• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL PENELITIAN

6.3 Evaluasi Daerah Penangkapan Ikan

Gambar 24 menunjukkan bahwa ikan mata besar (Priacanthus tayenus) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14,19 cm (Krajangdara dan Anchalee, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 25 menunjukkan bahwa ikan biji nangka (Upeneus molluccensis) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 26 menunjukkan bahwa ukuran ikan kuniran (Upeneus tragula) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuranlength of maturity-nya yang sebesar 11-12 cm (Sabrah dan Azza, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 27 menunjukkan bahwa ukuran ikan tetengkek (Megalaspis cordyla) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 22 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 28 menunjukkan bahwa ukuran cumi-cumi (Loligo spp) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh cumi-cumi yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 13,5-14,74 cm (Amin et al, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa cumi-cumi ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 29 menunjukkan bahwa ukuran ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 19,6 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial.

Gambar 30 menunjukkan bahwa ukuran ikan gulamah (Pennahia argentata) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 31 menunjukkan bahwa ukuran ikan beloso (Saurida undosquamus) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 19,8 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 32 menunjukkan bahwa ukuran ikan peperek topang (Leiognathus equulus) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 10,7 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 33 menunjukkan bahwa ukuran ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 17 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 34 menunjukkan bahwa ukuran ikan selar hijau (Atule mate) yang besar maupun yang kecil yang tertangkap pada saat penelitian nilainya sama besar. Length of maturity-nya adalah 17 cm (www.fishbase.org), sedangkan ukuran ikan yang nilainya lebih kecil maupun lebih besar dari length of maturity- nya memiliki persentase yang sama besar (Tabel 10) sehingga daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 35 menunjukkan bahwa ukuran ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuran length of maturity-nya yang sebesar 10,1 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

67

Gambar 36 menunjukkan bahwa ukuran ikan layang (Decapterus russelli) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran besar, melebihi ukuranlength of maturity-nya yang sebesar 14,7 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori layak tangkap dan daerah penangkapannya cukup potensial.

Gambar 37 menunjukkan bahwa ukuran ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 29 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial.

Gambar 38 menunjukkan bahwa ukuran ikan madidihang (Thunnus albacares) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 107,5 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial.

Ikan japuh (Dussumieria acuta) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 14,2 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial.

Ikan selanget (Anodontostoma chacunda) yang tertangkap pada saat penelitian didominasi oleh ikan yang berukuran kecil, lebih kecil daripada ukuran length of maturity-nya yang sebesar 11,3 cm (www.fishbase.org). Hal ini menunjukkan bahwa ikan ini termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap dan daerah penangkapannya kurang potensial.

Gambar 39 menunjukkan penyebaran alat tangkap yang beroperasi di perairan lokasi penelitian. Jaring insang bersifat statis yang dioperasikan hanya pada satu tempat. Setelah jaring insang ini dipasang (setting) di lokasi penangkapan, alat tangkap ini akan ditinggalkan oleh nelayan sekitar 2-3 jam, setelah itu baru dilakukan pengangkatan jaring (hauling). Alat tangkap ini dioperasikan di perairan sekitar pantai, sedangkan pukat ikan, pukat udang dan pukat cincin sifatnya dinamis, artinya dalam pengoperasiannya, alat tangkap ini

menggunakan kapal yang bergerak mengikuti gerombolan ikan dan daerah pengoperasiannya adalah di perairan yang jauh dari pantai. Gambar 39 juga menunjukkan adanya persinggungan daerah penangkapan antara jaring insang yang sifatnya statis dengan pukat udang dan pukat ikan yang sifatnya dinamis, dimana seharusnya hal ini tidak boleh terjadi. Jaring insang yang sifatnya statis seringkali menjadi rusak karena ikut tersapu oleh pukat udang yang sifatnya dinamis saat melakukan operasi penangkapan di perairan yang sama dengan jaring insang tersebut dioperasikan. Hal ini seringkali menimbulkan konflik sesama nelayan seperti yang diungkapkan oleh Ana (2011). Hal ini juga bertentangan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor Kep.60/Men/2001 tentang penataan penggunaan kapal perikanan di zona ekonomi eksklusif Indonesia, dimana disebutkan bahwa pukat udang dan pukat ikan dioperasikan di wilayah perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia.

