• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas Kinerja Pemda DIY 2014

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan capaian kinerja secara umum sebagaimana sudah diuraikan dalam sub bab sebelumnya. Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per sasaran strategis. Beberapa sasaran strategis yang terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.

1. Sasaran Peran Serta dan Apresiasi Masyarakat dalam Pengembangan dan

Pelestarian Budaya Meningkat

Semenjak penerapan UU No 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY, urusan kebudayaan merupakan salah satu urusan yang memiliki kedudukan signifikan. Posisi kebudayaan menjadi semakin kuat karena kebudayaan menjadi payung atau pengarusutamaan pembangunan di segala bidang.

Terkait dengan sasaran di atas, aspek penting dari derajat partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian budaya bisa dilihat antara lain dari jumlah desa budaya yang maju, selain juga keberadaan organisasi budaya yang berkembang dengan baik.

Tabel 3.5 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Peran Serta dan Apresiasi

Masyarakat dalam Pengembangan dan Pelestarian Budaya Meningkat No Indikator Capaian 2013 2014 Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s/d 2014 terhadap 2017 (%) Target Realisasi % Realisasi 1. Derajat partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian Budaya. 63,46% 74.57% 65,73 88,15 70% 93,90

Untuk tahun 2014, capaian kinerjanya menunjukkan kinerja yang tinggi, Capaian ini juga menyumbang sebanyak 93.90% dari target pada akhir RPJMD (2017).

Derajat partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian budaya memiliki peningkatan capaian dibandingkan tahun 2013. Dukungan program kegiatan terhadap pencapaian sasaran ini didukung oleh dana keistimewaan. Belum optimalnya capaian indikator tersebut dibandingkan target pada 2014, dipengaruhi oleh keterlambatan penyaluran dana keistimewaan dari pemerintah pusat. Permenkeu yang mengatur alokasi dana keistimewaan tahun 2014 terbit tidak tepat waktu, sehingga pelaksanaan pembinaan desa budaya dan organisasi budaya menjadi kurang optimal.

Pada tahun 2014 ini, telah disusun Cetak Biru Pembangunan Kebudayaan DIY tahun 2015-2025. Dokumen ini disusun dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan acuan bersama untuk memajukan kebudayaan, baik bagi pemerintah, masyarakat maupun juga dunia usaha. Beberapa point penting dari kemajuan pembangunan kebudayaan adalah pada aspek kelembagaan, dimana direncanakan pada tahun 2015 Dinas Kebudayaan DIY akan menjadi Badan Kebudayaan DIY dengan jumlah dukungan kualitas dan kuantitas personil, serta sistem kelembagaan yang lebih memadai.

Maraknya event seni budaya bisa dilihat dari semakin banyaknya event budaya yang dilaksanakan seperti festival, karnaval, gelar budaya, pasar rakyat dan event-event lainnya baik yang bertaraf

lokal, nasional maupun

internasional. Menarik untuk dicermati bahwa berbagai event ini diselenggarakan baik oleh swasta, masyarakat maupun pemerintah. Beberapa event budaya tersebut antara lain adalah: Pekan Budaya Tionghoa, Gelar Budaya Jogja, Bienalle, FKY, Gelar Ketoprak, Jogja Fashion Week, Sekaten, Kirab Budaya, Festival Adat Istiadat, Festival Dalang Anak, Festival Film Indie, Festival Desa Budaya, Pagelaran Musik, Festival Budaya Kotagede.

Selain itu, di wilayah DIY terdapat 517 BCB yang sudah mendapatkan SK Penetapan Menteri, Gubernur dan Walikota, dan SK Penghargaan Gubernur dan Walikota.

