Katarak Sekunder

Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari ekstraksi katarak ekstra kapsular ( EKEK ). Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio katarak sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh. (Ilyas,2009)

Dokumen terkait