Gambar 40 menunjukkan penyebaran daerah penangkapan potensial dan daerah penangkapan kurang potensial. Dari Gambar 40 terlihat bahwa DPI potensial berada di kawasan perairan yang jauh dari pantai, sedangkan DPI kurang potensial berada di kawasan perairan yang dekat dengan pantai. Hal ini terjadi karena di daerah yang dekat dengan pantai terlalu banyak alat tangkap yang beroperasi, sedangkan di perairan yang jauh dari pantai masih sedikit alat tangkap yang beroperasi seperti yang ditunjukkan Gambar 39, sehingga peluang terjadinya tangkap lebih (overfishing) di kawasan yang dekat dengan pantai akan lebih besar dibandingkan dengan kawasan perairan yang lebih jauh dari pantai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Balai Penelitian Perikanan Laut (1983) yang menyatakan bahwa daerah perairan pantai atau selat-selat yang sempit dan padat nelayan seperti daerah Selat Malaka, pantai Utara Jawa, Selat Bali, Selat Makasar dan Selat Alas tergolong ke dalam daerah kritis yang telah mencapai tingkat pemanfaatan penuh. Namun demikian, secara umum perairan Selat Malaka masih dapat dikatakan potensial karena DPI potensialnya masih lebih banyak daripada DPI yang kurang potensial. Kawasan DPI potensial berada di perairan yang jauh dari pantai, berjarak sekitar 30 mil dari pantai, sedangkan kawasan DPI yang kurang potensial berada di perairan dekat pantai dan berjarak sekitar 6 mil dari pantai. Meskipun secara umum di perairan dekat pantai adalah kawasan DPI yang

69

kurang potensial, tetapi di daerah ini juga terdapat beberapa DPI potensial untuk pukat ikan dan pukat cincin. Sebaliknya, walaupun secara umum di perairan yang jauh dari pantai adalah kawasan DPI potensial, tetapi di daerah ini juga terdapat beberapa DPI yang kurang potensial untuk pukat udang.

71

7.2 Saran

1) Untuk mengefisienkan operasi penangkapan ikan dengan pukat cincin, pukat ikan dan pukat udang sebaiknya dilakukan di perairan yang jauh dari pantai, sedangkan untuk jaring insang sebaiknya dioperasikan di perairan yang dekat dengan pantai.

2) Kegiatan operasi penangkapan ikan perlu dikontrol untuk mengurangi tertangkapnya ikan-ikan yang tidak layak tangkap secara biologis.

ABSTRAK

LEO CANDRA PADANG, C44070004. Studi Daerah Penangkapan Ikan di Selat Malaka Melalui Evaluasi Hasil Tangkapan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON dan JULIA EKA ASTARINI.

Para pelaku usaha penangkapan umumnya beranggapan bahwa jumlah tangkapan yang banyak mengindikasikan daerah penangkapan ikan yang potensial. Namun demikian, para pemerhati lingkungan dan pakar biologi seringkali mengkritisi apakah tangkapan yang diperoleh nelayan termasuk dalam kategori layak tangkap secara biologi. Meskipun jumlah tangkapan banyak, tetapi jika ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan yang belum layak tertangkap secara biologi, maka daerah penangkapan tersebut termasuk kategori tidak potensial. Selat Malaka merupakan salah satu daerah penangkapan ikan bagi nelayan yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan dan kondisi daerah penangkapan ikan di perairan tersebut belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi jumlah, jenis dan ukuran panjang ikan hasil tangkapan yang tertangkap di perairan Selat Malaka kemudian mengevaluasi kondisi daerah penangkapan ikan di Selat Malaka berdasarkan pendekatan komposisi hasil tangkapan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Hasil tangkapan selama penelitian terdiri dari 28 jenis ikan sebanyak 120.021 kg dengan jenis ikan yang paling banyak tertangkap ada 3 jenis, yakni tetengkek (Megalaspis cordyla), layang (Decapterus russelli) dan selar hijau (Atule mate). Komposisi jumlah, jenis dan ukuran panjang ikan yang tertangkap di perairan Selat Malaka relatif bervariasi. Daerah penangkapan ikan yang potensial di perairan Selat Malaka cenderung berada pada wilayah yang jauh dari pantai, sedangkan daerah penangkapan ikan yang termasuk ke dalam kategori kurang potensial cenderung berada di perairan dekat pantai.

LEO CANDRA PADANG, C44070004. Fishing Ground Study in The Malacca Strait Through Evaluation of The Catches Landed in Belawan’s Ocean Fisheries Port. Guided by DOMU SIMBOLON and JULIA EKA ASTARINI.

The entepreneurs generally thought that a lot of catches indicated potential fishing region. However, the environmentalists and biology experts scrutinise whether the catch is often obtained by fishing are included in the category are worth catching in biology. Although the catch a lot, but if the fish that are caught are dominated by fish that have not been worth caught in biology, then the region of the arrest is categorized not potential. The Malacca Strait is one of the fishing ground for the fishermen who is based in the Belawan’s Ocean Fisheries port and the condition of the fishing ground in the waters is not widely known yet. This research aims to determine the composition of the amount, type and size of the length of the fish that caught in the waters of the Malacca Strait and then evaluate the condition of the fishing ground in the Malacca Strait based approach to the compotition of the catches. The methods that used in this research is the survey method. The catch during the research consists of 28 kinds of fish as much as 120.021 kg with the type of fish that most caught there are 3 types, namely tetengkek (Megalaspis cordyla), layang (Decapterus russelli) and selar hijau (Atule mate). The composition of the amount, type and size of the fish caught in the waters of the Malacca Strait is relatively varied. The potential fishing ground in the waters of the Malacca Strait in the region tend to be away from the coast, while the fishing ground that belonging to the categories less potential tend to be in the waters near the coast.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Dokumen terkait