• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAN PEMANTAUAN PPDS

EVALUASI LANJUTAN Tujuan

3. EVALUASI AKHIR Tujuan

Evaluasi pada tahap lanjutan, bertujuan untuk menentukan apakah seorang peserta PPDS dapat meneruskan pendidikannya ke tahap selanjutnya.

Masa Evaluasi

Pemantauan dan penilaian dilaksanakan setiap tahap pendidikan sesuai program studi masing-masing. Evaluasi dilakukan pada akhir semester.

Keputusan

1. Dapat meneruskan pendidikan ke tahap berikutnya. 2. Dapat meneruskan pendidikan dengan syarat.

3. Mengulang pendidikan pada semester yang sama sesuai dengan program studi masing-masing. Dalam satu semester peserta didik hanya diberi kesempatan mengulang satu kali.

3. EVALUASI AKHIR Tujuan

Untuk menentukan apakah seorang peserta didik dapat memenuhi syarat sebagai dokter spesialis Anestesi. Pada akhir pendidikan, metode penilaian dan uji kompetensi dilakukan oleh Kolegium Anestesi dan Terapi Intensif melalui Badan Penguji Nasional.

Masa Evaluasi

Pemantauan dan penilaian dilaksanakan selama masa pendidikan dan evaluasi akhir dilaksanakan pada akhir pendidikan.

Syarat-syarat

1. Telah menyelesaikan semua tugas yang diwajibkan dalam masa pendidikan

38

Evaluasi akhir terdiri dari dua tahap yaitu :

1. Ujian komprehensif lokal. Diselenggarakan setelah peserta didik menyelesaikan semua stase dan telah lulus ujian karya ilmiah akhir. 2. Ujian komprehensif nasional. Diselenggarakan oleh kolegium, penguji terdiri dari penguji lokal dan penguji nasional dari pusat pendidikan lain yang ditunjuk oleh Komisi Ujian Nasional. Ujian komprehensif nasional diselenggarakan secepatnya satu bulan setelah ujian komprehensif lokal.

3. Ujian OSCE Nasional Keputusan

1. Lulus Dokter Spesialis Anestesi.

2. Mengulang ujian yang waktunya ditentukan oleh masing-masing kolegium.

PUTUS PENDIDIKAN (Drop out) A. Prosedur

1. Dilakukan penilaian atas unsur-unsur kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Setelah mendapat peringatan pertama (lisan), peringatan kedua (tertulis) dan peringatan ketiga (tertulis), peserta didik dapat diberhentikan proses pendidikannya.

3. Dalam kasus pelanggaran etika dan susila, peringatan lisan dan tertulis tidak diperlukan (diserahkan ke FK untuk membahas secara spesifi k tentang kriteria pelanggaran).

4. Hasil penilaian dan sangsi dirapatkan dalam rapat khusus Bagian.

B. Kriteria putus pendidikan

1. Kegagalan evaluasi kualifi kasi pada tahap awal pendidikan. 2. Kegagalan pada akhir semester II dan seterusnya, setelah diberi

3. mengulang sesuai ketentuan masing-masing program studi. 4. Meskipun dengan bimbingan khusus, ternyata tidak mampu

belajar, sehingga diperkirakan tidak dapat menyelesaikan pendidikannya.

5. Kurangnya rasa tanggung jawab profesional yang dapat membahayakan pasien dan lembaga pendidikan.

6. Pelanggaran etik kedokteran yang berat dan/atau tindak asusila. Ketidakmampuan menyelesaikan tahapan pendidikan (2n-1) tahun, diluar cuti dan sakit.

7. Dicabutnya Surat Ijin Bekerja atau diberhentikan bekerja dari RS DR. Sardjito setelah mendengarkan pertimbangan dari berbagai pihak yang terkait.

8. Menderita gangguan fi sik atau mental yang diketahui setelah menjalani masa pendidikan yang membahayakan diri sendiri, lingkungan dan pasien berdasarkan keterangan medis dari dokter yang berkompeten.

C. Kewenangan Pada Proses Putus Pendidikan

1. Bagian mempunyai kewenangan mengusulkan putus pendidikan peserta didik ke Fakultas atas dasar alasan akademik maupun non akademik.

2. Putus pendidikan peserta didik atas dasar alasan akademik diputuskan oleh Rektor UGM atas usulan Dekan.

3. Putus pendidikan peserta didik atas dasar alasan non-akademik harus diputuskan bersama oleh Dekan Fakultas Kedokteran, Direktur RS. DR. Sardjito, Ketua TKP-PPDS dan Kepala Bagian yang terkait, setelah mendengarkan pendapat Panitia Etik Rumah Sakit Wahana Pendidikan dan diputuskan oleh Rektor UGM.

4. Direktur RS DR. Sardjito dapat mencabut Surat Ijin Bekerja (SIB) setelah mendengarkan pertimbangan dari berbagai pihak yang terkait.

40

D. Proses Putus Pendidikan

1. Peserta didik dipanggil oleh Program Studi/Bagian untuk diberitahu tentang pelanggaran yang diduga telah dilakukan. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban, klarifi kasi atau pembelaan terkait dugaan pelanggaran. 2. Program studi/Bagian mengadakan rapat terkait dugaan

pelanggaran peserta didik dan mengambil sikap dan keputusan setelah mendengarkan pertimbangan dari berbagai pihak terkait.