Gambar 3.2 Tim DIY pada parade

Pelestarian BCB di tahun 2014 terwujud pada kegiatan pelestarian dan pengelolaan BCB di DIY, revitalisasi situs purbakala, pemugaran dan penataan bangunan-bangunan dan perlengkapannya di Kraton dan Puro Pakualaman. Realisasi indikator

Ju lahBe da Cagar Budaya BCB tidak ergerak ya g terta ga i di tahu

tercapai 100,81% dari target. Keberhasilan Dinas Kebudayaan dalam memenuhi target dalam pelestarian cagar budaya tidak dapat dilepaskan dari ketersedian pendanaan serta peran SDM Kebudayaan yang ada di Dinas Kebudayaan dan kesadaran yang tinggi dari masyarakat dalam pelestarian cagar budaya. Dengan ketersedian anggaran yang ada serta adanya pembagian tanggungjawab dalam pengelolaan Cagar Budaya di DIY dengan SKPD di Kab/kota, maka diproyeksikan peningkatan persentase BCB yang tertangani setiap tahunnya meningkat 5% lebih tinggi dari yang direncanakan. Sehingga pada akhir tahun 2017 diharapkan indikator ini dapat terealisasi sebesar 90%.

Pada tahun 2014, kegiatan fasilitasi misi kesenian terdiri dari beberapa kegiatan yang menunjang tercapainya indikator tersebut yang didanai dari Dana Keistimewaan. Pada tahun 2014, antara lain bisa dilihat dari pembangunan dan peresmian rumah joglo di Slovenia, pemberian seperangkat gamelan yang diberi na a Jali ‘oso u tuk National Concert Hall Dublin, misi kebudayaan ke Denizli International Festival di Turki, dan misi-misi kebudayaan di beberapa negara lain yang sudah memiliki perjanjian kerjasama antara lain Canbera, Suriname, Nanning (China), dan Tokyo.

Interaksi dan pertumbuhan Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan juga bisa dilihat dari banyaknya organisasi kesenian di DIY. Nampak dalam tabel berikut, adalah kecenderungan peningkatan jumlah organisasi kesenian dari tahun ke tahun, terkecuali untuk perusahaan bioskop.

Tabel 3.6 Jumlah Organisasi Kesenian di DIY Tahun 2010-2014

Jenis Data 2010 2011 2012 2013 2014

Organisasi

Sinematografi 14 14 14 42 42

Organisasi Seni

Pertunjukkan 4.219 4.269 4.269 5.226 5.241

Organisasi Seni Rupa 25 25 25 16 17

Perusahaan Film 10 10 10 20 20

Perusahaan Bioskop 4 4 4 2 3

Perusahaan Persewaan

dan Penjualan Film 37 37 37 38 38

Permasalahan:

(1) Peninggalan warisan budaya fisik (tangible) saat ini terancam

keberadaannya. Hal ini menjadi salah satu persoalan yang serius, sehingga diperlukan sinergi dan koordinasi antar berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga benda-benda warisan budaya tersebut.

(2) Masih lemahnya perlindungan hukum bagi semua aset kebudayaan baik

yang fisik maupun non fisik dalam bentuk hak atas kekayaan intelektual bangsa;

(3) Lemahnya ketahanan nilai-nilai luhur budaya, adat dan tradisi, kehidupan

seni, bahasa dan sastra, dalam kehidupan masyarakat. Penggerusan nilai-nilai budaya makin terlihat, yang menjadikan adat dan tradisi, kehidupan seni, bahasa dan sastra serta praktek kehidupan masyarakat telah mengalami banyak pergeseran.

(4) Keragaman kondisi organisasi budaya, yang memerlukan strategi penguatan

organisasi yang berbeda-beda. Keragaman ini merupakan kondisi yang tidak bisa dinafikkan, dimana karakter dan perkembangan masing-masing organisasi adalah unik.

Solusi:

(1) Percepatan pelaksanaan registrasi, penetapan, dan pelestarian warisan cagar

budaya baik bergerak maupun tidak bergerak

(2) Penguatan jejaring stakeholders yang meliputi pemerintah, masyarakat,

perguruan tinggi, swasta, dan lembaga keuangan dalam hal peningkatan penegakan, pengawasan, dan kesadaran hukum pelestarian budaya

(3) Menggerakkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan aset-aset

Dokumen terkait