3. Apabila terbukti bersalah, Bagian mengajukan surat pemberhentian kepada Dekan berdasarkan hasil rapat. 4. Tim yang terdiri dari Dekan, TKP PPDS dan Kepala Bagian

akan mengadakan pertemuan. Apabila terbukti bersalah, Dekan membuat surat keputusan putus pendidikan yang akan diserahkan ke Rektor UGM.

5. Peserta didik dipanggil oleh Tim yang terdiri dari Kepala Bagian, TK PPDS dan Dekan untuk diberitahu tentang keputusan Putus Pendidikan dan alasan-alasannya.

6. Peserta didik ikut menandatangani Berita Acara yang berisi pelanggaran yang dilakukan oleh yang bersangkutan.

7. Pemberitahuan putus pendidikan dilakukan secara tertulis oleh Rektor.

BAB IX

KOMPETENSI

Selama menjalani pendidikan residen akan mendapatkan kompetensi sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah dilalui, setelah dilakukan tahap evaluasi semester. Berikut kompetensi sesuai dengan tingkat pencapaian semester :

NO KELAS KOMPETENSI KETERANGAN

1 IA

Ketrampilan Dasar Anestesiologi I Mengerjakan kompetensi kelas IA dengan pendampingan

Kedokteran Perioperatif I Persiapan Obat dan Alat Anestesi

Anestesi Umum I Penatalaksanaan Nyeri

2 IB

Ketrampilan Dasar Anestesiologi II Mengerjakan kompetensi IA Mengerjakan kompetensi kelas IB dengan pendampingan Kedokteran Perioperatif II

Traumatologi I Anestesi Umum II

Anelgesia Regional I (Spinal) Anestesi Bedah Ortopedi I Anestesi Bedah Darurat

3 IIA

Ketrampilan Dasar Anestesiologi III Mengerjakan kompetensi IA dan IB

Mengerjakan kompetensi kelas IIA dengan pendampingan Anestesi Bedah Ortopedi II

Bedah Onkologi dan Bedah Plastik Anestesi Bedah Urologi

Anestesi Bedah THT I

Anestesi Bedah Mata Anelgesia Regional II (kaudal) Anestesi Bedah Pediatrik I (Prosedur Sederhana)

Traumatologi II Anestesi Obstetri I

42

NO KELAS KOMPETENSI KETERANGAN

4 IIB

Anestesi Obstetrik II Mengerjakan kompetensi IA, IB dan IIA

Mengerjakan kompetensi kelas IIB dengan pendampingan Anestesi Bedah THT II

Anestesi dan Penyakit Khusus

Post Anesthesia Care Unit (PACU)

Anelgesia Regional III (epidural) Anestesi di Luar Kamar Bedah Anestesi Bedah Pediatrik II (lanjutan)

5 IIC

Anestesi Bedah Rawat Jalan Mengerjakan kompetensi IA, IB, IIA, dan IIB

Mengerjakan kompetensi kelas IIC dengan pendampingan Anelgesia Regional IV (blok saraf,

bier block)

Anestesi Kardiotoraksik I

Anestesi Bedah Bedah Rawat Invasif Minimal

Intensive Care I Anestesi Bedah Saraf I Modul Penelitian

6 IIIA

Anestesi Bedah Saraf II Mengerjakan kompetensi IA, IB, IIA, IIB dan IIC

Mengerjakan kompetensi k e l a s I I I A d e n g a n pendampingan

Anestesi Kardiotoraksik II Anestesi dan Penyakit Langka Intensive Care II

Penelitian

7 IIIB Penelitian Mengerjakan Kompetensi IA, IB, IIA, IIB, IIC, IIIA dan IIIB dengan Pendampingan Kemampuan Komunikasi dan

Profesionalisme

8 IIIC Chief Mengerjakan Kompetensi IA, IB, IIA, IIB, IIC, IIIA dan IIIB

BAB X

WISUDA

Sejak tahun 1992 Universitas Gadjah Mada mengadakan wisuda bagi semua DokterSpesialis yang lulus bersama dengan lulusan Program S2. Setelah wisuda universitas, di Fakultas Kedokteran diselenggarakan upacara pelepasan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

A. Jadwal

Wisuda dan pelepasan diadakan pada bulan: Januari, April, Juli, dan Oktober setiap tahun.

B. Pelaksanaan

Penyelenggaraan Wisuda adalah Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, sedangkan sebagai Penyelenggara Upacara Pelepasan adalah Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. C. Pembiayaasialis Fakultas Kedokteran UGM.

D. Wajib Tetap Bekerja di RSUP DR. Sardjito

1. Calon Dokter Spesialis baru yang sudah lulus tetapi belum wisuda diwajibkan tetap bekerja di RSUP. Sardjito

2. Semua Dokter Spesialis baru yang dari Departemen Kesehatan dengan status kepegawaian di RS DR. Sardjito Yogyakarta, berdasarkan Surat Edaran Sekjen Depkes RI No. KP.01.01.1- 422953 tanggal 2 Oktober 1992 dan Keputusan Direktur RS Dr. Sardjito No. 800/398/350/S K/1993 sementara menunggu penempatannya oleh Departemen Kesehatan, para dokter spesialis tersebut tetap melaksanakan tugasnya sebagai staf medik di Staf Medik Fungsional di RS Dr. Sardjito. Bilamana tidak dijalankan sesuai ketentuan di atas, akan mendapatkan sanksi administratif (penghentian gaji dan lain-lain).

Dokumen terkait